Kebenaran

61 7 1
                                    

Karena antusias pembaca aku akan usahakan update tiap hari ok:)
____________________________________

Aku membalikkan badanku dan dia tersenyum padaku.

"Kak Vico, ngapain kesini?". Aku bingung kenapa dia bisa disini.

"Kamu mau pulang kan? Ayo pulang sama aku aja, Diana lagi sibuk sama teman-teman nya, jadi aku pamit mau pulang dulu kepadanya". Aku ingin pulang tapi aku tak ingin bersama nya lagi.

"Aku nunggu angkot aja, kalok sampek jam dua nggak ada angkot aku mau pesan gojek aja". Aku menolak ajakannya dan aku lupa bahwa HP ku mati, mau pesan gojek pakek apa coba. Tolol banget gua...

"Maafkan aku bocah, maafkan bucinmu ini yang telah tega meninggalkan mu menanti di warung bu Inah". Seketika aku kaget dan mataku sudah menetes air mata. Dia ingat, kok bisa.

"Bukan maksud aku ingin meninggalkan mu waktu itu bocah, papa ku tiba-tiba pindah dinas ke Surabaya. Sebenarnya waktu itu aku tidak mau pindah tapi apa mau di kata, aku dan keluarga harus ikut papa ke Surabaya, jujur bocah aku masih mencintaimu, aku tidak bisa terus-menerus berpura-pura tidak mengenalmu di depan kakak mu". Aku hanya bisa diam membeku mendengar semua ceritanya.

"Aku hanya tak ingin menyakiti Diana tapi, hatiku masih untukmu bocah".

"Kau tau, aku menunggumu berhari-hari di depan rumah pohon itu dan setelah sekian lama kau menghilang kau ingin kita kembali, nggak Vico Nggak. Tidak semudah itu dan yang lebih parah kau ingin mengkhianati kakak ku, tega kamu", dewi fortuna masih berpihak padaku, sesaat setelah aku menyelesaikan perkataan ku kepada Vico ada angkot lewat, langsung ku berhentikan dan naik ke angkot itu.

"Din, Dinda aku mecintaimu....", aku masih bisa mendengar suaranya, jahat dia jahat.

Semua orang didalam angkot terus menatapku, mungkin mereka bingung karena mataku sudah sembab. Aku ingin segera pulang dan mau menghubungi Rayhan.

Jarak dari kampus ke rumah sekitar 12 KM, hampir sekitar 25 menit dari kampus ke halte jalan raya. Setelah itu aku harus menaiki ojek atau becak dari depan gang. Masih belum sampai ke halte, bisa dibilang setengah perjalanan tiba-tiba angkot yang aku tumpangi mati.

"Kenapa pak?", aku bertanya pada pak sopir.

"Maaf neng, mas angkot saya sepertinya mogok dan kalau ke bengkel sangat jauh",  ya ampun apes banget aku hari ini.

Semua penumpang turun termasuk aku. Jika aku tetap menunggu angkot ini hidup bisa sampai isya' aku sampai di rumah. Kuputuskan untuk jalan kaki saja, hitung-hitung olahraga sambil menunggu angkot selanjutnya lewat.

Ku berjalan sendiri, sambil menikmati macetnya kota Bandung. Untung saja tidak begitu panas, jadi agak mendingan lah nggak kepanasan.
Sebentar lagi aku sudah sampai di depan gang, tapi ini sudah jam setengah empat sore. Aku harus cepat-cepat pulang agar aku tak telat sholat asar.

"Assalamualaikum, Umi...", aku membuka pintu dan aku kaget kenapa ada Rayhan di sini?

"Waalaikumsalam..", jawab Umi, Abi, Kak Diana, Raina, dan orangtuanya Rayhan. Mengapa mereka ada disini.

Tanpa basa-basi aku mencium tangan abi, umi, dan orangtuanya Rayhan.

"Maaf ya tante, om. Saya mau ke kamar dulu mau sholat asar", aku pergi dari ruang tamu menuju kamarku.

"Iya nak...", jawab ibu nya Rayhan. Rayhan malah senyam-senyum melihatku.

Rasanya aku ingin tidur saja dan melupakan semua masalah yang terjadi hari ini. Segera aku pergi ke kamar mandi untuk mandi dan mengambil wudhu'.

"Dinda, Din ayo cepat keluar ditunggui tuh sama orangtuanya Rayhan".

"Iya kak....".

Rayhan kan marah padaku kenapa dia datang kesini? Ahhh aku langsung mengambil baju gamis ku dan memasang phasmina ku. Ku tambahakan lip tint tipis di bibirku. Aku harus tampil cantik di depan nya.

Jangan lupa vote, komen, dan add perpustakaanmu😉

Manusia Aneh (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang