Part 20 CBVCG// Yes Or No?

5.8K 248 3
                                    

"Yes or No?"

"Gue—"

Happy reading:)
                                                                 

"Terima! Terima ...!" sorak semua penonton yang melihat adegan live Andreas menembak Thia.

Thia merasa semua ini tidak benar, ia tahu dirinya sangat mencintai Andreas. Tetapi, hidupnya tidak akan lama lagi, mungkin beberapa bulan lagi.

Ia tak mau Andreas sedih karena dirinya meninggal. Ia juga tidak mau membebani Andreas hanya karena penyakit yang bersarang di tubuhnya.

"Gue tidak bisa," putus Thia cepat lalu meninggalkan Andreas yang mematung di tempat.

Semua orang yang asalnya riuh kini menatap Andreas kasihan. Andreas hanya terpaku melihat Thia yang berlari meninggalkannya.

Thia pergi meninggalkan Andreas yang mematung, ia berlari tanpa mempedulikan orang-orang yang melihatnya heran dan juga marah karena dirinya menabrak semua orang.

Thia hanya ingin sendiri dulu, berlari ke kursi taman lalu duduk sambil menutup wajah dengan kedua tangannya.

Menangis sejadinya, menumpahkan seluruh kesakitan yang ada di dalam hatinya.

"Kenapa begitu sakit ya, Tuhan ...!" ungkap Thia saat dirinya menolak Andreas di depan orang lain.

Beginikah rasanya sakit karena cinta, awalnya ia merasa senang saat Andreas menyatakan perasaannya, tapi saat dirinya ingat akan penyakit yang ada di tubuhnya membuat dirinya berpikir ulang.

Ia merasa bersalah saat dirinya menolak Andreas di depan orang lain pasti Andreas malu.

Tetapi, lebih malu lagi kalau Andreas berpacaran dengan dirinya yang berpenyakitan. Bagaimana jika semua orang tahu bahwa kekasih Andreas berpenyakitan pasti akan membuat Andreas malu.

"Gue takut,hidup gue nggak lama lagi hiks ... hiks ...." Tangis Thia pecah mengingat umurnya yang tidak akan lama lagi.

"Apakah ini akhir hidup gue, berujung pahit?" Tersenyum miris mengusap air matanya yang mulai mengalir dari pipi Thia.

Tiba-tiba ....

Grep

Seseorang memeluk Thia dari belakang, membuat sang empunya menegang dan menoleh kepada orang yang memeluknya.

"Andreas?" lirih Thia saat melihat Andreas yang memeluk dirinya erat. Ini membuat dirinya semakin dilema, apakah keputusannya benar?

"Gue nggak akan ninggalin lo, gue juga nggak malu mempunyai kekasih yang berpenyakitan justru gue akan sakit saat lo nolak. Karena gue mencintai lo apa adanya, tanpa ada alasan lain di dalam hati ini," jelas Andreas lalu membalikkan tubuh Thia menghadap dirinya.

"Kita akan berjuang sama-sama, gue akan menjaga lo dan menemani lo berobat Thia," lanjut Andreas memegang pipi Thia. Mengusap air mata yang turun dari matanya.

"Tapi—"

  Menempelkan jari telunjuknya di bibir merah muda milik Thia, seakan Andreas menunjukan bahwa perkataanya tidak main-main.

"Sttt ... kita akan jalani hidup kita bersama. Sampai maut memisahkan kita," ucap Andreas dengan tegas. Terlihat dari nada bicara yang tidak bisa dibantah oleh Thia.

Tak terasa air mata Thia mengalir deras di pelupuk matanya, saat Andreas mengucapkan kata-kata yang menyentuh hatinya. Ia tak menyangka dirinya dicintai dengan tulus oleh Andreas.

Memeluk Andreas erat, menumpahkan air matanya menangis tersedu-sedu. Andreas membalas pelukan Thia, mengusap-usap punggung Thia menenangkan.

Thia tak menyangka dicintai oleh sosok Andreas, yang begitu peduli padanya. Andreas yang selama ini membuat jantungnya berdetak tak karuan.

Setelah lama berpelukan menumpahkan  semua  perasaan mereka. Andreas melepaskan pelukan, lalu menangkap wajah Thia yang dipenuhi air matanya yang mengalir dari mata Thia, membuat Andreas merasa dadanya sesak saat wanita yang dicintainya menangis.

Menghapus air mata Thia dengan jari besarnya, menatap wajah Thia yang mengeluarkan air mata.

"Don't cry baby," ucap Andreas dengan suara lembutnya yang  diangguki Thia.

"So, will be my girlfriend?" tanya Andreas tegas membuat Thia langsung menganggukan kepalanya tanda iya. Membuat Andreas langsung mengecup tangan Thia dengan lembut.

"Terima kasih," ucap tulus Andreas. Karena cintanya, terbalaskan tidak bertepuk sebelah tangan seperti yang ia bayangkan.

Mungkin karena faktor Thia yang mempunyai penyakit, membuat dirinya takut untuk membalas cinta dari Andreas. Padahal Andreas tidak pernah malu mempunyai kekasih seperti Thia.

  Mereka berpelukan lagi, mengeluarkan kebahagian mereka yang sangat mereka tunggu.  Malam ini adalah malam di mana mereka menemukan kebahagian masing-masing. Menatap langit-langit malam, berdua menemani mereka yang sedang dimabuk cinta.

"Andreas," panggil Thia pelan.

"Hmm?" Hanya dibalas gumaman pelan oleh Andreas.

"Kau tidak malu punya pacar seperti aku, 'kan?" ucap Thia memandang Andreas yang sedang memandang langit-langit malam. Setelah Thia menerima Andreas akhirnya mereka memutuskan untuk memanggil dengan aku-kamu.

Mengigit bibir bawahnya saat tidak ada respon dari Andreas. Mendongakkan kepala menatap Andreas yang sedang memandangnya intens membuat Thia jadi gugup.

Andreas yang sedari tadi memandang langit kini memalingkan wajahnya pada Thia. Memandang wajah Thia intens membuat Thia salah tingkah.

"Sudah aku bilang, aku tidak malu mempunyai kekasih sepertimu ... malah, aku sangat bersyukur bisa memilih dirimu menjadi kekasihku."

"Saat semua gadis hanya melihatku dari ketampanan dan juga kekayaan, kamu berbeda, dengan wanita yang aku temui, saat kita bertemu pun, kamu tidak menghiraukan diriku sama sekali dan saat ciuman itu—" jeda Andreas melirik Thia yang wajahnya memerah saat dirinya ingat tentang insiden mereka pertama bertemu.

Melirik ke arah Thia, rona merah terpampang jelas di wajah cantik Thia membuat Andreas gemas ingin mencubit pipi merah alami Thia.

"Ish, jangan ingatkan hal itu malu," gerutu Thia sambil mencubit lengan Andreas keras. Membuat Andreas meringis sekaligus terkekeh pelan.

"Memang seperti itu, 'kan?" ucap Andreas sambil menaik turunkan alisnya menggoda Thia yang wajahnya semakin memerah karena malu.

"Berhenti menggodaku Andreas," gerutu Thia memukul bahu lebar Andreas.

  Andreas tertawa saat Thia semakin memerah, kebahagian terindah menurut Andreas. Entah mengapa hati Andreas menghangat melihat wajah kesal Thia yang sangat lucu menurutnya.

Ia bersyukur dipertemukan dengan gadis seperti Thia, gadis yang membuat pertahanan egonya mulai runtuh. Bisa merasakan sebuah perasaan yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya.

Mereka pun saling berpelukan lagi, menyalurkan semua perasaan masing-masing.

  Ini kisah mereka berdua, cinta yang dipertemukan secara tiba-tiba. Bukan kisah cinta Romeo dan Juliet yang berujung kematian, bukan juga cerita Jack dan Rose. Bukan juga kisah cinta Edward dan Bella cinta berbeda alam, dan bukan pula Ana dan Grey yang selalu romantis.

"Ayok kita pulang," ajak Andreas saat hari semakin malam.

Thia hanya menganggukan kepalanya, Andreas lalu menggenggam tangan mungil Thia. Membawanya untuk segera pulang.

  Menaiki motor Andreas dengan hati-hati, melilitkan tangannya di pinggang Andreas. Meluncur meninggalkan taman yang menjadi saksi bisu ungkapan perasaan mereka.

"Tidur gih ... sudah malam," perintah Andreas lalu mengusap rambut Thia.

"Aku pergi dulu," ucap Andreas mencium pucuk kepala dan kening Thia.

Memakai helmnya, meninggalkan Thia yang masih menatap Andreas yang semakin jauh dari penglihatannya.

Cool Boy Vs Cool Girl (REPOST)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang