Satu Minggu Andreas dengan kemampuannya mencari Thia. Tetapi, tetap saja hasilnya nihil, tidak ada tanda-tanda keberadaan Thia.Ke mana Andreas harus mencarinya lagi? siapa yang telah menculik Thia dan apa tujuannya? Andreas sudah putus asa, lelah mencari Thia. Hingga ia mendengar percakapan yang membuat dirinya penasaran.
"Jangan sampai lolos, gur akan membunuhnya hari ini," ucap seseorang membuat Andreas melotot kaget saat dirinya melihat sosok Chintia.
Membunuh?
Kata itu masih dicerna oleh Andreas, siapa yang akan dibunuh oleh Chintia. Ia baru tahu sosok di balik wanita penggoda itu juga ternyata pembunuh.
Chintia yang tidak menyadari bahwa Andreas mendengar pembicaraan antara dirinya dan anak buahnya. Berjalan dengan angkuh meninggal Andreas yang mengikuti Chintia dari belakang.
"Rumah kosong?" heran Andreas saat ia mengikuti Chintia hingga sampai ke rumah yang ia kira tidak ada penghuninya.
Tetap mengikuti arah Chintia berjalan, hingga ia melihat Chintia masuk ke sebuah ruangan.
"Lepaskan aku," lirih Austhia, sesekali ia meminta dilepaskan.
Deg!
Andreas mengenal suara itu, suara yang ia rindukan seminggu ini.
"Apa jangan-jangan—"
Andreas melotot ia baru ingat sesuatu, mengepalkan tangannya erat ternyata yang ia dengar adalah Chintia yang akan membunuh seseorang yang tak lain Thia-nya.
Andreas menggeram marah tanpa ba-bi-bu Andreas langsung mendobrak pintu, melihat Thia yang terlihat acak-acakan. Rambut yang kusut pipi yang membiru seperti habis ditampar.
Wajah pucat pasi membuat Andreas menahan amarahnya yang akan menjadi. Chintia yang melihat Andreas di sini langsung terlonjak kaget, sedang Thia hanya diam saja karena tenaganya sudah habis.
"Apa yang kau lakukan, hah?!" teriak Andreas pada Chintia, membuat Chintia kaget, tetapi menormalkan kembali ekspresinya.
"Wah ... wah ... Sayang, kenapa kesini, padahal gue ingin menemui lo," ucap Chintia dengan suara dibuat manja membuat Andreas semakin marah.
"Lepaskan Thia ...!" perintah Andreas menatap tajam ke arah Chintia.
"Lo bilang apa? tidak semudah itu gue capek-capek menculik, dan lo minta melepaskan?" tanya Chintia yang tidak terima apa yang Andreas katakan.
"Lihatlah Thia pahlawan datang untuk menyelamatkan Lo, ini membuat gue muak dan lo harus mati sekarang ...!" desis Chintia menyeringai.
Memegang pisau lipatnya dan siap mengambil ancang-ancang untuk menusuk Thia, tetapi dicegah oleh Andreas. Hingga terjadi saling merebut diantara mereka.
Tak ada pilihan lagi untuk Chintia lebih baik Andreas yang mati agar tidak ada yang mendapatkannya. Mengambil ancang-ancang untuk menusuk Andreas tapi Thia dengan susah payah melepaskan dari ikatan itu dan berhasil.
Tanpa sengaja Thia mendorong Andreas hingga pisau itu mengenai Thia, membuat Andreas langsung menghampiri Austhia.
"Thia ...!" teriak Andreas saat melihat pisau Chintia mengenai perut Thia.
"Kenapa lo menyelamatkan gue? biarkan gue saja yang mati," ucap Andreas lirih tetapi, hanya dibalas senyuman oleh Thia dan kesadarannya pun hilang.
Chintia yang melihat itu langsung lari dari tempat kejadian bisa dikatakan ia kabur meninggalkan Andreas yang berteriak saat kesadaran Thia hilang.
"Thia aku mohon bertahanlah," lirih Andreas mengangkat tubuh Thia ala bridal style. Menghiraukan darah yang mengenai kemejanya. Membawa Thia seperti orang kesetanan, ia merogoh handphone di sakunya.
"Lucito tolong kemari!" teriak Andreas di seberang telepon.
"Oke! Gue kesana, SMS kan alamatnya ...," ucap Lucito yang mendengar kemarahan, panik dan kekhawatiran dari suaranya.
Beberapa menit kemudian Lucito sampai betapa kagetnya ia saat melihat Thia yang berada di pangkuan Andreas.
"Cepat ...!" teriak Andreas yang kalut karena mengkhawatirkan kondisi Thia.
Memasukkan Thia ke dalam mobil, Lucito dengan gesit berlari ke depan dan mulai menyetir. Andreas tak henti-hentinya merapalkan doa untuk keselamatan Thia, Lucito yang melihat Andreas di balik kaca hanya tersenyum akhirnya Andreas berubah.
Melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, Lucito terus berdoa semoga Thia tidak apa-apa.
Sampailah Andreas dan Lucito di rumah sakit, dengan langkah lebar Andreas memanggil dokter dengan suara kerasnya.
"Dokter ... Dokter ...!" teriak Andreas menggelegar membuat perawat menghampiri Andreas dan membawa Thia ke dalam ruangan.
Andreas mengacak rambutnya frustrasi, ini semua salahnya kenapa dirinya saja yang terkena tusukan itu bukan Thia. Lucito menepuk pundak Andreas menenangkan, ia tidak tahu kenapa Thia sampai bisa ditusuk seperti itu.
"Apa yang terjadi, Andreas?" tanya Lucito yang penasaran dengan yang dilihatnya.
Andreas mendongakkan kepalanya, menceritakan apa yang terjadi membuat Lucito shock. Pasalnya yang ingin membunuh Thia adalah orang yang dicintainya.
"Brengsek ...!" umpat Lucito saat dirinya begitu dibutakan oleh cinta seorang gadis murahan.
"Akan gue balas dia," ucap Lucito yang langsung ditahan Andreas.
"Dia kabur ...." Satu kata itu membuat Lucito menghela napasnya, lalu duduk di sebelah Andreas dan mengusap wajahnya kasar.
"Lo pulang saja," suruh Andreas tiba-tiba, membuat Lucito langsung mendongak ke arahnya.
"Gue akan tetap di sini, nemenin lo," kekeh Lucito.
"Tidak! Pasti lo lelah."
"Baiklah," pasrah Lucito lalu pergi meninggalkan Andreas.
Sudah satu jam Andreas menunggu Thia yang sedang diperiksa, mengusap wajahnya kasar. Ia takut kehilangan sosok yang dicintainya.
Setelah beberapa tahun ini akhirnya ia bisa mengenal cinta, ia ingin bahagia. Jangan rebut dia ya Tuhan! doa Andreas dalam hati.
Setelah menunggu beberapa lama, akhirnya dokter pun keluar. Andreas langsung menyerbu pertanyaaan membuat dokter geleng-geleng kepala.
Menghela napasnya, Dokter mulai berbicara.
"Dia koma."
"Karena kehabisan banyak darah, dia harus mendapatkan donor darah dan akhirnya ia koma." Lanjutnya.
"Satu lagi, apa dia tidak pernah melakukan terapi cuci darah?" tanya dokter itu kepada Andreas.
"Cuci darah, maksudnya apa, Dok?"
"Dia mempunyai penyakit gagal ginjal dan harus segera dioperasi tapi kemungkinan besar belum ada yang mendonorkan ginjal dia harus melakukan terapi."
"Tapi setelah saya periksa lagi bukan hanya ginjal nya saja yang bermasalah tapi juga jantungnya. Jantungnya mengalami kerusakan dan harus segera dioperasi juga," lanjut dokter itu membuat Andreas tidak bisa berfikir.
Hatinya terasa ditusuk beribu jarum. Mendengar penjelasan dokter membuat dirinya takut, takut akan kehilangan sosok penyemangat hidupnya.
Melorotkan tubuhnya ke lantai, memeluk lututnya. Kini ia harus apa?
Apakah dirinya siap jika Thia-nya pergi untuk selamanya. Menggelengkan kepalanya mengenyahkan pikiran negatifnya.
Memasuki ruangan tempat Thia dirawat, menatap wajah yang seminggu ini ia rindukan. Menghampiri gadis yang terbaring lemah dengan banyak selang-selang di tubuhnya.
Berdiri di sebelah Thia, Andreas menggenggam tangan Thia yang terasa dingin olehnya. Mengecup singkat tangan Thia, menaruh tangannya di pipinya.
"Gue mohon, bangunlah ...." Tak sadar Andreas mengeluarkan air matanya.
Menghapus air matanya dengan kasar, lalu memegang tangan Thia Andreas tertidur di dekat Thia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cool Boy Vs Cool Girl (REPOST)
Ficção Adolescentebagaimana jadinya seorang cowok and cewe sama-sama dingin, cuek dan gak kesentuh. Austhia Putri Fernandez gadis cantik, pintar tapi sayang nya sifat cuek membuat dirinya di gemari oleh semua orang termasuk cowok dingin yaitu Andreas Smith helten. Ba...