Bukan hanya sekali Thia dicelakai oleh Karina membuat Andreas tak habis pikir hanya karena harta ia rela mengusik kehidupan orang lain termasuk mantan anaknya. Ia Andreas kini menyebut dirinya mantan anaknya karena ia tak sudi mempunyai ibu seperti Karina. Deringan ponsel membuyarkan lamunan Andreas, merongoh ponsel di saku menempelkan benda pipih itu ke telinganya."Ha---"
"Kau masih tidak mau menerima Chintia oke! Kau lihat nanti kekasihmu itu akan mati detik ini juga, hahaha," ucap Karina.
"Brengsek!" umpat Andreas lalu segera pergi untuk mencari Thia, ia tak ingin sesuatu terjadi pada orang yang dicintainya itu.
Mencari Thia yang ternyata sedang duduk bersandar di pohon membuat Andreas bernafas lega, ternyata Karina tidak melakukan apapun pada Thia. Tetapi, saat ia Akan menghampiri Thia, Andreas melihat sosok dari jauh, berdiri tersenyum misterius.
Menyipitkan matanya hingga guratan keningnya terlihat jelas di wajah Andreas.
Karina
Sosok itu yang Andreas lihat tengah tersenyum manis pada Andreas, merasakan perasaan tak enak, saat Karina merongoh saku celananya, mengambil sesuatu yang membuat Andreas melotot. Pistol yang siap diacungkan ke arah Thia.
"Bersiap-siaplah Andreas! Kekasih kesayanganmu ini, akan mati di tanganku hahaha ...."
Apa yang katakan hah?! Jangan sentuh kekasihku!" teriak Andreas. Mengepalkan tangannya saat melihat Karina mengacungkan pistol ke arah Thia."Aku beri waktu lima detik untuk menjawab Andreas."
"Kau---"
"Lima, empat, tiga---"
"Oke! Aku terima perjodohan ini puas kau hah?! " teriak Andreas membuat Karina tersenyum kemenangan saat rencananya akhirnya berhasil.
"Maafkan aku Thia ini demi keselamatanmu aku rela berkorban," lirih Andreas menatap ke arah Thia yang memanggil dirinya untuk menghampiri Thia.
****
Thia menghampiri Andreas yang sedang termenung sendiri menepuk pelan bahu Andreas yang membuat sang empunya kaget.
"Ada apa?" tanya Thia yang melihat Andreas yang sedang melamun di kursi taman. Entah apa yang sedang dipikirkannya.
"Apa sih …." Dengan secara tiba-tiba Andreas mendorong Thia hingga ia tersungkur ke tanah. Andreas pergi meninggalkan Thia yang tampak kaget melihat tingkah Andreas yang tidak seperti biasanya.
Lucito yang melihat Andreas yang mendorong Thia, langsung menghampiri Thia dan membantu Thia yang masih mematung melihat perubahan drastis dari Andreas. Bukan hanya Thia yang heran dengan tingkah laku Andreas yang berubah. Tetapi, juga Lucito yang mengerutkan keningnya penuh tanda tanya.
Memapah Thia yang meringis kesakitan saat tangannya tergores oleh batu. Biarkan itu menjadi urusan belakang sekarang ia harus mengobati luka Thia terlebih dahulu.
Andreas menyandarkan punggungnya pada pohon, ia menghela napasnya, jika memang ini jalan terbaik lebih baik ia memilih untuk pergi dari kehidupan ini saja.
Hatinya begitu sakit, melihat wajah Thia yang memandang dirinya terluka, untuk bernapas pun ia sungguh tidak bisa. Andreas menghela napasnya, ia harus kuat demi Thia, ia tak mau Thia meninggalkan dirinya lagi. Ancaman Karina masih terngiang-ngiang di kepalanya.
"Maafkan Aku Thia ...." Memejamkan matanya, lalu membuka secara perlahan.
Ia menatap datar orang yang berada di dekat taman. Ia harus kuat, tetapi tidak bisa saat melihat Lucito dengan telaten mengobati luka Thia. Andreas tersenyum miris, melihat orang yang mengobati Thia bukanlah dirinya, tetapi orang lain. Begitu sakit yang dirasakan Andreas, mengapa mencintai seseorang itu sangat sakit.***
"Kau tak apa?" tanya Lucito memandang Thia yang sedang merenung memikirkan sikap Andreas yang tiba-tiba aneh. Menggelengkan kepala masih menatap ke arah depan, tatapannya kosong, membuat Lucito menghela napasnya kasar.
"Jangan dipikirkan ... mungkin Andreas lagi ada masalah," ucap Lucito memberi semangat pada Thia untuk tidak memikirkan perubahan sikap Andreas yang aneh.
Thia menganggukan kepalanya, menuruti nasihat Lucito, ia akan menemui Andreas dan bertanya kepada Andreas langsung.
"Ayo kita ke kelas," ajak Lucito saat mendengar bunyi bel masuk. Thia hanya mengangguk, mengikuti langkah lebar Lucito memasuki kelas. Thia duduk di bangku melirik ke arah Andreas yang terdiam tanpa menyapa dirinya. Thia menghela napasnya, selepas bel pulang nanti ia akan berbicara kepada Andreas.
***
Bel pulang berbunyi, waktu yang ditunggu-tunggu oleh Thia akhirnya datang. Memasukkan semua barang-barangnya lalu pergi meninggalkan kelas. Dengan terburu-buru Thia mengejar Andreas yang sudah lebih dahulu keluar kelas.
"Andreas!" teriak Thia, mempercepat jalannya, menghampiri Andreas yang tidak merespon panggilannya.
"Tunggu!" ujar Thia dengan napas memburu. Mengatur napasnya lalu beralih menatap Andreas yang berdiri tenang.
"Ada apa?"
"Jangan di sini, kita cari tempat untuk bicara," saran Thia lalu menarik tangan Andreas, yang disambut pasrah oleh lelaki itu. Ia harus bagaimana lagi untuk membuat Thia menjauhi dirinya ia sudah tidak punya cara lain.
Duduk dibangku taman, kini Thia menatap Andreas dengan tatapan selidik. Lalu berkata, "Kenapa akhir-akhir ini kau berubah Andreas?" tanya Thia dengan ekspresi serius."Tidak apa, maaf soal tadi,entah mengapa emosiku tidak bisa dikendalikan maafkan aku Thia, aku menyesal, apa masih sakit?" Menyentuh lutut Thia yang meninggalkan bekas memar yang membuat Andreas merasa bersalah.
"Tidak apa, kalau ada sesuatu bicarakan denganku, aku seperti bukan kekasihmu Andreas ...." Menundukkan kepalanya membuat Andreas merasa berat untuk meninggalkan Thia. Tetapi ini demi keselamatan kekasihnya.
Mendekap tubuh mungil Thia, Andreas mengelus punggung Thia saat ia merasakan punggung Thia yang bergetar. Melepaskan pelukan, menanangkup wajah Thia memghapus sisa-sisa air mata di pipi Thia. Melihat Thia menangis membuat Andreas seperti tertusuk jarum di dadanya ia tak sanggup menyakiti Thia.
"Ayo kita pulang!" ajak Andreas yang dibalas anggukan oleh Thia.
***
My Cool Boyfriend
[Dandan yang cantik ya:) aku jemput jam 19.00 See you ....]Me
[Mau kemana?]Cool Boyfriend
[Ada deh ....]Thia mendengkus saat membaca balasan Andreas terlihat sangat misterius membuat Thia semakin penasaran.
Me
[Oke!]Tak ada balasan dari Andreas, Thia melihat jam dinding ternyata sudah jam 18.00. 1 jam lagi Andreas akan datang memjemputnya buru-buru Thia beranjak dari kasurnya, berlari menuju kamar mandi.
***
Di sisi lain Andreas terkekeh, membaca balasan Thia, ia membayangkan wajah penasaran dan juga kesal gadis itu. Hari ini adalah hari anniversary dirinya dan Thia. Rencananya ia akan memberi kejutan untuk kekasihnya itu.
Suara deringan ponsel membuyarkan lamunan Andreas tentang Thia. "Pasti Thia!" tebak Andreas dengan wajah berseri. Ia membuka pesan tanpa melihat siapa pengirimnya.[Kau harus putuskan Thia sekarang juga, atau kau akan melihat Thia mati sekaran! Dan satu lagi besok kau harus menjemput Chinthia untuk berangkat bersama]
Karina
KAMU SEDANG MEMBACA
Cool Boy Vs Cool Girl (REPOST)
Jugendliteraturbagaimana jadinya seorang cowok and cewe sama-sama dingin, cuek dan gak kesentuh. Austhia Putri Fernandez gadis cantik, pintar tapi sayang nya sifat cuek membuat dirinya di gemari oleh semua orang termasuk cowok dingin yaitu Andreas Smith helten. Ba...