Part 10//CBVCG// Is This Love?

8K 309 1
                                    

Apakah ini yang namanya cinta sesungguhnya? Ataukah hanya perasaan semu saja? Berjalan dengan seiring waktu hingga perasaan itu hilang dengan sendirinya. Apakah harus menunggu hal itu terjadi?

Is this love?

Itulah yang dirasakan Andreas saat ini.

Bingung?

Bingung akan perasaan nya pada Austhia, gadis yang selalu ada dalam mimpinya. Mengapa hidup ini harus ada cinta bila pada akhirnya ia tersakiti. Kehidupan cinta itu begitu rumit. Sangat rumit bahkan tidak serumit rumus matematika.

Cinta melibatkan hati dan pikiran, kalau Matematika hanya melibatkan otak saja. Jika saja cinta itu seperti matematika membuat mungkin ia ingin merasakan cinta.

Memegang dadanya yang berdetak sangat cepat, membuat Andreas merasa gelisah ia sangat takut jatuh cinta.

Cinta hanya membuat orang lemah, cinta juga dapat membuat orang melakukan apa saja termasuk membunuh sekalipun.

Beginilah rasanya jatuh cinta, Andreas seperti orang gila saja memikirkannya. Andreas menggelengkan kepalanya menepis pikiran tentang cinta.

Membuat dirinya pusing saja.

***

"Halo Thia," panggil seseorang yang membuat Thia langsung memutar bola matanya malas.

Siapa lagi kalau bukan si playboy cap kuda ini.

Lucito Mille

Tersenyum ke arah Thia, hingga menampilkan giginya yang putih, Thia mendengkus pelan. Ia sedikit tidak suka dengan kedatangan Lucito.

Siapa yang tidak tahu akan cowok yang sedang tersenyum kepadanya. Ke Playboy-nya yang sudah dikenal se-antero sekolah.

"Thia, kenapa dingin banget sih?" tanya Lucito yang tidak dipedulikan oleh Thia.

Lucito yang tidak mendengar balasan dari Thia membuat dirinya semakin tertarik untuk menggoda Thia.

"Thi—"

"Ekhemm". Deheman seseorang membuat Lucito mengurungkan niatnya untuk menggoda Thia.

Mendongakkan kepalanya melihat siapa yang menggangu aktivitasnya, ia sungguh kesal. Tetapi kekesalannya berubah menjadi terkejut.

Siapa yang tidak terkejut saat melihat Andreas yang sedang berdiri di depannya. Menatap Lucito datar, tidak seperti biasa nya seorang Andreas masuk ke kantin.

Lucito tidak yakin yang di depannya itu adalah Andreas asli. Atau ... Andreas telah dirasuki roh orang lain. Memikirkan hal itu membuat Lucito bergidik ngeri.

Menegakkan tubuhnya menghadap Andreas, menempelkan tangannya ke kening Andreas membuat Andreas tak mau menatap tajam Lucito.

"Wahai roh yang merasuki tubuh teman gue,  tolong segera keluar dari tubuh ini," ucap Lucito merapalkan mantra. Terlihat bibirnya yang berkomat-kamit tidak jelas.

Andreas yang melihat kelakuan bodoh Lucito memutar bola matanya malas, menatap tajam Lucito yang cengengesan tak jelas.

Lucito terkekeh pelan sambil berkata,"Akhirnya Andreas ku kembali."

Thia yang melihat drama di depannya hanya memutar matanya kesal. Mendengkus melihat kelakuan konyol si playboy cap kakap itu.

Meninggalkan Andreas dan Lucito, melangkahkan kakinya menuju kelasnya. Andreas yang sedari tadi menatap tajam Lucito langsung mengalihkan tatapannya pada Thia yang pergi menuju kelasnya.

Andreas yang tujuannya adalah untuk bertemu dengan Thia diurungkan karena ada pengganggu yang membuat dirinya tidak bisa menemui Thia. Ego Andreas terlalu tinggi.

Hingga ia tak mau melihat orang-orang tahu bahwa dirinya menyukai Thia. Ya, setelah ia pikir-pikir ternyata perasaanya tidak bohong belaka. Tetapi benar-benar perasaan yang tumbuh dari hatinya untuk Thia. Ia tidak bisa menyangkal hal itu.

Lucito yang melihat Andreas pergi meninggalkan nya langsung mendengus keras. Akhir-akhir ini ia merasa ada sesuatu yang disembunyikan Andreas darinya.

Setelah ia pikir-pikir apa yang membuat Andreas terlihat salah tingkah saat ia bertanya. Kadang juga ia berbicara gugup apakah ini ada kaitannya dengan perempuan yang tadi ia goda.

Austhia Putri Fernandez

Gadis dingin itu yang akhir-akhir ini selalu membuat Andreas salah tingkah.

Lucito mengelus dagu nya pelan, hah ia mempunyai rencana untuk membuat Andreas jatuh cinta pada Thia.

Walaupun Andreas mungkin sudah jatuh cinta pada Thia, akan Lucito buat Andreas mengungkapkannya.

"Sepertinya aku harus membuat mereka saling menyatakan cinta," monolog Lucio.

"Hah, kenapa gue nggak kepikiran tentang hal itu ckck." Decakan keluar dari bibir Lucito.

"Gue jadi penasaran bagaimana seorang Andreas yang dingin mencintai gadis dingin juga? Ah gue bingung." Lucito mengacak-acak rambutnya frustrasi.

"Tapi setelah dipikir-pikir pasti menyenangkan," lanjut Lucito lagi.

Lucito seperti orang gila saja berbicara sendiri. Tak menghiraukan orang-orang yang melihatnya dengan tatapan aneh.

Bel berbunyi membuyarkan lamunan Lucito tentang Andreas.

Sebelum melangkahkan kakinya menuju kelas, seperti biasa Lucito tebar pesona terlebih dahulu. Mengedipkan sebelah matanya pada gadis-gadis yang ada di kantin.

Terkekeh bisa pelan saat banyak yang menjerit-jerit histeris ke arahnya. Well,
Sepertinya mereka tidak bisa menahan diri dari pesona pria yang satu ini.

****

Tak terasa bel pulang berbunyi, membuat semua orang berhamburan pulang ke rumah masing-masing. Beristirahat sebelum melakukan aktivitasnya yang mungkin melelahkan.

Austhia membereskan buku-bukunya, memasukkannya ke dalam tas. Beranjak dari kursinya meninggalkan kelasnya. Melangkah kakinya ke parkiran, memakai helm kesayangannya. Meninggalkan pekarangan sekolah.

Di perjalanan motor yang ditumpangi Thia tiba-tiba mogok di tengah jalan. Membuat Thia Tak sadar mengumpat kesal.

Tak hanya itu, hujan mengguyur deras, membasahi tubuhnya. Menambah kesialan pada Thia.

"Ah, sial!" umpat Thia kesal bukan main. Menendang ban motornya hingga terdengar suara petir membuat Thia memegang dadanya kaget.

Hujan yang terus mengguyur tubuhnya, tak membuat Thia ingin berteduh, ia menikmati setiap tetesan demi tetes air hujan yang membasahi tubuhnya.

Hingga ia tak merasakan air hujan yang menimpa tumbuhnya lagi, membuat Thia menggeram kesal.  Mendongak kan kepalanya ke atas untuk mencari tahu siapa yang berani mengganggu kesenangannya.

Andreas Smith Helten

Lelaki yang sedang memayungi dirinya, berdiri menatap tajam Thia. Hingga terjadilah tatap menatap di antara keduanya.

Hujan terus mengguyur tubuh kedua insan yang sedang saling menatap, tak memperdulikan dirinya mereka yang kedinginan.

Andreas menarik tangan Thia pelan, membuyarkan tatap menatapnya, membawa Thia untuk berteduh ketika hujan semakin deras, terdengar petir membuat Andreas menarik tangan Thia.

Menggenggam tangan dingin Thia, ada rasa kehangatan pada diri Thia saat tangannya bersentuhan dengan tangan besar Andreas.

Keheningan menguasai pikiran mereka, tidak ada yang mau memulai berbicara, Andreas membuka mulutnya. Tetapi ia tutup kembali ia tidak tahu harus memulainya darimana.

Tak sadar Andreas melihat Thia yang mengusap tangannya sendiri, mungkin dirinya kedinginan pikir Andreas. Ingin sekali ia memberikan jaket yang sedang ia pakai. Namun, ia urungkan ia sangat Alergi kedinginan.

Namun, apakah ia akan tega melihat Thia yang menggigil kedinginan?

Setelah ia pikirkan, Andreas akhirnya melepaskan jaket tebalnya. Tak peduli jika ia akan gatal-gatal ataupun bersin sekalipun.

Ia sungguh merasa sangat kasihan melihat Thia, Ia mengorbankan alerginya hanya karena Thia seorang. Benar-benar bukan Andreas yang kita kenal.

TBC..

Cool Boy Vs Cool Girl (REPOST)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang