Part 28 CBVCG// Fiance

3.5K 122 0
                                    

Suara ketukan pintu membuat Thia langsung menghampiri pintu dan membukanya. Tetapi, saat ia melihat sosok di balik pintu ia kaget, tetapi langung merubah ekspresi wajahnya menjadi datar. Chintia yang tersenyum manis kepada dirinya yang terasa palsu menurut Thia, dan tak lupa sosok Andreas yang menatap dirinya datar tanpa ekspresi.

"Halo Thia, apa kabar?" sapa Chintia dengan senyum yang meremehkan. Thia yang muak melihat tingkah laku Chintia, ia segera menutup pintu, tetapi segera dihadang oleh Chintia.

"Aish, jangan ditutup dulu dong, kalau ada tamu itu,  harusnya dipersilahkan masuk ya, ‘kan Sayang?" tannya Chintia menatap ke arah Andreas yang dibalas kedikan bahu dari Andreas. Ia sudah muak melihat tingkah menjijikan Chintia.

Thia menghela napasnya kasar, lalu membukakan pintu untuk Andreas dan Chintia. Mereka pun masuk, lalu duduk di sofa, dengan tak sopannya Chintia menaikan sebelah kakinya. Hingga, membuat Thia geram seketika.

"Gue nggak akan berlama-lama di sini hanya ingin memberikan undangan, gue harap lo datang.  Ayo Andreas kita pergi ...." Menyodorkan undangan pertunangannya dengan Andreas lalu memeluk lengan Andreas manja. Meninggalkan Thia yang menatap datar kartu undangan.

"Baiklah jika itu mau kalian gue akan datang," gumam Thia langsung merobek kartu undangan pertunangan Andreas dan Chinthia.

***

Memandang orang yang berada di atas panggung, memegang dadanya yang terasa sesak.

Orang yang sedang bertukar cincin, hingga tak diminta air mata turun tanpa seizin Thia. Suara tepuk tangan menggema, ia  tak bisa melihat lebih lama lagi. Hatinya sungguh sakit, orang yang ia cintai kini tengah memegang tangan orang lain bulan dirinya. 

"Kalau tidak kuat, jangan dilihat," ucap seseorang membuat Thia menoleh ke arah suara.

"Tidak apa," jawab Thia dengan menampilkan senyum, supaya Lucito tidak merasa khawatir padanya.

   "Gue permisi ke toilet dulu," ijin Thia.

Lucito memandang tubuh Thia, ia tahu bahwa Thia saat ini sedang rapuh. Lucito pun sama halnya dengan Thia, ia juga sangat rapuh bagaimana tidak? Saat melihat sosok gadis yang dicintainya kini tengah bersanding dengan sahabatnya itu.  Miris bukan?

Lucito tahu, bahwa cintanya kini hanya bertepuk sebelah tangan, cinta yang tak terbalaskan itu sakit, tetapi apalah daya ia tak akan bisa memaksa cinta itu tumbuh pada diri Chintia. Lucito tidak tahu apa motif Andreas membohongi Thia, padahal ia tahu bahwa andreas mencintai Thia begitu besar terlihat dari cara ia menatap Thia yang berlari meninggalkan acara pertunangan.

"Pasti ada yang tidak beres," monolog dalam hati Lucito meninggalkan Andreas yang sedang berfoto dengan Chintia.

***

Andreas memandang Thia yang berlari menjauh dari acara pertunangan dirinya, ia tahu bahwa tidak dipungkuri hatinya sakit saat melihat ada air mata yang menetes membasahi pipi Thia, tetapi ia tidak bisa apa-apa karena sedari tadi Karina memperhatikan gerak-gerik dirinya.

Akhirnya acara pertunangan pun berakhir, Andreas melepaskan dasi yang melingkar di lehernya, memandang Cincin yang bertuliskan inisial 'C' tersenyum miris ia melepaskan cincin yang tak ingin is lihat lalu pergi ke kamar untuk menemui ayahnya.

"Ayah," panggil Andreas.

Ayahnya tidak mengikuti acara pertunangan karena tiba-tiba Alvaro merasa pusing kepala, awalnya Andreas ingin menunda pertunangan ini tapi saat Karina mengancamnya lagi membuat Andreas hanya pasrah.

"Ayah ...!" teriak Andreas saat melihat ayahnya tergeletak di lantai sambil memegang dadanya.

Mengangkat tubuh ayahnya, Andreas membaringkan di ranjang, menyelimuti Alvaro dengan raut muka cemas. Saat ia akan memanggil dokter tiba-tiba ayah Andreas mencekal tangan Andreas membuat sang empunya menoleh.

"Maafkan ayahmu ini, Andreas," lirih Alvaro memegang tangan Andreas.

"Ayah, kau pasti sembuh, aku akan panggil dokter!" ucap Andreas dengan nada panik.

"Jangan Andreas!" Mencekal tangan Andres yang akan memanggil dokter, kerena ia tahu bahwa hidupnya tidak akan lama lagi.

"Aku ingin memberikan suatu kebenaran yang tak bisa Ayah tutupi lagi Andreas, karena Ayah tahu,  hidup ayah sudah tidak akan lama lagi ...."

"Ayah ngomong apa sih ... Ayah pasti kuat!" ucap Andreas kepada ayahnya ia sungguh tidak bisa melihat ayahnya merintih kesakitan.

"Aku akan tetap panggil dokter ...."

Kamu bukan anak kandung Ayah," ungkap Alvaro membuat Andreas yang akan mengambil telepon kini terdiam mencerna ucapannya. Membalikkan tubuhnya Andreas menghampiri ayahnya dengan tatapan tidak percaya.

"Ayah bohong, ‘kan?" lirih Andreas ia tak percaya akan fakta yang didengarnya ini.

"Tidak, mungkin ini waktunya ayah memberi tahu semuanya, maaf. Ayah telah membohongimu saat ini, aku takut kamu membenci Ayah, Nak," lirih Alvaro menatap sendu Andreas.

"Ceritakan padaku, Ayah," ucap dingin Andreas ia ingin tahu kebenarannya sekarang juga. Walaupun kenyataan pahit pun ia akan menerimanya.

"Ayah tak sengaja menabrak orang tuamu Andreas, pada saat itu Ayah sangat marah saat mendengar bahwa ibumu meminta cerai pada Ayah, dan pada saat itu juga orang tuamu dari arah berlawanan lalu tabrakan pun tak bisa dihindari."

"Mereka menitipkan kau pada Ayah, lalu mereka mendorong Ayah hingga tersungkur, kau tahu Andreas? Mobil yang dikendari orang tuamu meledak di depan mata Ayah, dari situlah Ayah membawamu ke rumah ini, Nak."

"Maafkan Ayahmu yang merahasiakan itu semua padamu Andreas," lirih Alvaro.

"Jangan seperti ini Ayah, aku tidak membencimu ... aku bahagia mempunyai Ayah sepertimu," ucap tiba-tiba Andreas membuat Alvaro terharu.

"Terima kasih, Nak. Sekarang Ayah lega akhirnya aku bisa pergi dengan tenang," ucap Avaro, tiba-tiba ia merasakan dadanya yang sakit. Ia tersenyum mungkin inilah saatnya ia pergi.

"Ayah ...!" teriak Andreas saat ayahnya menutup mata, ia mengguncangkan tubuh kaku Alvaro.

"Ayah kumohon bangun …!" Tangis Andreas pecah melihat tidak ada lagipergerakan dari tubuh ayahnya. Tubuh Andreas merosot seketika, semua meninggalkan dirinya, tidak adakah kebahagian yang ia rasakan.

"Ada apa ini, Andreas?" tanya Karina yang mendengar teriakan Andreas juga Chinthia yang kaget di belakang Karina.

"Mau apa kau ke sini hah?!" teriak Andreas mendorong tubuh Karina, hingga ke pintu.

"Kau tega mengusir Ibu dan tunanganmu, Andreas?" bela Karina yang tak ingin keluar dari rumah ini.

"Aku sudah tahu semuanya, kau bukan ibu kandungku jadi menyingkirlah! Aku memutuskan pertunangan ini ...!"

"Tapi---"

Ucapan Karina terpotong saat Andreas membanting pintu dengan sangat keras.Meninggalkan Karina dan Chinthia yang mematung melihat kemarahan Andreas.

****

Tanah demi tanah terus menutupi tubuh ayahnya, Andreas menatap batu nisan ayahnya angkatnya, ia tak menyangka kini hanya ia sendiri semua telah membenci dirinya. Kini hanya ada satu harapan memperjuangkan seseorang yang ia buat hancur, ia akan menjelaskan semua kebenarannya.

Cool Boy Vs Cool Girl (REPOST)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang