Happy Reading 🔥
Andreas menikmati pemandangan di depannya, menatap Thia yang sedang menjilat es krimnya sangat cantik. Thia yang merasa diperhatikan menengok ke arah Andreas, menaikan sebelah alisnya mengisyaratkan 'ada apa?' pada Andreas. Yang ditatap hanya menggelengkan kepalanya. Sambil mengangkat bahunya Thia melanjutkan aktivitas yang tertundanya.
Tiba-tiba terdengar nada dering dari ponsel Andreas berbunyi, merongoh ponsel di saku celananya menempelkan di telinganya.
"Halo ...."
"..."
"Iya, dengan saya sendiri."
"..."
"Baik saya akan segera ke sana!" Menyimpan kembali ponsel di sakunya lagi Andreas terlihat sangat serius berbicara dengan dokter membuat Thia sedikit penasaran.
"Siapa?" Akhirnya Thia bertanya pada Andreas yang beranjak dari bangku.
"Dokter yang memeriksa Chintia dan Karina, ia meminta aku untuk datang ke rumah sakit. Katanya ada sesuatu yang harus diselesaikan," jelas Andreas panjang lebar.
"Chintia, meninggal?" Kaget Thia yang diangguki oleh Andreas
"Nanti saja bertanyanya kita akan ke rumah sakit dulu, nanti kau akan mengetahui semuanya." Menarik tangan Thia lalu pergi menuju rumah sakit.
***
"Ada apa, Dokter?" tanya Andreas saat sudah sampai di rumah sakit.
"Mari ikut saya," ajak dokter Alexander yang langsung diikuti oleh Thia dan Andreas.
"Sebelum pasien meninggal, ia memberikan surat ini padaku untuk diberikan kepada kalian, silakan diterima," ucap dokter Alexander.
"Terima kasih Dokter, kalau begitu kita pamit dulu," pamit Andreas.
"Ya, silakan," ucap Dokter Alexander mempersilakakan Andreas dan Thia dengan sopan.
"Tiga Surat?" tanya Thia penasaran, lalu Andreas membaca surat yang ternyata untuk Thia, Lucito dan juga dirinya.
"Ada nama Lucito kita panggil dia saja ke sini," ucap Thia saat membaca nama Lucito di surat ketiga.
"Nanti saja, kalau kita sudah pulang ke rumah," jawab Andreas yang dibalas anggukan oleh Thia.
Austhia mulai membuka surat yang diberikan Chintia dirinya agak penasaran dengan surat pemberian Chintia.Secara tiba-tiba sosok yang dibencinya memberikan dirinya surat. Perlahan-lahan Thia membuka surat dari Chintia.
Dear : Austhia Putri Fernandez, gadis yang pernah aku sakiti.
Aku menulis surat ini, mungkin kau tak akan pernah melihat aku lagi untuk selamanya. mungkin kalian akan senang bila aku tak mengganggu kau lagi.
Untuk Thia maaf jika selama ini aku terus menyakitimu, mungkin inilah balasan yang setimpal untukku. Aku ingin minta maaf padamu tapi, waktu ku sudah tak lagi banyak aku tahu aku terlalu kejam, tanpa rasa maaf bersalah aku hampir saja membunuhmu.Jadi, aku menulis surat ini untuk meminta maaf padamu, maaf jika aku terus menyakiti dan ingin membunuhmu tanpa berfikir panjang terlebih dahulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cool Boy Vs Cool Girl (REPOST)
Teen Fictionbagaimana jadinya seorang cowok and cewe sama-sama dingin, cuek dan gak kesentuh. Austhia Putri Fernandez gadis cantik, pintar tapi sayang nya sifat cuek membuat dirinya di gemari oleh semua orang termasuk cowok dingin yaitu Andreas Smith helten. Ba...