Happy Reading 🔥
Lucito melangkahkan kakinya menuju alamat pemakaman yang diberikan oleh Andreas. Awalnya ia tak percaya apa yang dikatakan Andreas, hingga ia matanya menemukan gundukan yang bertuliskan nama orang yang dicintainya yaitu Chintia.
Lucito menatap gundukan di depan mungkin inilah kisah dirinya bersama Chintia berakhir tragis, butiran demi butiran air mata Lucito terjatuh, ia tak menyangka secepat itukah Tuhan memanggil orang yang ia cintai. Mengapa tidak ada kesempatan untuk memperbaiki semuanya.
"Chintia," lirih Lucito mengusap nisan di depannya menatap sendu kuburan di depannya.
"Kenapa kau begitu cepat meninggalkanku. kenapa saat aku ingin mengungkapkan semuanya kau pergi aku menyesal Chintia maafkan aku,"ungkap panjang lebar Lucito memegang dadanya yang terasa sesak.
"Entah sejak kapan aku mencintaimu Chintia, sayangnya saat kejadian yang menimpamu dulu membuat kau tak mengingat diriku, dan itu sangat sakit ...." Mengembuskan napasnya secara perlahan lalu melanjutkan ceritanya.
"Sejak kecil aku menyukaimu Chintia, kau adalah cinta pertamaku, aku terlalu pengecut mengatakan betapa aku sangat mencintaimu, aku takut kamu menolaknya."
"Aku tak menyangka orang yang kucintai ingin membunuh kekasih dari sahabatku, itu membuat diriku sakit dan membenci dirimu, tapi cintaku terlalu besar padamu. Aku tahu cinta tidak butuh alasankan?"
"Tapi saat kau mulai menyadari semuanya dan membuatku semakin tidak bisa membencimu, kau rela meninggal demi mendonorkan jantung dan ginjal pada Thia. Dan aku sangat berterimakasih kasih padamu."
"Kau tahu, kau adalah cinta pertama dan takkan pernah terlupakan, kau akan tetap berada di sini, di hatiku. Walau mungkin nanti aku akan menyukai seseorang tapi percayalah kau takkan terlupakan," Ucap Lucito, menaruh bunga kesukaan Chinthia.
Tersenyum miris, lalu berkata,"Aku pergi Chinthia," pamit Lucito lalu pergi meninggalkan pemakaman.
Seminggu kemudian ....
Lucito melangkahkan kakinya menuju pemakaman umum, di sinilah tempat dirinya meninggalkan cinta pertama untuk selamanya, kini hanya ada kenangan manis yang tersimpan erat di hatinya. Menaruh bunga kesukaan Chinthia yaitu bunga matahari, mengapa ia tahu bunga kesukaan Chinthia jawabannya adalah saat kecil dulu gadis itu pernah memberitahu dirinya.
"Lucito, kamu tahu nggak? Aku sangat suka bunga matahari ... karena bunga matahari sangat indah seperti matahari yang menyinari dunia."
Itulah kata-kata Chinthia yang masih terkenang, walau ia tahu Chinthia tidak akan mengingat itu semua, tapi masih ada dirinya yang selalu mengingat sampai kapanpun.
"Maafkan aku Chintia," lirih Lucito mengusap nisan di depannya, tak sadar air matanya jatuh tanpa seizin pemiliknya.
"Maafkan aku yang terlalu takut untuk mengungkapkan perasaanku padamu, jika saja aku tahu seperti ini akhirnya aku tidak akan melewati kesempatan ini. Aku takut kau menolaknya, aku terlalu mengecut, maafkan, semoga kau tenang di sana Chintia," ungkap Lucito.
"Beribu cara aku lakukan, tapi kau tak pernah melirikku, aku frustrasi, aku melampiaskan semuanya dengan cara menjadi seorang playboy tapi tetap saja tidak membuat hatiku tenang," ucap Lucito memandang sendu gundukan di depannya.
Mengusap kasar air matanya, beranjak dari tempat duduknya lalu pergi meninggalkan pemakaman hanya ada kenangan yang manis untuk dikenang. Lucito merogoh surat yang ada di sakunya, kini setelah seminggu berlalu, akhirnya Lucito siap untuk membaca surat terakhir dari Chintia.
Menarik napasnya, mempersiapkan diri untuk menerima semua kenyataan yang Akan ia hadapi. Lucito membaca Surat yang diberikan Andreas padanya ia sedikit penasaran siapa yang menulis surat untuk dirinya.
Dear : Lucito Miller, lelaki yang kucintai.
Maafkan aku Lucito aku menyesal karena terlambat menyadari perasaan ini padamu.Mungkin saat kau membaca surat ini aku sudah pergi meninggalkan mu untuk selamanya tapi aku merasa bahagia karena dicintai tulus olehmu.
Kau tahu saat Andreas mengatakan bahwa ada seseorang yang mencintaiku dengan terus kau tahu siapa orang ya, yaitu kamu Lucito aku masih tidak percaya kalau playboy seperti mu bisa mencintai seeorang dengan tulus.
Awalnya aku tidak percaya apa yang Andreas katakan padaku, tapi ada suatu hal yang membuatku percaya saat kau datang di pesta pertunanganku dan Andreas, aku melihat sebuah luka di matamu, aku merasakan sakit di dadaku saat kau menatap penuh luka kepadaku.
Aku memutuskan untuk membatalkan pertunaganku dengan Andreas, aku masih ingat saat itu Andreas tengah berduka karena ayahnya meninggalkan Andreas untuk selamanya.
Saat aku akan bicara dengan Andreas mengenai pertunangan ini, tapi Andreas mengusirku dan juga Karina ibu tiri Andreas.
Aku menyesal saat itu, aku mengatakan pada Karina bahwa aku tidak akan meneruskan ini semua tapi naas pertengkaranku dengan Karina membuat aku tidak menyadari bahwa inilah akhir dari kisahku. Mobil yang aku kendari dengan Karina tiba-tiba tidak bisa direm aku panik tapi aku tidak bisa apa-apa hanya pasrah saja menerima bahwa ini adalah akhir dari hidupku.
Aku membuka mataku saat melihat sekeliling ternyata aku berada di rumah sakit, saat itulah aku tak sengaja mendengar percakapan dokter dan kamu, betapa kagetnya aku Thia mengalami kesakitan yang membuat diriku menyesal.
Aku ingin minta maaf tapi tidak bisa mengucapkannya tubuhku kaku tidak bisa digerakan, aku tahu ini adalah akhir dari hidupku untuk menebus semua dosaku walau tidak akan bisa, aku hanya bisa memberikan yang kupunya sebelum aku pergi.
Saat aku akan memasuki ruangan operasi aku melihat dirimu Lucito, aku senang bisa bertemu denganmu dan aku tahu ini terakhir kalinya aku bertemu denganmu.
Aku menyuruh perawat untuk mengantarkan padamu Lucito, tapi sayang kau tak mengenaliku karena wajahku yang rusak parah tak berbentuk, aku pegang tanganmu dan setelah itu aku pun mengikhlaskan semuanya termasuk hidupku. Aku bahagia bisa mengenal dirimu Lucito walau hanya sebentar.
Kini aku mengingat semuanya Lucito kau adalah teman masa kecilku, maaf aku baru mengetahuinya sekarang, terima kasih kau selalu menemaniku saat aku sedang sedih.
Selamat tinggal Lucito aku mencintaimu ....
Si bodoh
Chintia Gilbert
Lucito meneteskan air matanya, menatap datar surat dari Chintia, bodohnya ia tak mencari tahu keberadaan Chintia pada Andreas. Ia seolah-olah menutup mata dan telinga, karena ia terlanjur membenci Chintia, tetapi sekarang rasa benci itu tiba-tiba sirna begitu saja tanpa diminta.
Bahkan hanya ada rasa penyesalan di hatinya, ia tak menyangka sosok yang mendonorkan jantung dan ginjal pada Thia adalah Chinthia. Ia mengingat saat seorang gadis yang berlumuran darah, membuat Lucito tidak menyadari bahwa itu adalah Chinthia.
Pantas saja ia merasa ada yang aneh saat berpegangan tangan dengannya, ia merasa seperti Akan kehilangan seseorang yang ia cintai, dan terbukti orang itu meninggalkan dirinya untuk selamanya.
"Chintia semoga kau tenang di sana, kenangan bersamamu akan selalu terukir di dalam hati ini, dan takkan terlupakan terima kasih kau telah membalas perasaanku walau terlambat," ucap Lucito dalam hati menatap langit, ia seperti melihat sosok Chintia yang tersenyum padanya.
Lucito melangkahkan kakinya meninggalkan pemakaman tempat Chintia menghembuskan nafas terakhinya, ini akan menjadi pelajaran dalam hidupnya untuk masa yang akan datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cool Boy Vs Cool Girl (REPOST)
Teen Fictionbagaimana jadinya seorang cowok and cewe sama-sama dingin, cuek dan gak kesentuh. Austhia Putri Fernandez gadis cantik, pintar tapi sayang nya sifat cuek membuat dirinya di gemari oleh semua orang termasuk cowok dingin yaitu Andreas Smith helten. Ba...