Prom Night

4.7K 76 4
                                    

Five months later ....

Kelulusan telah di depan mata, mereka menyambut dengan penuh suka cita, akhirnya Hari yang mereka tunggu datang. Di mana setelah tiga tahun menempuh masa-masa sulit kini mereka dapat merasakan hasil dari kerja keras mereka. Andreas memakai kemeja putih, tak lupa dengan jas hitam yang membalut tubuh atletisnya, terlihat sangat tampan dan gagah siapa pun yang melihatnya pasti akan tergila-gila.

Andreas melangkahkan kakinya menuju sekolah, tepatnya sekolah awal pertemuannya dengan seorang gadis bermata hijau yang membuat dirinya terpana seketika. Gadis yang mampu membuat dirinya tersenyum lebar.

Tetapi, perlu diingatkan lagi tempat ini juga akhir semua kisah hancur seketika, semua berakhir tak ada lagi yang menyapa dirinya di pagi hari tersenyum manis menatap dirinya.

Lima bulan telah berlalu Andreas menjalankan hidupnya sendiri tanpa seseorang di sampingnya. Kepergian seseorang di masa lalu membuat Andreas menjadi sosok dingin kembali lebih parah daripada sebelumnya. Acara telah dimulai, Andreas menatap orang-orang yang sedang besenda gurau dengan orang lain. Merayakan hari kelulusan dengan meriah tak terkecuali dirinya yang hanya duduk manis di bangku yang telah disediakan.

"Hai bro!" Sapa Lucito sambil duduk di kursi dekat Andreas. Tak ada jawaban dari mulut Andreas, hanya ada gumaman kecil saja, ia hanya pokus pada di depannya.

Lucito menari napasnya. Andreas tak pernah berubah, terpuruk dengan masa lalunya. Ia tahu butuh waktu untuk melupakan semuanya, termasuk Thia gadis yang sangat Andreas cintai. Pergi meninggalkan Andreas yang terpukul mendengar kematian Thia yang tiba-tiba.

Sama seperti sebelumnya, Andreas tetap sama tak berubah, kepergian Thia yang membuat Andreas berubah dingin, tatapannya kosong tak ada gairah hidup sama sekali. Setelah kepergian Thia yang mendadak, Andreas selalu mengurung dirinya di kamar. Lucito sudah hampir putus asa membujuk Andreas untuk keluar kamarnya, mungkin Andreas butuh waktu untuk mencerna semuanya.

Kantung mata yang menghitam tercetak jelas di mata Andreas, telihat sangat mengenaskan, tubuh atletisnya kini semakin kurus tak terawat, meningalnya Thia membuat duka yang mendalam di hati Andreas dan Lucito tahu hal itu. Andreas selalu duduk dekat balkon kamarnya, memanggil nama Thia dengan lirih. Lucito selalu memergoki Andreas yang tengah melamun memandang langit yang gelap.

"Andreas lo harus berubah, ikhlaskan Thia Andreas, ia mungkin sudah tenang di sana," nasihat Lucito dengan panjang lebar.

Andreas hanya mengangguk kan kepalanya, tanpa menoleh ke arah Lucito, ia harus kuat dan ikhlas menerima semuanya. Mengalihkan pandangnya ke arah lain, hingga sosok seorang gadis menyita perhatian Andreas, terpaku menatap gadis yang ia kenal. Tetapi, Andreas masih mengumpulkan kesadarannya.

Beranjak dari tempat duduknya, hingga ia menghiraukan panggilan Lucito yang sedari tadi memanggilnya.

"Thia," lirih Andreas menatap gadis di depannya yang tengah berbincang dengan seseorang.

Gadis itu mengalihkan pandangan saat seseorang memanggil dirinya, gadis itu terpaku saat menatap lelaki yang selama ini dibencinya. Berlari meninggalkan Andreas yang masih diam terpaku. Andreas yang sadar akan keterpakuannya, langsung mengejar sosok yang ia yakini adalah Thia, orang yang selama ini membuat dirinya gila.

Ia harus buktikan bahwa itu adalah Thia, sudah Lima bulan ini ia tak pernah bisa melupakan Thia, semakin ia mencoba melupakan bayangan Thia selalu muncul dipikirikannya.

"Thia," lirih Andreas akhirnya bisa mengejar Thia, mencekal tangan Thia agar tidak pergi.

"Lepaskan! aku bukan Thia." Kini gadis itu berontak di dalam cekalan Andreas.

Andreas menarik tangan Thia, hingga tubuh Thia menghadap dirinya. Ya, tidak salah lagi gadis yang selama ini ia rindukan kini ada di depannya menatap datar Andreas.

"Aku tahu ini kamu Thia," ucap Andreas menangkup wajah Thia.

"Sudah aku bilang aku bukan Thia ...!" teriak gadis itu lalu menghempas tangan Andreas.

Andreas tak diam saja, ia menarik tangan Thia kasar hingga menubruk dada bidang Andreas.

"Jangan tinggalkan aku lagi Thia," lirih Andreas memeluk erat Thia seakan tidak mau kehilangan nya lagi untuk kedua kalinya.

"Lepaskan!" Thia terus memberontak, tetapi tenaga Andreas lebih besar darinya akhirnya ia pasrah dipelukan Andreas. Setelah beberapa menit Andreas memeluk Thia, akhirnya melepaskan pelukan Thia.
"Apakah ini kamu Thia?" tanya Andreas yang masih tak percaya melihat gadis di depannya ini.

"Katakan ini bukan mimpi, ‘kan?" lanjut Andreas menelusuri wajah cantik Thia, mengagumi tiap inci wajah Thia.

Thia memejamkan mata, menerima sentuhan tangan dari Andreas. Menganggukan kepala bahwa memang dirinya adalah Thia. Andreas yang melihat Thia menganggukan kepala langsung menatap Thia tak percaya.

"Aku butuh penjelasan Thia," ucap Andreas lalu menarik tangan Thia mengajaknya untuk meluruskan masalah.

Mereka duduk di taman dekat sekolah, Thia menatap langit malam yang bertabur bintang-bintang yang bersinar, mengagumi indahnya ciptaan Tuhan.

"Aku ingin mengatakan sesuatu padamu Thia," ucap Andreas menatap ke depan.

"Aku memutuskanmu, karena---“

"Kita tidak akan membicarakan itu lagi Andreas," ucap dingin Thia ia tidak mau mengingat semua masa lalu yang menyakiti hatinya.

"Dengarkan penjelasanku Thia," ucap Andreas saat Thia memotong ucapnya.

"Hufh, baiklah," ucap Thia.

"Aku diancam oleh Karina ibuku, lebih tepatnya ibu tiriku. Ia memaksaku untuk meninggalkanmu, awalnya aku menolak karena aku tidak mau meninggalkanmu. Hingga, Karina dan Chintia mengancam akan membunuhmu Thia, aku awalnya tidak percaya akan ancaman mereka, tapi saat mereka mulai mencelakakan dirimu," lanjut Andreas.

"Aku tidak tahu harus apalagi untuk melindungi dirimu, akhirnya memutuskan untuk meninggalkan dirimu dan menerima perjodohan ini walau sakit," ucap Andreas menggemgam tangan Thia erat.

"Maafkan aku Thia," ungkap Andreas menatap sendu Thia.

Thia hanya menganggukan kepalanya, lidahnya terasa kelu tidak bisa mengatakan apapun, ia sungguh tidak menyangka perjuangan Andreas, awalnya ia membenci Andreas. Kini saat mengetahui kebenarannya Thia semakin mencintai sosok lelaki di depannya.

"Jadi maukah kau menjadi pacarku lagi, kita mulai dari awal lagi?" ungkap Andreas yang langsung diangguki Thia.

"Iya aku mau," ucap Thia pada akhirnya yang membuat Andreas mengembuskan napasnya lega.

"Jadi, ayo kita mulai dari awal lagi, dan aku berjanji tidak akan meninggalkanmu lagi hingga maut memisahkan," ucap Andreas menyodorkan jari kelingking pada Thia yang disambut oleh Thia.

"Jadi, apa yang terjadi lima bulan yang lalu Thia?" tanya Andreas pada akhirnya.

Cool Boy Vs Cool Girl (REPOST)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang