PART 4

8.1K 899 59
                                    

_

_

_

_

"Kau sudah sampai?, semuanya berjalan lancar tidak?, apa kau baik-baik saja?, bagaimana reaksinya?, apa benar semua bersikap seperti biasa? "

Helaan nafas terdengar pasrah dari mulut Gaeun ketika diserang oleh si penelepon di seberang sana. Ponsel yang masih menempel ditelinga diapit oleh bahu yang terangkat disebabkan kedua tangannya masih sibuk memindahkan beberapa barang dari mobil ketempat tinggalnya yang baru.

"Bertanyalah satu-satu Yeseul-ah..., kepalaku pusing mendengar rentetan pertanyaanmu."

Ye Seul terkekeh. "Baiklah. Bawel sekali."

Gaeun menaikkan alisnya. "Permisi nona..., siapa yang bawel disini?" Gaeun berkata sembari memindahkan kotak biru dari dalam jok belakang dan menghempaskan kedasar lantai. "Perasaan dari tadi yang tidak berhenti bertanya adalah kau." Lanjutnya.

Si penelepon kembali terkekeh. Gaeun hanya menggelengkan kepala melihat bagaiamana sahabatnya terus melakukan tingkah aneh. Bayangkan saja..., panggilan ini berlangsung sudah lebih dari tiga jam dan pertanyaan yang keluar dari mulutnya tidak pernah habis.

"Maaf. Aku hanya penasaran."

Tidak lama kemudian Gaeun dapat mendengar seseorang memanggil Yeseul.

"Sebentar..., Thanos memanggilku. Andai kau disini pasti semua akan membaik. Sekarang aku adalah kacungnya setelah kau pergi. Sudah yah aku tutup."

Gaeun tertawa setelah telepon tersebut dimatikan sepihak. Dia bisa membayangakan bagaimana Yeseul akan berlari panik sembari memaki karena dipanggil oleh atasan mereka. Jabatan memang kejam jika tidak dipergunakan sebaik mungkin, disalahgunakan akan membuat pihak yang berada dibawah mereka tertekan dan tidak bisa melakukan apa-apa. Mereka hanya bisa memasang senyum dan menurut seperti robot, berpura-pura tertawa ketika atasan melakukan joke yang tidak lucu sama sekali demi menghargai dan tidak ingin mencari masalah jika masih membutuhkan pekerjaan.

(Play music in multimedia)

"Ada yang bisa kubantu? "

Gaeun tersentak kaget dan hampir mendepatkan memar di kakinya jika saja Jungkook tidak cepat menahan kotak biru yang akan terjatuh dari tangannya.

"Bisakah kau hati-hati? Kenapa selalu ceroboh sih? "

Jungkook mengambil alih kotak. Gaeun menatap kesal, kenapa harus Jungkook yang hadir disaat-saat seperti ini.

"Bisakah kau tidak mengagetkanku? Kau tidak punya pekerjaan lain yah? "

Lemparan balasan yang Gaeun lakukan tampaknya tidak membuat Jungkook ketakutan sedikitpun. Pria itu tertawa dan mengedikkan bahu acuh diikuti dengan bibir bawah yang melengkung turun.

"Ada. Pekerjaan baruku adalah mengganggumu selama kau berada ditempatku. Ini wilayah kekuasaanku. Ingat. Kau berada di dorm kami tupai bergigi rata."

Sombong sekali.

Gaeun memperbaiki kuncirnya. Berkacak pinggang dan membuang nafas kasar.

"Sibuk sekali yah? Seperti tidak punya pekerjaan. Pengangguran yah?" Sarkas Gaeun. "Berikan itu padaku! " Gaeun merampas kotak biru dari tangan Jungkook. "Aku tidak butuh bantuanmu." lanjutnya sembari berjalan meninggalkan Jungkook.

Pria itu menahan senyum. Seperti mimpi?, tentu saja. Paginya kembali disambut oleh ocehan wanita yang dulunya pernah mengisi harinya, mendapati Gaeun yang akan tinggal bersama mereka membuat Jungkook begitu bersemangat. Seperti tadi pagi, saat dia berdiri di balkon dengan secangkir coklat panas ditangan menemukan pemandangan dimana Gaeun yang berusaha menurunkan barang dari mobil dengan ponsel tertempel ditelinga. Jungkook langsung berlari menghampiri meninggalkan coklat panas kesukaannya. Bersemangat sekali.

'IDEM'(JJK) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang