PART 6

7.5K 878 135
                                    


_

_

_

_

Namjoon ingin sekali menendang bokong Jungkook yang selalu setia mengikutinya meminta sesuatu diluar nalar. Tidak ada yang tidak mungkin untuk Jungkook, mereka terlalu memanjakannya mungkin.

"Hyung.., bantu aku, kali ini saja."

Jungkook menyerahkan es kopi pada Namjoon.

"Tidak. Jangan membuat masalah. " Namjoon mengambil es kopi yang diserahkan Jungkook dan menyeruputnya, "sewa hotel saja." Lanjutnya kemudian meletakkan es kopi tersebut diatas meja.

Jungkook menggeleng gemas. "Tidak mau! Aku tidak membutuhkan hotel untuk melakukannya hyung.., aku tidak akan membuat masalah. Biarkan kami tinggal dalam satu kamar yang sama."

Namjoon menghela nafas.

"Itu berbahaya Kook. Lagi pula apa Gaeun setuju? "

Jungkook mengedipkan mata. "Aku hanya tinggal memaksanya."

Namjoon menggelengkan kepala. Adik kecilnya tidak pernah berubah, selalu saja memaksakan kehendak. Pria dengan lesung pipi itu kembali menghela nafas berat.

"Jangan terlalu memaksakan sesuatu Kook-ah, itu tidak baik. "

Jungkook mengangguk dengan cepat.

"Aku tahu hyung..., tapi berbeda dengan Gaeun. Aku harus memaksanya, jika aku tidak ingin kehilangan. "

Nada suara Jungkook seperti mengandung banyak penyesalan di dalamnya. Namjoon memandang Jungkook dan kemudian mengangguk.

"Jadi? " Tanya Jungkook dengan mata berbinar. "Aku boleh satu kamar dengan Gaeun kan hyung? "

Namjoon menghembuskan nafas dan mengangguk kembali.

"YES!" Teriak Jungkook kegirangan. "Kau harus membantuku menghadapi Sejin hyung. Kau sudah janji hyung." Lanjutnya sembari berlari meninggalkan ruangan.

"Kau mau kemana Jungkook?" Teriak Namjoon.

"Menemui Gaeun."









_______





Hidupku awalnya biasa saja. Tidak ada yang istimewa. Aku hanya gadis desa yang pernah jatuh cinta pada pemuda diatas jangkauanku, dia merubah segalanya. Pertemuan kami awalnya adalah kesalahan. Atau— itu sesuatu yang harus aku syukuri?

Aku kembali pada masa itu ketika memasuki ruangan ini. Masih sama. Warna abu-abu mendominasi. Ranjang yang dulunya pernah aku tinggalkan sekarang kembali menyambutku. Deretan figura pahlawan kesukaannya masih tertata rapi, ada studio di dalam kamar ini, tepatnya di sudut kamar terdapat ruangan yang hanya boleh dimasuki oleh dia dan—aku.

Aromanya bahkan terasa sangat tajam. Aku dapat melihat gambarnya terpampang jelas menghadap ranjang hampir memenuhi panjang dinding. Aku akui..., lumayan juga. Oke. Stop. Visualnya memang menakjubkan.

Beberapa menit yang lalu aku mendapat telepon bahwa kamar yang kemarin aku tempati mendadak dipakai menjadi tempat penyimpanan dan mereka menyuruhku untuk pindah ke kamar lain. Dan ya— disinilah aku. Kamar lain yang mereka ucapkan.

"Kenapa hanya berdiri disitu?"

Aku memejamkan mata ketika mendengar suara yang berasal dari belakang. Apa kubilang.., ini pasti akan sangat menyebalkan.

Pria itu berjalan mendahului, meletakkan cangkir yang tengah dibawanya diatas meja yang berada disisi kiri. Itu meja milikku dulu. Masih tersimpan rapi.

'IDEM'(JJK) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang