Aku pernah menikah saat usiaku sembilan belas tahun. Terdengar seperti drama dan novel, tapi itu kenyataannya. Sialnya. Aku bertemu dengannya kembali. Mengklaim aku masih miliknya. Berhubungan dengan masa lalumu kembali adalah hal paling 'Gila'.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aku bawa idem nemanin kalian malam ini. 🤭
Oiya... kalau mau idem cepat up, dan jumpa lebih sering... kalian harus aktif di idem 🤭
Kasihan pangeran Kevin. Pembaca gentayangannya semakin banyak🤣
Oiya.. sayang kalian banyak-banyak 😘😘😘
Jangan lupa mainin musiknya 🤣😌 _
_
_
Aku pernah membaca kalimat ini, 'kisah kita hebat— tidak pernah berdebat namun tamat.'
Jika dipikir-pikir, dulu aku dan Jungkook tidak pernah bertengkar hebat. Bahkan, saat aku menemukannya tidur dengan perempuan lain kami tidak bertengkar. Aku diam. Dan dia juga.
Namun, aku mengerti— dari diamnya kami berdua membuatnya semakin sulit. Untukku dan dirinya. Aku menyimpan banyak luka karena tidak pernah mengatakan apapun yang ada dalam hatiku, tidak pernah menyalurkan rasa sakit yang aku derita padanya dan memilih pergi tanpa mengatakan apapun. Meninggalkannya, membawa anaknya bersamaku. Menurutku dulu, itu adalah hukaman yang tepat untuknya.
Aku memperhatikan Jungkook yang masih terlelap memelukku. Matanya masih bengkak, hidungnya memerah, dan sesekali aku masih mendengar sesenggukan dari bibirnya. Aku tidak bisa memejamkan mataku barang sedetik pun, masih seperti mimpi.
"Dasar nakal..." tanganku menyentuh bulu matanya yang panjang, "kenapa diam saja selama ini, kau hampir membuatku membencimu selamanya."
Jungkook sedikit bergerak— menarikku semakin dekat. Aku tersenyum saat napasnya yang tenang mulai terdengar, mungkin dia lelah karena menangis hampir satu jam lebih dalam pelukanku. Tenaganya terkuras.
Ae Cha tidur bersama Taehyung. Jungkook yang menitipkan. Katanya ingin menghabiskan waktu bersamaku, ingin memelukku hingga terlelap— seperti dulu.
Aku menyentuh alisnya yang indah dengan jari telunjukku, "tidur yang nyenyak Pangeran Kevin-nya Ae... aku akan menjagamu disini." Tepat saat kalimatku berakhir, aku memberikan satu kecupan lembut pada bibirnya. Ciuman pengantar tidur.
Getaran ponsel Jungkook tiba-tiba saja mengganggu waktu yang kami miliki. Awalnya aku mengabaikan, namun saat aku melirik jam yang ada diatas nakas tepat disamping ponselnya, aku penasaran. Siapa orang yang menghubunginya jam tiga dini hari.
Aku mengambil ponsel tersebut dengan susah payah karena pelukan Jungkook. Nomor baru. Tidak dikenal. Rasa penasaranku semakin menjadi-jadi, Jungkook bukan orang yang memberikan nomor teleponnya pada sembarang orang.