PART 19

3.6K 665 81
                                    

_


_


_



"Ae rasa Daddy orang tertampan di dunia."

Gaeun menoleh sesaat pada sang putri yang sedang berkomentar melihat video Jungkook dalam ponselnya. Wajah gadis kecil itu berseri, senyumnya terukir lebar, kedua tangan menopang dagu dengan posisi tubuh telungkup dimana ponsel tersebut diletakkan diatas bantal.

"Kenapa Ae bisa berkata seperti itu?" Gaeun kembali fokus pada rancangan game yang dibuatnya; menggambar visual karakter.

Ae memiringkan kepalanya kekiri dengan senyum yang tidak lepas dari bibirnya, salah tingkah sendiri. "Lihat saja saat Daddy menari, itu keren mommy. Ae suka melihat Daddy pangeran Kevin tertawa. Ae suka saat rambut Daddy berubah biru seperti sekarang. Tampan.... sekali."

Gaeun menggelengkan kepalanya, "Ae sangat menyukai pangeran Kevin yah?" Kata Gaeun berbalik sesaat menghadap sang putri.

Ae mengangguk kukuh.

Gaeun tersenyum kemudian kembali fokus pada rancangan game pada layar monitor didepannya. Hatinya sedikit lebih tenang saat mengetahui bahwa putrinya tidak akan kesepian jika dirinya benar-benar pergi dan tidak akan kembali.

"Dulu, saat mommy masih tinggal bersama pangeran Kevin, mommy sering ketiduran menunggunya pulang. Pangeran Kevin sering pulang larut karena jadwal latihannya."

Gaeun yang masih sibuk dengan rancangan gamenya tidak menyadari seseorang yang memasuki kamar perlahan. Ae yang ingin berteriak karena pangeran Kevinnya datang langsung menutup mulutnya sendiri menggunakan telapak tangannya saat Jungkook menyuruh Ae untuk tetap diam agar ibunya tidak menyadari kehadiran ayahnya.

"Anak pintar. Princess daddy yang terbaik." Bisik Jungkook sangat pelan, kemudian memberikan satu kecupan pada kening Ae. Jungkook langsung mengangkat tubuh putrinya dan mendudukkannya diatas kakinya yang bersila.

"Mommy tahu, pangeran Kevin sudah bekerja keras sampai sekarang. Pangeran Kevin itu sama seperti Ae, ambisius, tidak ingin kalah." Suara keyboard monitor terdengar, "terkadang mommy khawatir dengan kondisinya yang terlalu memaksa. Mommy takut dia sakit."

Jungkook diam-diam menggulum senyum. Jantungnya berdebar saat mendengar Gaeun mengkhawatirkannya secara langsung. Jungkook menyandarkan punggungnya pada dashboard ranjang, bola matanya bergulir keatas, tangannya terkulai lemah seolah arwahnya melayang dari jasad—melayang— salah tingkah sendiri.

Ae terkekeh gemas melihat kelakuan ayahnya. Jungkook terkikik geli kemudian langsung memeluk Ae, mengecup pipi Ae lama hingga bunyi kecupannya terdengar. Gaeun yang merasa aneh dengan suara dibelakangnya, berbalik dan terkejut ketika mendapati Jungkook dan Ae yang sedang tertawa diatas ranjang.

"Sejak kapan kau berada disini?" Tanya Gaeun heran.

Jungkook tampak berpikir sejenak, "dua puluh menit yang lalu mungkin." Katanya tenang. "Jadi, kau mengkhawatirkanku?" Lanjutnya menggulum senyum.

Gaeun mendecak, "kau salah dengar."

"Mommy bilang takut jika daddy sakit. Ae mendengarnya. Ae saksinya." Kata Ae sembari mengangkat tangan keudara.

Gaeun memejamkan matanya, ya ampun. Putriku membela ayahnya.

"Lihat. Ae saja mendengarnya." Ucap Jungkook sombong.

Geun mengalah, "kau benar. Aku takut kau sakit. Kau terlalu memasakan diri, beristirahatlah. Tubuhmu juga butuh istirahat Jungkook, kau bukan robot."

'IDEM'(JJK) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang