__
_
Hidupku sudah cukup sulit selama ini. Pertama, aku harus meninggalkan mimpiku menjadi penari profesional karena harus menikah dengan Jungkook, kedua— aku terpaksa melarikan diri demi menghindari Jungkook, dan terakhir aku harus mengubur niatku untuk melanjutkan mimpi karena ada Ae.
Ae adalah alasanku bertahan selama ini. Menjadi programer game, walau awalnya aku tidak mengerti—bertahan mati-matian agar bisa menghidupi kebutuhan hidup Ae dan aku cukup sulit untukku. Rancangan game yang pernah aku ajukan berulang kali ditolak. Rancanganku pernah dilempar begitu saja tanpa memikirkan aku yang telah mengerjakannya hingga tidur larut, dan bahkan sering melewatkan jam makanku. Aku tidak perduli, aku tidak menyerah, semua kulakukan demi memenuhi kebutuhan Ae. Aku tidak ingin dia kekurangan apapun, dan dengan gampangnya Jungkook mengatakan ingin merebutnya.
"Bukankah kau terlalu kejam Jungkook?" Aku tersenyum sinis, "belum puas dengan menghancurkan hidupku dan sekarang ingin merebut Ae dariku?"
Aku melihat Ae semakin bingung dalam gendongan Jungkook. Yeseul dan menejer Sejin memilih untuk meninggalkan kami bertiga dalam ruangan ini. Putri kecilku terlihat ingin menangis setelah aku mengatakan itu. Aku juga dapat menangkap kebingungannya antara hubunganku dengan Jungkook sebenarnya. Aku tahu Ae cukup pintar dalam memahami situasi— terlebih saat Jungkook mengatakan bahwa dia adalah ayah dari putriku. Aku tahu— Ae terkejut.
"Aku terpaksa melakukannya jika kau bersikeras untuk memisahkan Ae denganku."
Ucapan Jungkook begitu tegas. Aku semakin tidak mengerti jalan pikirannya, Jungkook selalu mengambil keputusan tanpa memikirkan konsekuensi yang akan didapatkan setelahnya. Jika Jungkook ingin menggunakan caranya sendiri, maka aku juga akan menyelesaikan dengan caraku sendiri.
"Apa maksudnya dengan pangeran Kevin adalah ayah Ae mommy?"
Pertanyaan Ae sukses membuat kami berdua cukup terkejut. Suara Ae begitu lirih ingin menangis. Aku dapat melihat Ae meremas baju yang digunakan Jungkook, sudut bibir putriku turun, jelas sekali dia sedang manahan tangis.
Aku melihat Jungkook menurunkan Ae dari gendongannya kemudian duduk dengan bertumpu pada lututnya mensejajarkan tinggi dengan Ae. Jungkook menghadapkan Ae padanya, menggenggam pundak Ae— "dengar sayang..., pangeran Kevin tidak tahu harus memulai dari mana. Apa Ae akan mengerti atau malah akan semakin membenci pangeran Kevin."
Aku melihat Jungkook gelisah dalam penjelasannya. Begitu juga aku— tidak berhenti menggigit kuku jariku sendiri.., aku— takut. Takut jika Ae tersakiti oleh kenyataannya.
"Ae.., pangeran Kevin— tidak. Daddy. Maafkan Daddy karena menyembunyikannya selama ini. Daddy ingin sekali mengatakannya, tapi Daddy takut kau akan membenci Daddy sayang."
Suara Jungkook mulai bergetar. Anehnya aku tidak bisa menghentikan apapun tentang ini, terlebih saat aku melihat tatapan tulus dari Jungkook untuk Ae. Putriku masih diam, walau aku tahu sebentar lagi dia akan menangis.
"Maafkan Daddy karena berbohong padamu. Daddy tahu kau pasti marah, tidak akan memaafkan Daddy karena telah meninggalkanmu selama ini. Tidak ada untuk Ae, tidak bisa menemani Ae saat libur musim panas, acara festival sekolah dan tidak bisa membantu Ae saat mulai belajar melangkah untuk pertama kalinya."
Mataku memanas, dadaku semakin sesak. Aku menangis tepat saat Ae juga mengeluarkan air matanya. Ae menangis, tanpa suara.
"Maafkan Daddy karena terlambat menemuimu. Andai kau tahu seberapa senangnya saat Daddy pertama kali bertemu denganmu, ingin memeluk dan mengatakannya langsung. Ingin mengatakan bahwa ini Daddy sayang.., pangeran Kevinmu— "
KAMU SEDANG MEMBACA
'IDEM'(JJK)
FanfictionAku pernah menikah saat usiaku sembilan belas tahun. Terdengar seperti drama dan novel, tapi itu kenyataannya. Sialnya. Aku bertemu dengannya kembali. Mengklaim aku masih miliknya. Berhubungan dengan masa lalumu kembali adalah hal paling 'Gila'.