Chapter 2

737 20 1
                                    

SEBUAH RAHASIA


"Zakiii. Ayo bangun sayang. Uda siang nih" Seru tante Irene yang tidak seperti biasanya, yang menunggu jawabanku dulu sebelum membuka pintu. Kali ini tante Irene langsung masuk ke dalam kamarku tanpa mengetuk pintunya terlebih dahulu. Mungkin dia masih mengharapkan memergokiku lagi yang sedang bermasturbasi itu. Hehehe. Tapi aku tidak akan jatuh ke lubang yang sama dua kali.

"Uda siap kok nih, tan. Pasti mao ngeledekin lagi kan?" Ujarku yang sedang menyisir rambutku dihadapan sebuah kaca. Sejak terbangun sehabis bermimpi buruk semalam, aku memang tidak bisa tidur lagi hingga subuh menjelang. Dan akhirnya aku memutuskan bermain gitar sebelum mandi, saat matahari mulai menampakkan sinarnya.

"Hihihihi. Abis kamu lucu banget sih semalem. Kamu....gak hmm, swalayan lagi kan semalem? Hihihi" Tuh kan, udah aku duga niat tante bangunin aku tuh cuma untuk meledek kejadian semalem. Andai tante tahu bahwa gara-gara melihat rimbunnya selangkangan dia lah aku sampai ber-"swalayan".

"Gak lah tan. Uda keburu tutup warungnya." Jawabku sekenanya saja untuk menghindari rasa malu yang masih begitu terasa. Sialaaaannn!!

"Hihihihihi. Eh tante mau tanya dong. Kamu tuh bayangin apaan sih ampe kamu bisa swalayan gitu semalem?" Tante dengan seenaknya saja duduk di tempat tidurku.

"Om Rusdi uda berangkat tan?" Tanyaku berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Udah baru aja tadi, sebelum tante masuk mau bangunin kamu. Eh udah jangan mengalihkan pembicaraan. Kenapa kamu semalem bisa swalayan gitu? Abis mikir jorok apaan kamu?" Tante rupanya termasuk orang yang gigih.

"Ihhh apaan sih tan? Udah ah aku mau berangkat dulu yah" Dan tentu saja aku juga tidak akan menyerah begitu saja, bukan?

"Ehh tunggu dulu. Cerita dulu ama tante sini. Kamu lagi ngebayangin siapa ampe ngelakuin itu?" Tante terus mendesakku.

"Hahaha kemal ihh tante? Biasa kan cowo mah tan." Celetukku ke tante.

"Kamu.... uda punya cewe Zak?" Tanya tante lagi.

"Duh tante. Ya belum lah. Kalo Zaki uda punya cewe kan Zaki ga perlu swalayan lagi, tinggal langsung aja....." DEGG!!! Dafukkk!!! Akhirnya keceplosan juga kan omongan mesum aku.

"EHHH?? Tinggal langsung apa? Enak aja kamu. Awas yah kalo kamu ampe macem-macem ama cewe. Kamu kan masih kecil." Tante langsung berdiri dan menjiwir telingaku hingga aku mengaduh kesakitan.

"Aduhh!! Aduhhh!! Aduuhhh!! Kecil-kecil kan uda bisa bikin anak kecil juga tan." Aku kembali reflek nyeletuk.

"Ihhhhh makin kurang ajar aja kamu ya?" Ujar tante yang semakin keras menjiwir telingaku.

"Aduuhhh!!! Ampun tante, ampunn!! Iyaaa aku gak macem-macem ama cewe." Ujarku agar tante melepaskan jiwirannya itu.

"Awas ya kalo tante tahu kamu macem-macem." Lanjut tante sambil melepaskan jiwirannya. Akhirnya haaahh.

"Iya, iya gak kok. Aku macem-macemnya ama tante aja tar. Hahahaha" Mulutku memang seperti tidak bisa di rem. Dengan sigap aku berlari keluar menghindari tangan tante yang hendak menjiwir telingaku lagi.

"ZAKI!!! Anak kurang ajar!! Awas tante jiwir ampe putus kuping kamuu!!" Seru tante di belakangku. Sementara aku hanya tertawa terbahak-bahak sambil langsung mengambil sneakers serta kaus kakiku dan berlari keluar rumah.

Setelah memakai kaus kaki dan sepatu, aku kembali melanjutkan perjalananku menuju ke rumah sahabatku, Ronald. Bukan Ronald McDonald nama lengkapnya. Tapi Ronald Suryajadja. Ayahnya, atau sekarang aku seharusnya menyebut almarhum ayahnya sangat mengidolakan pesepak bola asal Brasil yang menjadi legenda. Ronaldo Luis Nazario De Lima, atau lebih di kenal sebagai Ronaldo saja.

OrangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang