Chapter 30

546 25 2
                                    

Aku terbangun saat sinar mentari mulai sedikit menerangi kamarku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku terbangun saat sinar mentari mulai sedikit menerangi kamarku. Karena kamarku di lantai 2, dan hanya ada sedikit ruang di halaman belakang membuat sinar mentari tidak dapat masuk sepenuhnya ke dalam kamarku.

Aku mengerjap-ngerjapkan mata untuk membiasakan diri dengan cahaya sekaligus mencari sosok tanteku tercinta. Karena aku tidak menemukannya di sampingku. Namun saat aku membuka selimut, aku benar-benar panik saat melihat ada noda darah cukup banyak di seprai tempat tidurku.

Aku langsung lompat dari tempat tidur untuk mencari sosok tante Irene. Anjir, apa gara-gara gua cerita mau jalan sama Tasya ya? Aduuhhh mustinya gua gak cerita. Batinku panik.

Setelah keluar kamar aku langsung mencari tante Irene di kamar mandi. Tentu kamar mandi adalah tempat pertama yang akan aku cari mengingat pengalaman buruk sebelumnya. Tidak menemukannya di dalam kamar mandi semakin membuatku panik, hingga aku spontan berteriak memanggil namanya.

"IREENNNEE!!"

"IRREEEENNNEE!"

Tiba-tiba dari dalam kamarnya dan om Rusdy, tante Irene keluar dengan tergopoh-gopoh. "Kenapa sayang? Kamu kenapa?" Tanyanya dengan mimik wajahnya yang menunjukkan ekspresi kuatir.

Ekspresi yang justru membuatku lega setengah mati. Badanku langsung lemas seketika menyadari ia ternyata baik-baik saja. Aku langsung berjalan menghampirinya dan memeluknya. Membuatnya jadi kebingungan. "Kamu kenapa sayang? Manggil aku ampe tereak-tereak gitu?"

"Aku lihat ada darah di seprai. Aku langsung takut aja kamu kenapa-kenapa lagi sayang." Ujarku malah membuatnya tertawa geli.

"Oh itu.....hihihihi. Ehmm...kayanya semingguan ini kamu terpaksa puasa dulu yah macem-macemin aku. Aku lagi dapet ternyata. Tadi jam 5-an aku kebangun pas ngerasa ada cairan yang keluar dari itu aku. Aku turun dari tempat tidur buat nyalain lampu. Ternyata darah mens-ku. Ya aku langsung buru-buru ke kamar mandi, bersih-bersih sekalian mandi. Aku ke kamar aku buat cari pembalutku." Jelasnya dengan rinci membuatku tersenyum.

"Gak ada bugil-bugilan dulu ya, hihihi. Apalagi celup-celupan. Kamu balik ke asal kamu dulu deh ya, onani. Hehehehe." Aku langsung tergelak tawa mendengar gurauannya itu. Tanteku ini memang unik tapi aku sayang banget kepadanya.

"Eh iya, maaf ya seprai kamu jadi kena noda darah aku deh. Tar aku bersihin, trus aku ganti seprai baru ya?"

"Gak usah sayang. Kamu kan belum boleh banyak kerja dulu. Tar aku yang ganti aja. Kalau nyuci nanti bawa ke laundry kiloan aja." Ujarku menyela ucapannya. Ia hanya tersenyum sambil mengangguk pelan.

"Aku siapin sarapan dulu ya buat kamu kuliah."

"Jangan, nanti aku keluar aja beli sekalian buat kamu makan. Kalo siang, pesen Go-food aja ya kamu?" Lagi-lagi aku menyelanya.

"Iyaaaa Zaki bawel. Sini cium dulu." Ujarnya sambil menarik wajahku sebelum ia melumat bibirku beberapa lama. Namun saat tanganku dengan nakal mulai merayap ke bagian payudaranya dan sedikit meremas, ia langsung melepaskan lumatanku.

OrangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang