Chapter 17

528 15 2
                                    

AMNESIA


"Yo bucin.."

"Ahahahaa...anying lu." Balasku sambil menyeringai ketika Sahabatku memanggil.

"Inget pesen gua tadi kan?"

"Ahahaha tae lu. Pesen mesum." Seruku sambil tertawa, sementara Ronald hanya tersenyum lebar.

"Penting itu men. Inget, yang lu cipok itu bibir Khansa, jangan bibirnya si Tia. Bwakakakak." Celetuknya yang dilanjutkan dengan tawa menggema mungkin keseluruh ruang food court.

"ANJAAAYYYY. Bisa luntur ganteng gua nyet tar."

"Bwakakakak. BPJS aja lu nyet. Body Pas-pasan Jembut Selembar."

"Faaakkk Demm Shitt lu, Dah buruan minggat lu orang-orangan sawah."

Ronald kembali tertawa saat aku mengusirnya, sebelum ia menjauh. "Ya okelah, gua bareng anak-anak laen dulu ye. Tar gua minta FR-nya ya men." Lanjutnya kembali menggodaku sebelum ia pergi meninggalkanku seorang diri.

"Ogaahh, dasar kemal mesum cabul maksimal." Seruku seorang diri sambil tersenyum. Begitulah cara Ronald mendukungku, dengan berbagai kalimat celaan. Mungkin karena aku yang memulainya terlebih dahulu, pada jaman sebelum negara api menyerang. Ups.

Tadi pagi ketika baru masuk kuliah, Khansa langsung datang menemuiku dan mengajakku untuk makan siang bareng. Selain ingin menanyakan alasan aku tidak masuk kuliah kemarin, juga karena dia ingin menunjukkan sesuatu kepadaku. Dia tidak menyebutkan apa yang ingin ia tunjukkan, namun ketika melihatnya senyum-senyum sendiri malah jadi membuatku penasaran.

Tidak lama menunggu setelah kepergian Ronald, aku melihat sosok wanita cantik yang sedang aku tunggu masuk kedalam area makan ini. Namun hatiku sempat mencelos ketika aku melihat juga sosok jin Aladdin di sampingnya.

Padahal tadi janjinya cuma berdua aja makan siangnya. Gak barengan jin Aladdin juga. Gerutuku dalam hati. Ya manusia satu itu emang sepertinya tidak bisa melepaskan sahabatnya untuk makan berdua dengan lelaki sepertiku ini. Pikirku lanjut.

Namun ternyata aku hanya sedang berprasangka buruk, dan itu membuatku jadi malu sendiri akan pemikiranku yang begitu negatif, ketika aku melihat Khansa membisikkan sesuatu kepada Tia, sebelum ia pergi meninggalkan Khansa seorang diri menghampiri diriku.

Senyuman manisnya langsung mengembang ketika ia melihatku yang sedang menunggunya. "Hai Ryu, udah lama ya nunggu? Maaf ya aku ke kamar kecil dulu tadi." Jelasnya sebelum ia duduk di hadapanku.

Aku hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalaku saja sebagai jawaban pertanyaannya barusan.

"Kamu uda pesen makan belum?" Tanyanya lagi.

"Belum nih. Barengan aja ama kamu aku pikir."

"Hihihi. Yuk kita pesen makan dulu." Ujarnya riang sambil menarik tanganku.

Kasak-kusuk teman-teman kuliah yang lain seakan mengikuti kemanapun kami berdua berjalan. Yah bukanhal yang aneh, mengingat status Khansa sebagai wanita paling favorit di fakultas kami ini. Aku juga merasakan sorotan mata mereka yang mengikuti arah kami, namun aku tidak mengindahkannya. Atau setidaknya berusaha untuk tidak mengindahkan perasaan tidak enak ini.

"Kamu mau makan apa, Ryu?" Tanyanya dengan arah mata sedang melihat-lihat berbagai konter makanan yang beragam jenisnya ini.

"Ngg... apa ya. Aku nasi rames aja paling deh Sa." Jawabku sekenanya. Rasa penasaran membuatku tidak terlalu memikirkan masalah makanan saat ini.

OrangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang