Chapter 3

636 16 6
                                    

SAKURA NO HANA


Keheningan.

Yah itu lah yang terjadi sepanjang perjalanan dari rumah Ronald menuju ke tempat aku menimba pendidikan bersamanya, Universitas Rakyat Merdeka Sentosa dengan jurusan Disain Komunikasi Visual. Sebuah keheningan di antara aku dan Ronald.

Biasanya kami selalu ramai bercanda satu sama lain, namun kali ini akibat tindakanku yang lancang datang ke rumah Ronald tanpa memberitahunya lebih dulu, telah membawa kami masuk ke dalam situasi seperti sekarang ini.

Aku sungguh menyadari bagaimana perasaan Ronald saat ini. Terbongkarnya salah satu atau lebih rahasia kita, pasti menyisakan rasa getir dalam suatu hubungan, entah itu dengan sahabat maupun pasangan.

Terutama ketika aku bukan saja secara tidak sengaja mengetahui rahasia pribadi Ronald bersama mbo Surti ataupun mungkin mbo Jum juga, tapi juga aku mengetahui hubungan tante Deasy dengan pria lain.

Keheningan ini terus terjaga hingga kami akhirnya tiba di kampus. Sejujurnya, aku tidak tahu apakah ini adalah "tebengan"ku yang terakhir atau tidak. Kejadian demi kejadian tadi pagi benar-benar telah mengubah pandangan dan sikap kami semua.

Aku benar-benar tidak tahu bagaimana harus memulai pembicaraan dengan Ronald, karena ia pasti merasa malu sekali aksinya terpergok oleh ku. Walau aku sudah meminta maaf, tapi hal seperti ini tidak lantas selesai begitu saja, bukan?

"Eh Zak, gue mau ke WC dulu ya. Lu duluan aja ke kelas." Ujar Ronald tanpa melihat ke arahku.

"Oh, oke. Thanks ya Nal." Satu jawaban singkat dariku.

Aku pun melangkah sendirian menuju ke kelasku. Entah bagaimana dengan persahabatan kami.

Haruskah persahabatan yang telah aku bina selama bertahun-tahun sejak SMA harus hancur begitu saja?

Sial, sial, sial, siaaaalllll!!

Seandainya saja aku tidak memergoki Ronald yang sedang bercinta dengan mbo Surti. Seandainya saja aku tidak memergoki keadaan tante Deasy dan kekasihnya. Seandainya saja aku tidak datang ke rumah Ronald pagi ini. Seandainya saja om Rusdi tidak mendadak harus pergi ke luar kota.

Seandainya saja....

"Ehem. Hmm. Maaf. Boleh aku lewat?" Aku yang sedang berpikir keras bagaimana mengatakan kejadian tadi pagi kepada Ronald, tanpa membuat kecewa sahabatku itu, sehingga aku tanpa sadar sedang berdiri di pintu kelas. Aku langsung terkejut saat tiba-tiba aku mendengar suara seorang wanita yang terdengar begitu lembut dan halus sekali.

Suara yang terdengar begitu indah. Suara yang sudah aku mimpikan berkali-kali.

"Hmm. Sori, aku boleh lewat, Ryuzaki?" Tanyanya lagi. Dan dengan tubuh sedikit gemetaran aku memutar kepalaku dan melihat satu sosok bidadari cantik pujaan hatiku sedang berdiri di belakangku, hendak masuk ke dalam kelas.

Whaattt? Dia tahu namaku?

Senyumannya begitu meneduhkan hati. Suaranya yang lembut terasa menyejukkan jiwa. Wajahnya yang cantik dan ayu terlihat begitu bercahaya, dan seolah membuat cahaya-cahaya dan warna-warna lain menjadi pudar, tersapu oleh kecantikannya yang alami itu.

Tapi yang membuatku terkejut adalah ia ternyata mengetahui namaku. Si pria paling tidak populer ini.

Dengan rambut panjang yang tergerai dengan indahnya. Serta pancaran matanya yang membuat lupa diri. Ditambah kulitnya yang putih bercahaya, membuat segalanya menjadi jauh lebih sempurna lagi.

Hanya berada di dekatnya saja rasanya aku sedang berada di bawah rimbunan bunga-bunga Sakura berwarna pink cerah, yang sedang mekar dengan indahnya dan membuat hati terasa sejuk dan bahagia. Kanojo wa atashi no sakura no hanadesu. Dia adalah bunga sakuraku.

OrangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang