Chapter 32

526 24 2
                                    

"Pakein dong

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Pakein dong." Ujarnya dengan nada manja, menyodorkan sebuah bra miliknya yang tadi ia lepas sendiri ketika aku baru saja memakai kembali celanaku dan merapihkan pakaianku.

Ia membiarkan saja kedua bukit indahnya terbebas begitu saja di hadapanku. Harus kuakui tubuh Khansa memang terlihat indah. Dengan kulitnya yang putih bak pualam halus, benar-benar salah satu keindahan duniawi paling hakiki.

Dan melihatnya menggantung menggoda seperti itu membuat tanganku jadi sedikit bergetar. Bahkan separuh hasratku ingin meremasnya dahulu sebelum memasangkan kaitan bra-nya itu.

Hanya saja aku berusaha untuk menahan diri dari godaan ini, dan meraih kaitan untuk kemudian mengaitkannya. Karena kaitannya ini berada di depan, maka sedikit banyak aku dapat merasakan kekenyalan payudaranya tersebut.

Saat aku melihat ke arahnya, ia nampak sedang tersenyum geli melihatku yang sedikit gemetar. "Kamu malu-malu gitu sih, ay?" Ay? Ayam? Hahahaha. Aku hanya mengernyitkan dahi mendengarnya memanggilku dengan sebutan itu. Sebutan yang selalu menjadi bahan olok-olokku bersama Ronald.

"Grogi aja. Pasangin bra cewe paling populer se-DKV." Jawabku sambil berusaha tersenyum.

"Hihihi. Then it means you are a lucky one dong?" Godanya sambil melingkarkan kedua lengannya di leherku, hingga wajah kami saling berhadapan dekat sekali.

Mata kami saling menatap selama beberapa lama, sebelum aku membalas ucapannya. "Am I?"

Ia langsung melepaskan lengannya dan merajuk. "Ihhhh kok malah nanya gitu sih? Emang kamu gak ngearasa jadi pria yang beruntung udah dapetin aku?" Tanyanya dengan bibir cemberut. Membuatnya nampak imut.

Sebelumnya aku selalu begitu memuja ekspresi imutnya ini. Tapi saat ini entah mengapa aku tidak merasakan gairah yang sama seperti sebelumnya. Apakah salah bila aku mengatakan hatiku telah menemukan sosok yang lebih imut lagi?

"I am." Ujarku lagi kali ini sambil tersenyum ke arahnya. Membuatnya terlihat sumringah lagi setelah mendengar jawabanku kali ini.

"And I am the lucky one too for having you, ay." Aku hanya tersenyum dan berusaha membelai rambutnya. Tangannya langsung menangkap tanganku dan menciuminya.

"Pakein ini juga." Ujarnya kemudian sambil menyerahkan celana dalam miliknya. Membuatku kembali menelan ludah. Aku kembali teringat dengan sikapnya yang begitu menggoda dan nakal saat ia melepaskan itu sebelumnya. Gaya bicaranya pun terlihat berbeda. Kali ini gaya bicaranya persis seperti biasanya.

Itu adalah salah satu pertanyaan yang masih menjadi misteri bagiku. Salah satu hal yang membuat hatiku merasa ada ganjalan terhadapnya saat ini.

Saat ia memasukkan kakinya satu per satu, mau tidak mau pandangan mataku tidak dapat lepas dari sebuah celah yang masih terlihat basah berwarna coklat tua. Dengan kulit yang bersih dari bulu, membuatnya jadi terlihat lebih.....imut. Celah yang baru saja menjadi tempat pelumasan Zaki kecilku.

OrangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang