Chapter 26

569 18 0
                                    

Perlahan jiwaku mulai kembali ke raga saat merasakan sengatan hangat mentari pagi yang sudah mulai meninggi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Perlahan jiwaku mulai kembali ke raga saat merasakan sengatan hangat mentari pagi yang sudah mulai meninggi. Aku mengerjapkan kedua mataku sebelum aku bangun dan terduduk di tepi tempat tidur.

Saat aku menyadari aku tidak mengenakan apa-apa lagi, aku baru ingat akan sosok tanteku yang semalam tidur bersama dalam kondisi sama-sama tanpa pakaian, setelah pertempuran malam kami berdua di kamar mandi.

Aku melihat ke samping namun tidak menemukan sosok tante Irene, namun sayup-sayup aku mendengar suara denting peralatan masak. Mungkin tante lagi masak. Batinku. Aku lalu meregangkan otot-ototku yang terasa kaku sebelum aku beranjak dari tempat tidur.

Setelah sedikit membersihkan diri di kamar mandi, aku lalu mengenakan pakaianku sebelum turun ke bawah untuk membantu tante masak. Dari tangga pun sudah tercium harumnya aroma masakan, membuat para penghuni perutku langsung terbangun dan berdemo jamaah.

Namun sampai di bawah aku benar-benar terhenyak saat melihat sosok tante Irene yang sedang memasak. "Kamu udah bangun, sayang?" Tanya tante Irene saat ia sedikit menoleh ke belakang. Namun lidahku terasa kelu saking terkejutnya aku saat ini.

Tante Irene sampai kembali melihat ke arahku ketika aku tidak kunjung menjawab pertanyaannya itu. "Hm? Kamu kenapa, sayang? Kok bengong gitu sih? Kek liat setan aja ih kamu." Serunya sebelum ia kembali kegiatannya mengolah makanan di atas kuali.

"Tan....eh ehm, kamu....kok cuma pake gitu doang sih? Tar keliatan orang lho!" Seruku rada panik. Bagaimana tidak panik, di hari yang sudah hampir melewati pagi ini tante sedang memasak di dapur tanpa mengenakan pakaian sama sekali, kecuali sebuah apron yang menutupi tubuh bagian depannya. Sementara bagian belakangnya jelas sekali terlihat bokongnya yang putih dan sekel itu.

"Hihihi. Seksi gak?" Tanyanya dengan ekspresi polos.

Dan jujur saja, melihat gaya tante seperti ini jantungku langsung berdetak dengan cepat serta aliran hangat menjalari pembuluh darahku. "Perlu aku jawab emang?" Jawabku sambil berjalan maju mendekati dirinya.

"Hihihi, ya perlu dong. Kamu suka gak?" Tanyanya dengan tatapan menggoda.

Kali ini aku tidak perlu menjawab pertanyaannya itu, karena saat ini posisiku sedang berjongkok di belakangnya dan langsung mengecupi bokong tante serta meremasinya dengan kuat, hingga membuatnya terpekik kaget dan tertawa.

"Hahahaha Zaki udah ih, geli ihh. Kamu nih, aku kan belum mandi lho. Masih bau tau." Ujarnya terdengar manja. Sejujurnya mendengar tante Irene berbicara dengan nada manja seperti kepadaku sungguh masih terdengar asing di telingaku. Karena biasanya sangat jarang aku mendengar tante berbicara manja, bahkan saat bersama om Rusdy sekalipun.

"Abis pagi-pagi bikin horny aja. Harus tanggung jawab dong." Jawabku terus menciumi bokongnya tanpa menghiraukan ucapannya.

"Ihhh tapi aku lagi masak nih, sayang. Kamu juga musti kuliah kan? Dijemput ama Ronald kan? Nanti malam lagi aja ya?" Bujuknya. Namun dengan nakalnya aku malah menarik pinggul tante ke belakang hingga membuatnya sedikit membungkuk. Lalu dengan cepat lidahku langsung menerobos dan mengecapi kulit labia minora-nya hingga membuat tubuhnya mengejang seketika.

OrangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang