Chapter 38

500 19 5
                                    

Marhaban ya Ramadhan. Bagi saudara-saudaraku yang mulai menjalani ibadah puasa di bulan Ramadhan, ane mengucapkan mohon maaf lahir batin dan selamat menjalankan ibadah Puasa. Semoga kita semua selalu berada di dalam naungan perlindungan Allah SWT agar dapat menjalankan ibadah Puasa sesempurna mungkin.

Chapter 38 ini sangat spesial buat ane, karena chapter ini ane buat khusus untuk memperingati haulnya almh. Kaa-chan. Love you n miss you so much.


"Woy, mikir apaan lu men? Serius amat muke lu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Woy, mikir apaan lu men? Serius amat muke lu. Gak cocok tau muka returan kek elu sok serius. Mikirin ngamen dimana?" Celetuk Ronald saat menyadari aku sedang melamun di kelas.

Saat ini Khansa sedang duduk bersama Tia yang sudah masuk kembali setelah dua hari absen. Aku bahkan sempat mengira ialah yang .... Ah sudahlah.

"Kangen ama bini lu kali ini gak sebelahan? Hahahaha." Lanjutnya menggodaku.

Aku hanya mengabaikan saja godaannya tersebut dan memilih untuk bertanya kepadanya. "Men, elu....kalo lu jadian betaon-taon ama cewe, trus pas baru putus trus tuh cewe rest in peace, gimana perasaan lu?"

Ia tertegun sesaat mendengar pertanyaanku itu. "Hm? Lu lagi bahas mantannya si Khansa? Yang modyar itu?" Hahahaha....ungkapan tanpa simpati sedikitpun darinya.

"Lu pikir Khansa sedih dan kepikiran terus ama mantannya itu men?" Lanjutnya lagi.

"Nyerocos aja lu nyet kek knalpot cempreng basah." Celetukku sedikit kesal dengan pertanyaannya yang bertubi-tubi itu.

"Hahaha...bangsat lu jing."

Saat aku ingin bertanya lagi, dosen di depanku ini sedang berjalan ke arah kami hingga membuatku membatalkan niatku. Kami berdua langsung memfokuskan diri pada tugas yang ia berikan.

Barulah ketika ia sudah berlalu lagi dan kembali ke mejanya, aku kembali menghadapkan tubuh ke arah Ronald. "Elu belom jawab pertanyaan gua ngehe." Seruku membuatnya menoleh ke arahku dan kemudian tersenyum.

"Yang mana ya?" Tanyanya balik belaga bodoh. Sompret nih bocah gemblung.

"Ngehe lu. Kalo mantan lu wafat, gimana elunya ngehe?" Seruku membuatnya tertawa geli sendiri.

"Ehem. Yah gua belom pernah sih ngerasain kaya gitu. Tapi kalau kaya gitu ya...ada sih lah rasa sedih. Itu kalo gua care ama dia ya. Kalo gak ada feeling ya biasa aja sih kayanya."

"Why? Khansa depresi emang?" Tanyanya balik kemudian.

"Nope. Dia justru gak ada sedih-sedihnya secuil pun. Santuy banget malah. Gua jadi heran aja. Mereka jadian dari SMA men. Masa gak ada rasa diki-dikit juga pas dia modar?" Cetusku.

"Well gua gak bisa komen sih kalo itu. Tapi lu musti inget men, tiap orang punya cara sendiri untuk menyerap dan menerima berita-berita buruk kaya gitu. Mungkin itu cara dia nerima fakta." Jelasnya.

OrangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang