Chapter 25

563 19 1
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Aku dan bu Indri mengurus administrasi sebagai persyaratan kepulangan tante ke rumah. Tante memang menggunakan Asuransi untuk biaya selama perawatan, namun seperti yang diduga bu Indri, memang terdapat kelebihan beban biaya atau excess charge yang harus ditanggung. Dan bu Indri lah yang berinisiatif membantu kelebihan biaya yang cukup lumayan jumlahnya.

"Maaf ya bu, jadi ngerepotin bu Indri." Ujarku ketika kami sedang berjalan kembali menuju kamar Rawat Inap tante.

"Irene satu-satunya sahabat saya, jadi pasti saya gak akan tinggal diem kalau dia butuh bantuan." Jawabnya.

"Dan lagi, saya cukup puas dengan kemajuan kamu dengan Tasya." Lanjutnya membuatku menoleh ke arahnya.

"Kemajuan? Maksud bu Indri?"

"Kabarnya tadi kamu bisa bikin Tasya tersenyum lagi ya? Saya jadi pengen liat. Sudah lama saya gak pernah liat dia tersenyum, terutama di depan saya." Aku benar-benar terkejut mendengar jawabannya ini. Bagaimana ia bisa mengetahui kejadian yang belum lama terjadi tadi?

"Darimana bu Indri tau?" Tanyaku polos, karena aku penasaran bagaimana ia dapat mengetahui gerak-gerikku selama bersama putri tirinya itu. Walau Tasya masih suka ketus dan sering mengerjaiku, namun baru tadilah ia tersenyum menurut mang Karto.

Ia hanya melirik ke arahku sambil tersenyum pongah. "Cuma ngawasin dua anak remaja, bukan hal yang sulit dan aneh, bukan?"

"Buset, bu Indri udah kaya bos agen mata-mata aja." Celetukku tanpa mendapatkan respon balik darinya. Pernyataan itu langsung membuatku berpikir siapa yang menjadi sumber informasi bu Indri di Yayasan itu. Apakah mang Karto? Pikirku.

"Udah beres semua say?" Tanya bu Indri ketika kami masuk ke kamar perawatan tante Irene, dan melihatnya sudah berpakaian rapih. Sementara semua perlengkapannya sudah dimasukkan ke dalam tas yang baru saja aku bawakan tadi.

"Ndri, maaf ya jadi ngerepotin kamu terus nih aku." Ujar tante Irene terlihat memelas.

"Ck. Apasih kamu? Gak usah dipikirin. Sekarang aku antar kamu pulang, dan kamu harus istirahat di rumah. Besok siang aku ke rumah kamu, sekalian lanjutin obrolan kita tadi ya."

"Makasih ya Indri." Jawab tante Irene sambil memeluk tubuh bu Indri.

"Padahal dulu kamu maki-maki aku pas kita baru ketemu, ya?" Celetuk bu Indri sambil tersenyum kecil tiba-tiba dan langsung membuat tante Irene tergelak geli.

"Hihihi. Yaaa siapa suruh kamu mau aja dicium aja si penjahat kelamin itu. Pas kita baru nikah lagi." Jawaban tante Irene membuatku mengernyitkan dahi, sebagai ekspresi terkejut mendengar itu.

"Hush, dah lewat. Udah buruan beberes dulu biar cepet pulang. Daripada kamu makin gak waras di sini." Cetus bu Indri sepertinya hendak mengalihkan pembicaraan. Mungkin karena keberadaanku di sini.

OrangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang