Chapter 10

545 19 3
                                    

BROKEN HEART


Entah berapa lama aku tertidur, namun aku langsung terbangun ketika aku mendengar suara isak tangis seorang wanita. Aku melihat tante Irene kembali menangis di pangkuanku. Walau kedua kakiku rasanya sudah kebas namun aku berusaha menahannya karena tidak ingin membuat tante jadi tidak nyaman.

"Tante? Tante kenapa nangis? Ada masalah apa ama om Rusdy?" Tanyaku sambil kembali membelai rambutnya. Tante sedikit terkejut, dan langsung terbangun. Untuk sesaat aku jadi menyesali tindakanku barusan.

"Maaf ya Zak. Tante jadi bangunin kamu. Kamu tidur aja gih, masih malem lho ini. Besok kamu kan musti kuliah." Ujar tante Irene sambil berusaha menghapus air mata dari wajahnya.

"Gimana aku bisa tidur kalo tanteku sayang lagi nangis terus gini?"

"Gombal ihh. Tumben manggil tante pake kata sayang." Seru tante dengan bibir setengah mencibir.

"Yah biasanya aku cuma liat tante pas lagi galak doang sih. Hehe." Jawabku dan membuat mulutnya semakin manyun.

"Aku gak boleh tau kah kenapa tante nangis?" Aku coba mengulang pertanyaan yang belum terjawab ini. Dan wajah tante kembali murung.

"Apa gara-gara telepon kemarin? Yang om Rusdy bilang gak jadi pulang?"

Cukup lama tante terdiam sambil termenung. Melamun tanpa arah. Walau begitu aku hanya membiarkannya saja. Mungkin tante sedang mencoba menguatkan hatinya terlebih dahulu. Suasana malam ini terasa begitu hening. Aku bahkan tidak mendengar suara apapun selain gemerisik dedaunan yang dihembusan angin malam.

"Semalem itu... om kamu bilang tugasnya diperpanjang dua hari lagi."

Tante kembali terdiam lagi selama beberapa lama, sebelum ia mulai kembali bicara, "tapi tadi siang, tante... dapet... wa dari temen tante. Kamu masih ingat tante Ira?"

"Hm, iya masih kok."

"He eh. Tante Ira lagi liburan, di Jogja. Tadi siang itu, tante Ira ngirim foto ke tante. Nanya itu foto beneran... om Rusdy atau bukan?" Aku mengernyitkan dahi mendengarnya. Bagi nalarku, jelas foto tersebut menggambarkan sebuah kabar buruk bagi tante Irene hingga membuatnya menangis hampir sepanjang malam.

"Foto apa tan?" Tanyaku ketika tante kembali terdiam dan termenung. Tante sedikit terkejut mendengar pertanyaanku. "Oh... sebentar."

Tante Irene menyalakan ponselnya, membuka aplikasi Whatsapp-nya, serta chat-nya dengan tante Ira. Ia kemudian meng-klik satu foto hingga foto tersebut menjadi penuh satu layar. Tantepun menunjukan foto tersebut ke arahku. Dan jantungku serasa berhenti mendadak ketika melihat foto itu.

"I-itu... beneran? Bukan editan?"

Tante hanya menggelengkan kepala, entah artinya tidak tahu atau bukan editan, aku tidak tahu pasti. Yang manapun jelas bukan kabar baik untuk tante. Melihat sosok om Rusdy yang sedang menggendong seorang anak -kemungkinan baru berumur satu tahun- bersama seorang wanita di sisinya.

"Tante... sudah tanya om Rusdy langsung?"

Dan tante kembali hanya menggelengkan kepalanya pelan untuk menjawab pertanyaanku itu.

"Tante coba telepon langsung om Rusdy aja. Jangan diem aja. Siapa tahu itu foto editan kan? Atau cuma mirip aja. Lagian, om Rusdy kan tugasnya di Surabaya bilangnya. Bukan di Jogja" Ujarku berusaha mengubah pikirannya, walau kemudian aku sendiri menyangsikan pendapatku sendiri. Bagaimana bila om Rusdy ternyata berbohong kepada tante, dan bahwa sebenarnya ia pergi ke Joga, bukan ke Surabaya?

"Tante takut Zak. Gimana kalau foto itu beneran? Berarti om Rusdy udah bohongin tante mentah-mentah. Tante juga gak tau itu anak siapa. Gimana kalau itu beneran anak dia? Tante musti gimana Zak? Huuuu..."

OrangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang