Chapter 31

547 21 2
                                    

Aku tidak percaya dia tiba-tiba menarik tanganku seperti itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku tidak percaya dia tiba-tiba menarik tanganku seperti itu. Dia yang belakangan ini bahkan hampir tidak mau melihat ke arahku lagi, dapat melakukan hal ini. Aku tidak memahami apa yang ia inginkan dariku saat ini. Apalagi setelah aku memberikan penghinaan pada harga dirinya saat itu.

"Sa..." Aku berusaha memanggilnya karena ia terus bergerak cepat, meninggalkan tatapan mata mahasiswa maupun mahasiswi lain yang melihat kami.

"Sa...kita mau kemana?" Ujarku mengulangi, mengingat kami sudah terus bergerak hingga ke lantai dasar, namun ia tidak jua menunjukkan tanda-tanda akan menghentikan langkahnya. Namun ia tetap tidak menjawab sama sekali pertanyaanku.

Ia terus saja menarik tanganku sambil setengah berlari hingga akhirnya kami tiba di area parkiran mobil. Ia sedikit memperlambat langkahnya namun masih tetap tidak berhenti dan terus berjalan hingga jarak yang cukup jauh ke bagian ujung area parkiran mobil ini.

Ia lalu mengeluarkan sebuah kunci dari dalam tasnya, dan menekan tombol hingga terdengar bunyi alarm mobil di hadapanku. Sebuah mobil Mitsubishi Xpander berwarna Abu-abu Metalik.

Ia menarikku ke bagian samping mobil hingga tubuh kami saling berhimpitan. Aku melihat wajahnya ternoda dengan lebam di pipi kirinya sedang tersenyum menggoda ke arahku. Aku sampai menelan ludahku. Ia kemudian membuka pintu mobil bagian tengah dan memintaku untuk masuk. Atau lebih tepatnya menyuruhku. "Ryu, ayo masuk." Ujarnya dengan nada manja dan mendesah.

Jantungku berdegup dengan cepat, menyangka bahwa Khansa akan menculikku. Wait, mao ngapain nyulik gua?

"Ayo masuk. Atau perlu aku paksa kamu biar masuk?" Ujarnya masih dengan nada manja dan mendesah, setelah kembali merapatkan tubuhnya padaku dan sedikit meremas Zaki kecilku. Sambil menelan ludah kembali, rasanya aku tidak punya pilihan lain selain menurutinya untuk masuk. Sementara ia masuk ke bagian supir dan kemudian menyalakan mesin mobil serta pendingin udaranya.

Aku lantas berpikir ia hendak membawaku kemana, namun ia justru keluar lagi dan justru masuk ke pintu tengah. Pintu yang aku masuki. Sambil tersenyum genit, ia memintaku untuk bergeser memberinya tempat.

"Sa....ini...ada apaan sih?" Tanyaku ketika ia sudah menutup pintunya. Ia hanya menatap wajahku dengan senyuman-senyuman genit nan ganjil bagiku.

Tiba-tiba tangannya melayang dan menghantam telak pipi kiriku hingga terdengar bunyi yang nyaring disertai rasa perih di pipiku itu. Anjir, gua ditampar. Seruku dalam hati, terkejut atas tindakannya ini.

"Buset Sa. Gua...kenapa di....."

PLAAKKKK!!

Belum sempat aku menyelesaikan pertanyaanku, tangannya kembali menampar keras pipiku untuk kedua kalinya. Kali ini di pipi kanan. Aku sampai tidak dapat berkata apa-apa selain emosiku yang langsung naik. Aku memang diajarkan bila kita ditampar di pipi kiri, berikanlah pipi kanan. Tapi....sumpah ini kampret banget ditampar itu rasanya.

OrangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang