Chapter 44

454 18 6
                                    

Bagi wankawan yang menjalankan ibadah puasa Ramadhan, selamat berbuka puasa 

Semoga wankawan semua dalam keadaan sehat dan belum terjamah ama wabah Kopit Naintin yoo ....

And don't forget to....

Stay safe, stay healthy, stay clean and stay @ home genkss


Saat aku akan beranjak pergi tangannya tetap tidak mau melepaskan tanganku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saat aku akan beranjak pergi tangannya tetap tidak mau melepaskan tanganku. Aku kemudian berbalik untuk melihat dirinya. "Aku harus pergi Rei. Kamu musti lepasin aku."

"Jangan pergi." Ujarnya terus memegang erat tanganku.

"Aku harus Rei. Ini gak bisa kita elakkan." Ujarku lagi mencoba meyakinkannya.

"Ga mau. Aku gak mau kamu pergi nyari dia." Ia tetap memaksa untuk menahan tanganku.

"Nyari dia? Dia siapa maksud kamu?" Tanyaku sedikit kebingungan dengan ucapannya itu.

"Kamu mau nyari orang yang namanya Tia itu kan? Aku gak mao kamu pergi nyari dia." Serunya dengan ekspresi tegasnya.

"Rei.... Kamu gak paham. Aku musti pergi Rei, tolong jangan tahan aku lagi plis." Ujarku terus memohon kepada dirinya untuk melepas tanganku.

"GAK BISA! Aku bilang gak boleh pokoknya gak boleh. Aku gak mau kamu pergi ngadepin orang gila kaya dia." Serunya lebih keras dengan tatapan memohon.

"Kamu salah paham Rei. Kamu harus lepasin aku sekarang Rei. Daripada aku pipis di celana ini. Aku udah kebelet banget." Ujarku membuatnya tertegun dengan ekspresi wajah terbengong-bengong, sebelum ia dapat menguasai diri kembali.

"Dodol." Cetusnya sambil berbalik membelakangi diriku.

"Ehm, toiletnya ke arah mana ya Rei?" Tanyaku kemudian sambil garuk-garuk kepala.

"Bodo!" Cetusnya dengan nada judesnya. Aku jadi tertawa geli melihatnya marah kepadaku.

"Ihhh marah-marah gitu. Tar makin cantik lho." Godaku sambil menyenggol bahunya.

Ia tiba-tiba berbalik dan langsung memukuliku berkali-kali tanpa henti. "Nyebelin! Nyebelin! Nyebeliinnnn!" Serunya dengan geram.

"Aduh...aduhhh...aduuhhh sakit ihh Rei. Udah dong Rei." Ujarku hanya berusaha menahan pukulan demi pukulannya ini.

"Maaf Rei, biar gimana aku tetap musti pergi ninggalin kamu dulu. Demi keselamatan kamu. PRETTTT!" Serunya mengulangi kembali apa yang aku ucapkan tadi dengan nada nyinyir. Ucapan yang membuatnya kesal sekali kepadaku.

"Kalau mau kencing bilang aja mau kencing. Gak usah banyak gaya, banyak drama. Brengsek! HIHHHHH!" Lanjutnya kali ini mencubitku sangat keras hingga membuatku memekik kesakitan.

Dan itu memang SANGAT menyakitkan!

"Adududuhh udah dong Rei. Sakit bangett Rei. Aw aw aw aawww aww. Kann bener demi keselamatan kamu. Daripada aku pipis di celana trus kamu di usir ama Satpam Kampus."

OrangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang