Chapter 45

498 19 2
                                    

Sebelumnya buat saudara-saudariku seiman, ane haturkan mohon maaf lahir dan batin. Minal aidin wal fa'idzin.

Dan untuk merayakan masuknya bulan Syawal, ane mau kasih double update buat wankawan semua. 


Semoga wankawan semua dalam keadaan sehat dan belum terjamah ama wabah Kopit Naintin yoo ....

And don't forget to....

Stay safe, stay healthy, stay clean and stay @ home genkss


"Kamu gak laper?" Tanyaku saat kami baru duduk di dalam bis yang akan mengantar kami ke Yayasan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu gak laper?" Tanyaku saat kami baru duduk di dalam bis yang akan mengantar kami ke Yayasan.

"Kan tadi baru makan sama kamu, Ryu. Belum laper laah." Jawab Rei dengan senyuman imutnya. Semakin lama ia semakin sering menyunggingkan senyuman imut itu di hadapanku. Membuatku semakin tidak dapat menahan diri untuk tidak menciumnya di sini, saat ini juga.

"Kenapa sih liatin aku gitu?" Tanyanya kemudian ketika ia menyadari aku sedang menatap wajahnya terus. Aku hanya tersenyum saja mendengar pertanyaannya itu.

"Seneng aja ngeliatin muka imut kamu, Rei. Bikin gemes." Ujarku kemudian. Dan Rei meresponnya dengan memonyongkan bibir mungilnya sebelum merebahkan kepalanya di bahuku.

Ia lalu mengambil ponselnya saat terdengar bunyi notifikasi pesan masuk. "Hm? Dari tante Irene nih." Ujarnya sedikit mengejutkanku. Kapan mereka tukeran nomor HP? Batinku.

"Hm? kapan kalian tukeran nomor?" Tanyaku.

"Semalem, waktu lagi ngobrol di kamar kamu." Jawabnya sambil kembali melihat ke arahku, dan aku pun akhirnya terpancing untuk melihat ke arahnya juga. "Kamar kamu.....berantakan. Dasar cowo."

Aku langsung tergelak mendengar pernyataannya itu. "Hahahahahaa...yaahh maklumin. Namanya juga kamar pria sejati." Balasku.

"Preet lahh! Tar kalau kapan-kapan aku nginep lagi....aku beresin kamar kamu lho yaa? Ati-ati aja kamu kalau aku ampe nemuin foto cewe laen!" Ujarnya sambil memberikan ancaman kepadaku, membuatku semakin tertawa geli.

Ia kemudian membaca pesan dari tante Irene itu, dan membalasnya. Aku tidak memperhatikannya lagi, dan membiarkannya saling berbalas pesan dengan tante Irene. Aku pikir mereka mungkin sedang melanjutkan obrolan sesama wanita.

"Hm...kayanya, nginep di kamar kamu gak kapan-kapan lagi nih. Tante Irene maksa aku musti nginep di kamar kamu, selama orang yang ngancem aku itu belum dilaporin ke Polisi katanya. Lagian dia masih pengen ngobrol banyak ama aku, katanya. Jadi mulai nanti malam aku bisa ngebongkar kamar kamu nih." Ujarnya sambil tertawa geli.

"Hahahaha dasar."

"Kalau begitu, nanti dari Yayasan aku musti ke apartemen aku dulu. Siap-siapin baju aku. Aku cuma bawa dua pasang doang kemarin." Ujarnya kemudian. Aku mengangguk sebelum memberikan kecupan ringan pada kepalanya.

OrangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang