BAB 18

22.5K 1.2K 49
                                    

Faiz dan teman-temannya berencana untuk pergi keluar besok. Sekedar untuk melepas penat dan mengelilingi kota santri itu. Lama tidak pulang ke Jombang, membuat Faiz ingin kembali menjelajahinya. Terbersit di pikiran Faiz untuk mengajak Fitri. Ia melangkahkan kakinya ke kamar Fitri.

"Fit," panggil Faiz saat sudah di depan pintu kamar Fitri.

"Masuk, Bang. Nggak dikunci," sahut Fitri dari dalam.

"Kenapa, Bek?" tanya Faiz melihat Fitri melihat Fitri seperti orang bingung.

"Bingung, Bang."

"Bingung kenapa?"

"Adek belum izin ke Gus Akhya." Fitri benar-benar bingung, apa yang akan dipikirkan oleh Akhya saat tahu jika ia berada di Jombang tanpa berpamitan padanya?

"Mau telepon?" tawar Faiz. Fitri mengangguk mengiakan. "Maafin Abang, ya! Udah bawa sampean ke Jombang tapi belum minta izin ke ... siapa nama suami sampean?"

"Gus Akhya."

"HP sampean ketinggalan di Surabaya, kan?" tanya Faiz sambil menyodorkan ponselnya. Fitri mengangguk dan mengambil ponsel Faiz.

"Tapi Adek ndak hapal nomernya."

"Ayah kayaknya punya."

"Adek ke Ayah dulu, ya," Faiz hanya mengangguk. Setelah mendapatkan nomor Akhya dari ayahnya, Fitri langsung menelepon Akhya. Sudah berapa kali Fitri menelepon tapi tidak ada yang diangkat. Lagi sibuk kali, ya? Mengembuskan napas berat, Fitri memilih untuk mengirimkan chat saja pada Akhya.

Fitri: Assalamu'alaikum ....

Fitri: Gimana kabar jenengan, Gus?

Fitri: Gus maaf Fitri ke Jombang tapi ndak pamit ke jenengan.

Fitri: Maafin Fitri, Gus.

Faiz menghampiri Fitri yang duduk sendirian di teras. "Gimana?" tanya Faiz. Fitri menggelengkan kepalanya.

"Nanti dicoba lagi, ya," ucap Faiz sambil menepuk bahu Fitri mencoba untuk menenangkan adiknya. Fitri hanya mengangguk sebagai respon.

Faiz mendekatkan bibirnya ke telinga Fitri, ia membisikkan sesuatu yang membuat mata Fitri berbinar dengan semangat. Setelah mendengar bisikan Faiz, Fitri langsung menemui ayahnya yang ada di ruang tamu. Ayahnya tak sendirian, disana ada ibu, Rendra, Bagas dan Sandi.

"Yah ... Ayah," panggil Fitri.

"Hm?"

"Besok Fitri boleh ikut Abang ya?"

"Ke mana?"

"Jalan-jalan."

"Sampean itu baru sembuh, Nduk," ucap ayah sambil mengusap kepala Fitri.

"Yaaa ... please ya, Yah, ya! Boleh, ya," bujuk Fitri sambil menunjukkan puppy eyes-nya.

"Iya, Yah. Itung-itung buat hiburannya Fitri," sahut Faiz.

"Iya deh iya," jawab Ayah Ali.

"Yeeey. Makasih, Ayah," sambil memeluk ayah.

"Udah ... udah, ndak malu apa dilihatin temennya abangmu," ucap ibu sambil melirik ke teman-teman Faiz.

"Eh ... iya lupa, maafin," ucap Fitri malu lantas berlari ke kamarnya.

"Jangan lari! Nanti kepleset lagi." Refleks semua orang yang ada di ruangan itu menoleh ke Rendra. Begitu juga dengan Fitri yang sedang berlari, ia menghentikan langkahnya dan berbalik melihat ke Rendra.

Insya Allah Gus [Repost]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang