Akhya : Mau apa lagi?
Fitri : Em, apa yaaaa. Pokoknya yang seger-seger
Akhya : Es kelapa muda?
Fitri : Nggak mau
Akhya : nyoklat?
Fitri : Enggak mau
Akhya : Terus sampean itu maunya apa?
Ini nggak mau, itu nggak mau
Fitri : Kan Fitri nggak tahu
Akhya : Ya udah, nggak usah.
Fitri : Yah, kok gitu?
Fitri pingin yg seger-seger loh ini
Cariin apa gitu kek
Akhya : Iya sampean maunya apa, Fitriiii
Fitri : Nggak tahu
Akhya : Emmm, gini aja. Entar kalo udah tau pingin apa chat Mas lagi, ya. Dada
Assalamu'alaikum ....
Fitri : Wa'alaikumussalam
Yah, yaaaa kok gitu si? Mas?
Halooo
Mas Akhya? Ada orang?
P
Mas Akhyaaaaaaaaaaaaaa
"Lahh, diread aja enggak," gerutu Fitri, "dasar suami enggak peka," tambahnya lagi.
Sedari tadi Fitri terus saja mendumel tidak jelas, padahal kan bukan maunya? Kenapa ia yang disalahkan? Apa semua laki-laki seperti itu? Atau hanya suaminya yang lemited edition itu? Lama-lama ia jadi kesal sendiri. Lebih baik kalau sekarang ia membantu umi memasak di dapur untuk makan siang. Akhirnya tidak lama kemudian, masakannya dan umi pun jadi. Kini hanya tinggal menunggu waktu makan siang. Fitri kembali ke kamarnya, ia tidak tahu harus melakukan apa untuk sekarang, menonton TV? bahkan terkadang TV-nya yang melihat Fitri. Bermain ponsel? Matanya sudah panas.
Akhirnya Fitri memutuskan untuk melalar hafalannya dulu ketika mondok, bait demi bait ia ingat-ingat dan lafalkan sampai-sampai ia tidak sadar jika Akhya berdiri di belakangnya sambil bersedekap dada.
"Wallahu a'lam bisshowab," tutupnya.
Akhya tersenyum melihat Fitri yang baru saja selesai melalar Alfiah Ibnu Malik. Ia kemudian berjalan perlahan mendekati Fitri, entah apa yang dipikirkan Fitri saat ini, hingga ia tidak menyadari kehadiran Akhya.
Fitri tersentak saat ada tangan yang melingkar di badannya. Fitri melihat pantulannya di cermin, ia kemudian tersenyum, Akhya pun ikut tersenyum melihatnya. "Mikirin apa sih sampai enggak tahu kalau suaminya udah dateng?" tanya Akhya sambil mengayun-ayunkan tubuh mereka berdua.
Fitri tersenyum lalu tanpa sadar sadar tangannya terangkat untuk memegang tangan Akhya "Emang sejak kapan sampean di sini?"
"Sejak sampean lalaran," ucap Akhya sembari membalikkan Fitri.
"Tumben pulang? Kenapa?"
"He'em, lagi pengen aja."
"Oh iya, pesenan Fitri mana?" tanya Fitri membuat Akhya mengerutkan dahinya. "Yang tadi," Fitri mengingatkan.
"Enggak Mas bawain."
"Loh, kenapa?"
"Kan tadi Mas bilang, kalau udah tahu sampean pingin apa, kan Mas suruh chat. Tadi kan sampean enggak chat Mas lagi," jelas Akhya. Fitri mulai menampakkan wajah kesalnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Insya Allah Gus [Repost]
Ficção GeralPertemuan pertama yang menjadi cikal bakal untuk pertemuan-pertemuan selanjutnya. Seseorang yang tidak sengaja menabraknya di malam wisuda, yang dianggapnya sebagai angin lalu ternyata menjadi laki-laki yang dikirimkan Allah untuknya H-2 hari pernik...