Bab 34

20.6K 1K 64
                                    

Pagi ini Akhya menyuapi Fitri untuk makan pagi, sebenarnya bukan saat pagi saja tapi juga di waktu makan yang lain. Tidak jarang membuat Fitri kesal karena masih dianggap sebagai anak kecil, ia sudah berulang kali bicara pada Akhya kalau ia bisa makan sendiri. Tapi Akhya tetap keukeuh ingin menyuapinya.

"Ayo kurang sesuap lagi," ucap Akhya pada Fitri.

"Ini udah penuh perutnya," ujar Fitri gemas, sedari tadi Akhya terus menjejalkan makanan ke mulutnya.

"Dari tadi bilang cuma tinggal sesuap, tapi sesuapnya itu kali berapa?" kesal Fitri membuat Akhya terkekeh karenanya.

"Enggak lucu, jangan ket–"

Akhya mengecup dahi Fitri singkat untuk mendiamkan Fitri. Fitri sendiri terdiam mendapat perlakuan seperti itu dari Akhya. Bisa-bisanya Akhya mengambil kesempatan di saat dia merasa jengkel dengannya. Dasar. Fitri melotot kesal pada Akhya, lagi-lagi Akhya terkekeh.

"Hih, ini apa-apaan main cium-ci–"

Lagi-lagi Akhya membungkam Fitri dengan ciuman di pipi kiri Fitri. Fitri memang diam, tapi di dalam hati ia terus mengumpati Akhya.

"Apa-apan ini, seneng banget bikin orang kesel, nggak tahu apa ya ini lagi mode kesel. Dasar," umpat Fitri. Fitri menatap Akhya tajam, bukannya takut Akhya malah bertambah gemas dan terkekeh. Ia menaikkan alisnya seperti bertanya 'kenapa?'

"Huh, Gus inginku berkata ha–"

Lagi dan lagi Akhya mengecup pipi kiri Fitri. Akhya kembali terkekeh mendapati pipi Fitri yang sudah memerah.

"Huwaaa, Ya Allah Fitri salah apa sampai dapat suami yang suka nyari kesempatan. Huhuu," ucap Fitri mendramatisir suasana.

Akhya mengudarakan tawanya. "Itu anugrah, Fitri sayang." Tawa yang benar-benar lepas, "harus disyukuri," lanjutnya.

"Alhamdulillah," ucap Fitri. Astaghfirullahaladzim, batin Fitri beristighfar setelah mengucapkan hamdalah. Akhya terkekeh lagi.

"Mau pulaang," ucap Fitri merengek.

"Kalau udah sembuh."

"Ini itu udah sembuh tapi kenapa enggak dibolehin pulang? Ini pasti jenengan sama dokternya sekongkol, ya? Biar Fitri enggak pulang-pulang," ucap Fitri kesal, ia mengerucutkan bibirnya.

"Astaghfirullahaladzim. Mana ada? Emang ikan apa ikan sekongkol-sekongkol."

"Itu ikan tongkol, Gus," jawab Fitri kesal. Fitri memalingkan wajahnya.

Akhya terkekeh. "Makanya makan yang banyak, biar boleh pulang," ujar Akhya sambil menyodorkan sesendok nasi lagi, "ayo kurang satu doang," bujuk Akhya seperti membujuk anak kecil.

"Enggak mau," tolak Fitri.

"Gus," pekik Fitri tapi tidak dihiraukan oleh Akhya yang masih saja memberikan kecupan secara tiba-tiba kepadanya.

"Guus," teriak Fitri, ia menatap tajam pada Akhya seolah memberikan peringatan lewat tatapan tajam itu.

"Makanya makan yang banyak, tinggal ngunyah sama nelen aja susah amat," gerutu Akhya.

Dengan kesal Fitri langsung merebut piring yang ada di tangan Akhya. Fitri memakannya dengan lahap. Akhya terkekeh melihat Fitri yang mengunyah makanannya dengan kasar.

"Adek siapa sih gemesin banget," ucap Akhya sambil mengacak jilbab Fitri.

Tuhkan. Tadi enggak makan main cium, sekarang udah makan ngacak jilbab. Maunya itu apaaa? gerutu Fitri dalam hati.

"Udah selesai ngata-ngatain Masnya?" tanya Akhya sambil menaikkan sebelah alisnya.

Glek!

Insya Allah Gus [Repost]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang