Truth or Dare

88K 1.3K 50
                                    

Claudy's POV

"Clau, are you sure? Well, at least, gue harus anter lo."

Aku tertawa kecil seraya mengikat rambutku didepan cermin, "It's fine, Niel, beberapa hari ini lo udah temenin gue terus kemana-mana, dan besok lo harus ujian. Gue tau lo udah bergadang belakangan ini karna gue. Not tonight, okay? Kantong mata lo udah item banget tau!"

Daniel meraih kedua tanganku yang tengah menguncir rambutku, "I can't let you go alone."

Aku tersenyum dan memutar diriku kehadapnya, "Gue akan jaga diri kok, nanti gue kabarin lo ya."

"Masalahnya.." Daniel masih terlihat khawatir, "Lo kesana sama Ken kan?"

Aku mengangguk.

Daniel menatapku lurus.

"Kalo lo keberatan.." Kataku begitu menyadari arti tersirat pada tatapannya padaku.

Tapi Daniel lebih dulu mendahuluiku, "No. Sorry, I trust you and.. Ken."

Walau dia berkata demikian, aku tetap yakin Daniel begitu mengkhawatirkanku. Aku tau seberapa besar dia takut aku akan kembali pada Ken. Aku tau, maka dari itu aku meraih wajahnya dengan kedua tanganku, dan jari-jariku mengelus pipinya lembut.

Aku tersenyum padanya, "Thankyou, Niel. Gue seneng banget dengan seluruh perhatian lo." Ucapku sungguh-sungguh.

Dan Daniel mendekatkan wajahnya padaku, lalu mencium bibirku.

* * *

Ken's POV

Damn it.

Aku mengalihkan pandanganku dari celah pintu kamar Claudy, dari pemandangan terbrengsek yang pernah kusaksikan seumur hidupku. Aku segera berjalan pergi dari sana dan buru-buru keluar dari rumah Claudy.

Begitu aku masuk ke mobilku, aku membanting pintu mobil dan menekan klakson mobilku sekeras-kerasnya. Agar Claudy segera berhenti mencium Daniel didalam kamarnya. Agar Claudy segera turun dan segera ke mobilku. Agar mereka berhenti menyakiti hatiku.

Tapi, tidak bisa! Brengsek! Aku benci perasaan ini! Aku benci sekali! Emosi dan hatiku pecah berantakan. Lagi dan lagi! Kenapa aku harus terus merasakan perasaan ini lagi?

Kenapa aku begitu bodoh dan dangkal untuk kembali berharap setidaknya Claudy memiliki perasaan untukku?

Apa sih yang kupikirkan?

Aku tidak menoleh saat Claudy membuka pintu mobil disampingku. Aku menggertakan gigiku sekuat tenaga, menahan emosiku kuat-kuat.

"Sorry, Ken! Gue nggak tau lo udah nunggu di mobil, gue belum liat ponsel gue daritadi." Katanya seraya masuk ke kursi penumpang disebelahku.

Aku hanya meliriknya sekilas tanpa menoleh dan menjalankan mobilku tanpa banyak basa basi.

"Lo kenapa sih?" Tanyanya bingung menatapku.

Aku tertawa mendengus kecil, "Nothing."

Kusadari Claudy mengerutkan alisnya, "Are you sure?"

Rahangku mengeras, "Sure."

Aku tau Claudy masih keras kepala karna matanya masih menelusuriku walau aku enggan menoleh menatapnya.

"Ken, lo tau lo nggak bisa bohongin gue kan?" Ucapnya dan membuatku menoleh menatapnya sejenak sampai akhirnya aku kembali menggeleng dan fokus lagi ke jalanan.

Kami tidak lagi saling bicara sampai tiba di tempat tujuan. Di salah satu club yang cukup familiar untukku.

Aku memarkir mobilku dan mematikan mesin. Aku berdecak saat menyadari aku lupa membawa karet untuk menguncir rambutku yang sudah mulai agak panjang ini.

SEX APPEALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang