Fight, Ken

27.7K 950 150
                                    

Claudy's POV

"Yaudah, lo istirahat ya, Ken. Gue balik dulu  sama Daniel sama Elin.. Biar lo juga istirahat."

"Loh, kalian udah mau pulang? Padahal baru ketemu sebentar sama Tante." Kata Tante Acha yang baru datang bersama Om Rei.

"Iya, Tan, dari tadi Ken nggak mau tidur kalo tetep ada kita." Balas Daniel.

Aku meringis, "Besok aku kesini lagi deh buat ngobrol sama Tante."

Ken sendiri enggan melepaskan tangannya yang menggenggamku sedari tadi, "Lo.. balik kemana, Clau?" Sebelum aku sempat menjawab pertanyaannya, Ken menarikku semakin mendekat padanya dan berbisik tepat disamping telingaku, membuatku seketika merinding dibuatnya, "Gimana kalo kerumah lo aja? Lagian, udah nggak ada alasan buat lo untuk satu apartemen sama,.. Mike..kan?"

Kata-kata Ken seakan menyadarkanku satu fakta yang baru kusadari saat ini juga.

"Loh, kalian udah baikan nih?" Om Rei nyengir seketika ketika melihat kedekatanku dengan Ken yang tidak pada tempatnya saat ini.

Aku seketika menarik diriku dari Ken dan kuyakin pipiku langsung merona akibat ledekan Om Rei, sementara Ken langsung misuh-misuh, "Apa sih, Pa.."

"Kalo nggak baikan, bisa-bisa Ken nggak sadar-sadar, Om." Sambung Daniel dan langsung mendapat pelototan dariku.

"Wah! Jadi, baikan atau balikan?" Tanya Tante Acha penuh antuasias, membuatku langsung mengalihkan topik dengan halus.

"Kalau gitu, aku duluan sama yang lain ya.." Pamitku pada Om Rei yang masih cengar-cengir, Tante Acha yang tersenyum penuh arti, juga Ken yang masih menatap tidak rela akan kepulanganku.

* * *

Mike's POV

Sebetulnya ada hal lain yang kutakutkan. Selain kedekatan antara Claudy yang kembali terjalin dengan Ken meski Claudy bilang padaku akan menjaga jarak diantara keduanya. Hal lain yang mengusikku yakni adalah, bagaimana jika Claudy memutuskan untuk kembali tinggal kerumahnya. Yah, aku tau itu bukan hal yang buruk. Justru lebih bagus karna itu artinya dia bisa kembali tinggal bersama orangtuanya. Tapi, entahlah. Keegoisanku membuatku menjadi tidak rela jika kami tidak lagi tinggal bersama. Aku sudah terbiasa bertemu dengannya setiap hari dan berada disekitarnya dari sejak ia bangun sampai dengan ia kembali tertidur.

Aku tidak ingin Claudy kembali kerumahnya.

Aku ingin dia tetap tinggal disini bersamaku.

Argh, sial! Perhitunganku jadi kacau karna perasaanku yang uring-uringan tidak jelas begini. Sudahlah, lebih baik aku kembali fokus dengan sahamku sebelum aku betul-betul mengacaukan segalanya.

Tapi, bunyi pintu yang dibuka, membuatku menyadari kepulangan Claudy.

* * *

Ken's POV

Setelah dokter memeriksa keadaanku dan menyuruhku memakan obat ini itu yang membuatku makin merasa ingin sesegera mungkin cabut dari tempat ini, aku menghela nafas panjang seraya memejamkan mataku.

"Kenapa, Ken? Ada yang sakit?"

Pertanyaan Mamaku membuatku menggeleng pelan. Sebenarnya sih seluruh badanku masih sakit semua, belum luka-lukanya yang menyebalkan, tapi tidak mungkin aku memberitahukan semua itu. Mereka sudah cukup khawatir dan aku tidak mau terlihat lebay.

"Jam berapa sekarang, Ma?" Tanyaku sembari menutupi wajahku dengan satu lenganku yang tidak diinfus.

"Jam 8. Kenapa?"

Aku kembali menggeleng, "Ma, I wanna ask."

"About Claudy?" Tebak Mamaku tepat sasaran.

Aku menggumam menjawabnya, "Is there any chance for me to be with her?"

Mamaku terdiam sejenak dan membuatku mengangkat tanganku untuk menoleh menatapnya, tapi lalu dia tersenyum, "Kesempatan kamu untuk bisa sama Claudy tentu sangat ada.."

Aku merasakan kata tapi yang menggantung dari perkataannya barusan ini, "Tapi..?"

"Tapi, itu semua tergantung diri kamu dan juga diri dia. Apa perasaan kamu justru akan membuat kamu berusaha untuk lebih baik lagi agar bisa bersama dengan Claudy? Atau apa setelah semua ini, perasaan Claudy untuk kamu justru mulai pudar dan tergantikan oleh orang lain..?" Tanya Mamaku sembari mengelus wajahku, "Kalau setelah semua ini perasaan kalian justru lebih kuat, percayalah, Mama setulus hati restuin kalian berdua. Tapi, kalau memang setelah ini salah satu diantara kalian menyerah, lebih baik salah satu diantara kalian sakit dari sekarang ketimbang membuat keadaan semakin rumit nantinya."

Aku terdiam beberapa saat mendengar penjelasan Mamaku yang terasa sangat benar adanya.

"Menurut Mama.. apa Claudy masih punya perasaan buat aku?" Tanyaku penuh keraguan.

Mamaku menepuk kepalaku lembut dan tersenyum semakin lebar, "Sangat punya." Jawabnya penuh keyakinan dan sesaat membuatku merasa begitu bahagia mendengarnya, "Tapi, Michael itu, anak itu yang selalu nemenin Claudy selama ini. Saat kamu ninggalin Claudy yang betul-betul hancur selama ini akibat ulah kamu yang oon dan brengsek. Tentunya, nggak mungkin kalau Claudy juga nggak punya perasaan sama Michael." Seketika juga, kebahagiaanku runtuh.

Aku memejamkan mataku, "Begitu ya.."

Mamaku mengangguk, "Namun, Mama bisa lihat, gimana kalian berdua masih punya chemistry yang begitu kuat stiap kali kalian bersama. Jadi, sekarang.. waktunya kalian yang kembali memutuskan. Kalau kamu masih bener-bener serius sama Claudy, tunjukan itu. Tapi, kalau saat kamu sudah buktikan dan Claudy lebih memilih Michael, relakan dia, Ken. Karna, Mama yakin, sejauh ini, cuman Claudy yang paling dan sangat tulus sama kamu. Yang dari dulu udah paling tau seberapa jelek tabiat kamu kalo marah, seberapa brengsek tingkah kamu sama banyak cewek, seberapa egoisnya kamu saat menginginkan sesuatu, juga seberapa cintanya kamu sama Claudy dengan seluruh kecacatan yang udah pernah kamu perbuat selama ini."

Mendengar semua itu, rasanya aku jadi begitu merindukan Claudy sekarang juga. Padahal, baru saja dia disini. Tapi rasanya, aku begitu ingin memeluknya dan memohon maafnya untuk memperbaiki segalanya yang sudah terjadi. Aku sangat, sangat, sangat ingin memperbaiki segalanya. Atas semua ketololan dan kebrengsekanku, atas semua waktuku yang terlewat tanpa dirinya, juga untuk seluruh perasaannya padaku yang tidak pernah berhasil kujaga seutuhnya.

Kali ini, aku betul-betul tidak akan pernah menyerah padanya.

* * *

Daniel's POV

Pagi ini aku kembali menjenguk sepupuku yang masih agak sekarat walau sudah berangsur pulih. Si tolol itu berulang kali memperingatkanku agar tidak memberitahukan posisinya maupun keadaannya pada siapapun. Memang dikira aku mau pamer kalau sobatku habis sekarat apa?

"Si Elin ngember nggak? Aduh, pasti dia ngember deh. Pasti orang-orang pada nyariin kenapa gue nggak dateng buat live dari kemaren." Gusar Ken semakin tidak tenang membuatku semakin mengerutkan alis. Mana dia mengatai pacarku ngember segala.

"Emang kenapa sih? Lo nggak mau dijenguk?

"Nggak."

"Kenapa? Takut dikasianin?"

"Nggak. Menghindari cewek-cewek biar nggak pada dateng kesini." Jawab Ken semakin gusar walau jawabannya membuatku agak tercengang dibuatnya.

Aku bersiul sembari menahan senyumku, "Oh.. Takut lepas kendali maksud lo?"

"Lepas kendali apaan coba," Lirik Ken kesal padaku, "Lo kira gue segitu gila sex-nya apa?"

Aku langsung nyengir, "Lo mau tobat jadinya sekarang?"

Ken tidak menjawabku dan justru memutar bola matanya, "Gue nggak mau terkesan bullshit dengan ngiyain lo."

Aku segera tertawa, "Lo bener-bener nggak bisa lepasin Claudy ya?"

Kali ini, Ken mengangguk.

Melihatnya saat ini, aku bisa melihat keseriusan yang tampak begitu jelas dimatanya. Percayalah, aku begitu mengenalnya sedari dulu.

Baiklah, mungkin kali ini waktunya aku kembali mendukung sepupuku ini. Karna kali ini, aku yakin, dia tidak akan pernah berani untuk mengulangi kesalahan apapun yang akan membuatnya terpisah jauh lagi dari Claudy.

SEX APPEALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang