Claudy's POV
"Kalo gue nggak pernah ketemu sama lo, kalo malam itu gue nggak mabuk, kita nggak akan ngelakuin hal bodoh saat itu! Gue nggak harus pisah sama Mike!"
Didalam hatiku, saat mendengar Audy mengatakan rentetan kalimat tersebut, tercetus juga satu fakta yang tidak kusangka bisa terfikirkan olehku. Jika seandainya aku tidak berada dalam kejadian seperti ini, mungkin aku akan terus terperangkap dengan Ken dan hubungan yang tidak sehat diantara kami. Kalian sudah dengar kan seberapa parah Ken bisa mengatakan kalimat yang menyakitkan hatiku saat dia emosi? Juga seberapa sering kami bertengkar dan berakhir memperbaikinya dengan berhubungan tubuh? Sudah cukup. Aku betul-betul cukup dengan Ken. Sebetulnya aku juga masih tidak menyangka dia bisa mengatakan hal seperti itu padaku.
"Ya kalo gitu, sekarang silahkan aja lo balikan sama Mike! Lo tau, Dy? Satu-satunya yang bikin gue pilih lo ketimbang Claudy, juga demi anak yang tadinya ada di kandungan lo! Gue bener-bener salah milih lo.." Ken mengeraskan rahangnya, "Kalo gue pikir ulang, akan mustahil misalkan anak itu lahir dan kita harus jadi satu keluarga yang bahagia.. Lo nggak akan bisa bangun keluarga yang bahagia yang lo harap-harapin selama ini.. Mimpi lo tentang suatu keluarga yang bahagia, hanya angan-angan semata!"
Audy seketika memukul dada Ken sekeras-kerasnya dan membuat Ken meringis tipis, "Tau apa lo soal mimpi gue!" Pekiknya nyaris berteriak dan air mata yang kembali banjir diwajahnya. Aku bisa melihat seberapa sakit hati dirinya, saat kata-kata tentang keluarga disinggung oleh Ken, "Lo punya keluarga yang lengkap dan bahagia! Lo nggak akan ngerti seberapa penting dan seberapa besar arti keluarga yang gue dambakan selama ini seumur hidup gue! Lo nggak ngerti, brengsek! Cuman Mike yang paham rasanya seperti gue! Cuman Mike yang paham betapa beratnya saat mereka yang punya orang tua bisa diperhatiin sampai bahkan dimarahin dan dikasih tau mana yang salah ataupun bener, sementara kita enggak! Cuman Mike yang paham betapa kesepiannya anak dengan keluarga yang berantakan tanpa ada orang tua yang peduli dengan kondisi anak itu! Nggak, lo nggak akan paham, Ken! Gimana rasanya ingin mati sejak kecil ketimbang hidup dengan penyiksaan seumur hidup! Nggak ada yang bisa pahamin gue lebih dari pada Mike! Itulah kenapa gue bilang lo itu nggak sebanding sama Mike sama sekali!"
Aku tau aku pernah berkali-kali mengatakan betapa aku membenci Audy. Tapi aku tidak tau apa yang membuat tubuhku seperti bergerak sendiri diluar alam bawah sadarku, untuk memeluk Audy yang entah kenapa terlihat begitu rapuh dan mudah hancur.
Dan betapa beruntungnya aku memiliki suatu keluarga yang utuh juga Mike disisiku.
Tubuhnya yang kupeluk mendadak menegang dan kaku. Aku mengusap-usap punggungnya dan mengetatkan pelukanku padanya.
"Gue.. gue memang nggak paham rasanya jadi lo.. Tapi, kalau segitu hancurnya lo didalam kesendirian lo, mulai sekarang..jangan pernah anggep nggak ada yang perhatiin lo. Ada Mike, ada Ken, dan bahkan walau gue pernah bilang gue benci sama lo, mulai sekarang gue yakin gue nggak akan bisa benci lo lagi.. Audy, you're gonna be okay.. Lo harus dan akan baik-baik aja mulai sekarang. Percayalah, lo nggak sendiri."
Kukira Audy akan mendorong tubuhku atau mungkin mencakar-cakar wajahku akibat perkataanku yang bahkan terdengar menjijikan di telingaku sendiri, tapi mau bagaimana lagi, rasanya segalanya meluncur keluar tanpa bisa kucegah. Makanya, aku agak terkejut karna alih-alih menamparku dengan penuh kebencian, dia justru membalas pelukanku dan menangis didalam pelukanku semakin keras.
Mau tak mau aku tercengang dan jadi ikut berkaca-kaca.
Pantas saja sifat dan sikapnya sejelek itu. Pantas saja dia haus perhatian dimanapun dan kapanpun dia berada. Pantas saja dia begitu tergila-gila dikelilingi banyak lelaki disekitarnya.
Segalanya terjawab sudah.
Mungkin mulai sekarang, aku memang tidak akan lagi bisa membenci Audy.
* * *
Ken's POV
Aku tidak tau harus berkata apa. Tapi melihat bagaimana Claudy menyikapi Audy..
Entahlah.
Rasanya, hatiku jadi dicekam perasaan bersalah yang begitu mencekam.
Bagaimana bisa Claudy tetap memeluk Audy meski aku sudah memilih Audy ketimbang dirinya? Bagaimana bisa tidak ada kebencian dalam tindakan maupun perkataannya setitik pun? Bagaimana bisa Claudy bahkan mengatakan bahwa Audy masih memiliki aku dan Mike?
Apa gadis itu tidak tau bagaimana cara membenci seseorang?
Aku mengeraskan rahangku dan tanganku secara bersamaan.
Dan barusan saja aku mengatainya menjijikan. Mengatakan bahwa dirinya telah digunakan oleh banyak lelaki diluar sana.
Saat dia mengangkat kepalanya dan matanya bertemu denganku selama beberapa detik sebelum dia mengalihkannya kembali didalam pelukannya dengan Audy, rasanya aku ingin sekali berlutut dan memohon akan penyesalanku yang teramat besar padanya. Untuk kebrengsekanku hari ini. Dan sebelumnya. Semuanya.
Aku betul-betul telah menyakiti gadis dengan hati yang luar biasa besarnya.
Nyatanya, sebetulnya akulah yang menjijikan. Aku menjijikan karna mengasari dirinya yang sebetulnya sudah luar biasa berbesar hati memaafkan Audy tanpa mengingat bagaimana brengseknya kami berdua yang telah menyakitinya. Aku yang menjijikan karna aku selalu menutupi emosiku dengan kata-kataku yang brengsek untuk membentengi diriku. Membentengi diriku yang sebetulnya begitu merindukan dirinya. Merindukan kebaikan hatinya dan kebesaran hatinya. Merindukan Claudy yang sudah bersama denganku selama 20 tahun semenjak kami lahir.
Itulah kenapa aku tidak pernah mampu melepasnya dan membiarkannya bersama lelaki manapun. Itulah kenapa aku terus dan selalu mengkhawatirkan dirinya selama setengah tahun dia telah mengabaikanku. Itulah juga mengapa aku benci saat mendengarnya tinggal bersama Mike dan menggandeng lengannya tepat dihadapanku.
Aku betul-betul telah melepaskan gadis yang luar biasa berartinya untukku.
* * *
Mike's POV
Aku tersenyum tanpa bisa menutupi betapa aku merasa begitu beruntung bisa jatuh cinta dengan gadis sebaik Claudy. Gadis yang tidak pernah mampu untuk bisa membenci seseorang seberapapun besarnya dia mencoba dan memaksakan hal tersebut. Dia begitu manis dan bersih. Hal yang langka dan tidak pernah kujumpai pada diri siapapun kecuali dirinya. Kebaikannya yang luar biasa selalu mampu untuk membuatku semakin menyadari perasaanku yang sudah lama kupendam dan hanya kutaruh pada dirinya seorang.
Aku hanya berharap, aku bisa sebanding dan layak untuk bisa bersanding demi terus berdiri disampingnya. Aku harap, aku bisa terus melindunginya sepanjang waktu. Memeluknya erat dan tidak akan pernah melepaskannya.
Saat aku melihat kearah Ken, kusadari matanya tidak terlepas dari Claudy, dan kusadari juga keduanya bertatapan sepersekian detik sebelum akhirnya Claudy mengalihkan matanya dari Ken. Ada secercah perasaan yang membuatku sesak hanya karna hal kecil semacam itu, namun aku tau, untuk sekarang, hati Claudy memang masih untuk Ken.
Tapi kedepannya, aku berjanji, aku harus berhasil memasuki hatinya lebih dalam. Lebih dalam dari siapapun yang pernah singgah dihatinya dan melepaskannya begitu saja. Aku berjanji, sakit hatinya, biar aku yang mengobatinya. Luka-lukanya, biar aku yang menyembuhkannya.
Kali ini, aku sangat yakin..
Bahwa aku telah jatuh cinta dengan gadis yang sangat tepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEX APPEAL
Romance18++ adult content, teenage story Claudya POV Hai! Aku Claudy, aku punya dua sahabat kecil yang dekat sekali denganku. Kenzo dan Daniel. Sebenarnya aku sudah lama tertarik pada Ken yang playboy dan suka sekali menggodaku, sedangkan Daniel yang dingi...