Mike's POV
Percayalah, aku paling suka saat melihatnya tersenyum. Bagiku, tanpa polesan makeup sama sekali, senyumnya sudah cantik luar biasa sempurna. Aku tidak tau sejak kapan aku menyimpan rasaku padanya, mungkin sejak pertemuan pertamaku dengannya. Yang mungkin akan kuceritakan lain kali. Tapi untuk kali ini, yang kalian perlu ketahui hanyalah, betapa cantik gadis ini. Dibalik senyum manis dan hatinya yang sudah seringkali dihancurkan, aku sudah menyaksikan lebih dahulu seberapa besar kebaikan pada hatinya. Mungkin, itulah daya tarik terbesar yang ada pada dirinya. Atau yang biasa dibilang oleh teman-teman kami sebagai Sex Appeal.
Belakangan ini, aku tau gadis ini sedang hancur luar biasa. Dia memakai topeng pengalihan dari kehancuran hatinya saat ini. Dia menutupinya dari semua orang, berusaha terlihat lebih kuat, lebih tangguh, dan lebih cuek, tapi aku tau lebih baik. Karna aku yang selalu menyaksikannya. Setiap saat. Sejak dulu. Dan masih sampai sekarang.
Saat aku memperhatikannya yang tengah berdandan di depan cermin, mau tak mau aku tersenyum dibuatnya. Aku berusaha agar senyumku tidak kelihatan begitu culun, karna saat bersamanya, rasanya aku jadi mudah sekali senyam-senyum tanpa juntrungan.
Aku segera mengalihkan arah pandangan mataku saat Claudy balik melirikku dari kaca, "Kenapa lo senyam-senyum begitu?"
Aku berdeham menutupi salah tingkahku, "Nggak juga. Gue emang lagi ikut ngaca aja." Sahutku bohong. Aku berasa tolol banget sumpah. Alasanku sama sekali tidak jelas.
Claudy melanjutkan kegiatannya bermakeup tapi aku bisa mendengar gumaman kecilnya yang mengatakan, "Bener-bener mirip Hardin Scott."
Memang aku segitu miripnya ya? Habis, Claudy terus mengatakan hal itu baik saat sehari-hari seperti ini, maupun saat dia mabuk.
"Yuk, Mike, malam ini Elin yang bakal ngisi live music-nya, jadinya gue mau nonton dari awal sampe abis." Ajaknya padaku sembari melihat pantulan dirinya di cermin.
Dan membuatku berusaha keras untuk tidak sampai menitikan ilerku melihat penampilannya. Maksudku, Claudy itu sudah cantik apa adanya. Apalagi kalau ditambah makeup tipisnya ini dan balutan kemeja putih berbahan silky mengkilat dipadu dengan skinny jeans ketat biru muda yang membentuk bokong sampai kakinya dengan sempurna. Rambutnya yang kecoklatan terlihat sempurna dengan bibirnya yang memakai warna pink matte.
Aku mengulum bibir atas dan bawahku sembari mengangguk. Tapi Claudy malah bersiul.
"Wuw! Jaket kulit hitam kebanggaan dipake terus deh." Decaknya sembari nyengir meledekku, "But, it looks suit you very well, Mike."
Aku agak salah tingkah sebenarnya dengan pujiannya, dan tidak bermaksud mengabaikannya, tapi aku berusaha keras agar dia tidak mengetahui seberapa besar efek dari tiap perkataannya padaku.
"Thanks," Sahutku singkat.
Claudy mencibir, "Selalu begitu tiap gue puji. Tidak pernah terlihat antusias." Komentarnya sembari cemberut, lalu menggunakan sepatu heelsnya disampingku.
Aku memberikan tanganku agar dia bisa berpegangan denganku sembari memakai sepatunya.
"Udah?" Tanyaku memastikan saat dia sudah selesai memakai sepatunya.
Jantungku mencelos saat dia mengangkat kepalanya dan wajahnya jadi begitu dekat dengan wajahku.
Claudy mengangguk tanpa menyadari betapa dekatnya wajahnya denganku. Mana tangannya masih berpegangan dengan tanganku, "Yuk, Mike. Kita harus request lagu malem ini sama Elin!"
Aku hanya mengangguk pelan dan mengalihkan mataku darinya.
Oh God, kuharap mukaku tidak merah mendadak hanya karna hal kecil begini.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEX APPEAL
Romance18++ adult content, teenage story Claudya POV Hai! Aku Claudy, aku punya dua sahabat kecil yang dekat sekali denganku. Kenzo dan Daniel. Sebenarnya aku sudah lama tertarik pada Ken yang playboy dan suka sekali menggodaku, sedangkan Daniel yang dingi...