Rahasia Hujan: 08

3.2K 501 58
                                    

Rahasia Hujan

Chapter 08: Meluluhkan Hati Jaemin

.
.
.

Setelah perdebatan yang terjadi beberapa hari lalu, Jaemin semakin menghindari Aera. Jaemin tidak mau Aera masuk ke dalam hidupnya walau Jaemin sempat berharap Aera akan terus berusaha mendekati Jaemin.

Entahlah, Jaemin tidak mengerti dengan diri sendiri. Apa yang ia mau kadang membingungkan. Bukan hanya membingungkan orang lain, tapi juga membingungkan Jaemin sendiri.

"Na, hari ini gue ada latihan basket. Lo nggak apa kan duduk sendiri?" Jeno sedang memasukan barang-barang di atas meja ke dalam tas. Jeno sudah mendapat surat izin dari pelatih basket untuk tidak mengikuti jam pelajaran ketiga dan keempat.

Jaemin mengangguk.

"Jangan lupa pake BTEnya, gue nggak ada di kelas buat rekam omongan guru. Jangan kebanyakan ngeliatin jendela juga. Soalnya lagi panas, hujan nggak mungkin turun." Jeno sudah tahu semua sifat Jaemin.

Tentang Jaemin yang selalu menunggu hujan sampai setiap hari dia akan melihat keluar ruangan, bahkan saat di kelas. Tentang Jaemin yang tidak memakai alat bantu dengar saat di kelas karena tidak ingin mendengar percakapan yang mungkin bisa menyakiti hatinya.

Jaemin tidak sekuat itu untuk menahan semua omongan menyakitkan yang ia dengar dari teman-teman sekelasnya, dari siswa siswi di sekolah, dan juga dari Ayahnya.

"Gue pergi Na, hati-hati ya." Jeno menepuk bahu Jaemin sebelum keluar kelas.

Jaemin hanya tersenyum sebagai balasan untuk Jeno. Setelah kepergian Jeno, Jaemin mengeluarkan ponsel dari dalam tas, ia mengecek kakao talk, siapa tahu ada pesan dari Ibunya.

Dan ternyata benar, Jaemin mendapat pesan dari sang ibu. Nyonya Na bilang ke Jaemin kalau adik kecilnya ingin sekali berbicara dengan Jaemin. Nyonya Na juga mau Jaemin mengelus perutnya, ngidam katanya.

Jaemin hanya bisa geleng-geleng kepala sambil tersenyum setelah membaca pesan dari ibunya.

"Wah Jaemin lagi apa nih? Sampe senyum-senyum gitu." Aera tiba-tiba saja sudah duduk di samping Jaemin, di tempat Jeno tepatnya.

Jaemin bahkan mengelus dadanya karena kaget dengan kehadiran Aera yang seperti hantu.

Jaemin menggerakan tangannya, seperti sedang berbicara dengan bahasa isyarat.

Aera mengernyit, tidak mengerti bahasa isyarat yang ia lihat dari gerakan tangan Jaemin. "Apa itu? Aku nggak ngerti, Na."

Jaemin melotot saat Aera memanggilnya dengan nama 'Na'.

Hei, nama 'Na' itu hanya digunakan oleh orang-orang terdekat Jaemin saja. Jaemin tidak mau ada orang lain yang memanggilnya begitu selain Ibunya dan Jeno.

"Jangan memanggilku, Na."

"Hah?"

"Jangan memanggilku, Na. Aera!!"

"Apasih Na, aku nggak bisa bahasa isyarat."

Jaemin menggerakan tangan lagi. "Itu urusan kamu." Setelah itu ia memilih membalas pesan ibunya dibanding meladeni Aera yang kini sudah membuka bekal makan siang.

[1] Rahasia Hujan | NJM ✔ [OPEN PRE ORDER]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang