Rahasia Hujan: 25

2.4K 492 31
                                    

Rahasia Hujan

Chapter 25: Ayah Jaemin

.
.
.

Jaemin menginjakan kaki di rumah dengan keadaan basah kuyup, ia lupa tidak membawa baju ganti seperti biasanya ketika akan bepergian. Jadilah Jaemin pulang ke rumah dengan baju basah.

Ketika melangkah masuk ke dalam rumah, mata Jaemin langsung beradu tatap dengan sang ayah yang tengah mengobrol dengan seorang pria berjas abu-abu di ruang tamu.

Ayah Jaemin berdiri, berjalan menghampiri Jaemin dengan tatapan tegas dan dingin. "Darimana kamu?" Pertanyaan tanpa nada ramah itu keluar dari mulut Ayah Jaemin.

Jaemin meneguk ludah kasar. "Melihat pertandingan basket Jeno, Yah."

Plak.

Bunyi tamparan keras terdengar mengisi ruang tamu rumah mewah keluarga Na yang sepi.

Kepala Jaemin berputar ke samping ketika sang ayah menamparnya cukup kuat. Jaemin yakin, pipinya akan menimbulkan warna merah bekas telapak tangan sang ayah.

"Apa yang sudah saya bilang ke kamu selama ini, Jaem? Kenapa kamu tidak mendengarkan juga?" Nada bicara Ayah Jaemin kini terdengar sedikit frustasi, ada kekesalan yang terpancar dari matanya.

"Yah, saya hanya ingin melihat teman saya bertanding ..."

Plak.

Bunyi tamparan kembali terdengar. Jaemin merasa kedua pipinya memanas saat sang ayah menampar Jaemin di pipi yang satunya lagi.

"Dia bukan temanmu. Berapa kali saya bilang kalau dia bukan teman kamu, Na Jaemin!" Seruan kencang terdengar menusuk telinga Jaemin.

Jaemin merasa telinganya berdengung sakit. Suara sang ayah benar-benar menggelegar sampai Jaemin tidak sanggup mendengarnya lagi.

"Yah, plis. Saya mohon jangan seperti ini. Jeno itu teman saya."

"Coba jawab saya. Teman macam apa yang ingin melihat temannya celaka? Jawab Jaemin!"

Jaemin ingin menangis, pertahanannya tidak kuat lagi. Ia mungkin bisa menyembunyikan kelemahan di hadapan orang lain dengan cara melepas BTE dari telinga, memilih tak mendengarkan mereka. Namun hal itu berbeda saat Jaemin berhadapan dengan ayahnya.

Jaemin bukanlah anak kurang ajar yang dengan mudahnya melupakan semua kalimat sang ayah, seperti masuk telinga kanan keluar telinga kiri. Jaemin tidak seperti itu. Sejak kecil Jaemin selalu dididik dengan keras, terbiasa mendengar segala peraturan ketat sang ayah untuknya. Jaemin bahkan tidak diperbolehkan menutup telinga untuk semua kalimat omongan sang ayah.

"M-maaf Ayah, Jaemin minta maaf." Jaemin bertekuk lutut, ia jatuh ke lantai, tidak sanggup lagi mendengar segala bentakan ayahnya yang terus membuat Jaemin berpikir untuk memutuskan tali pertemanan dengan Jeno.

"Kamu tahu kan siapa yang sudah membuatmu seperti ini? Kamu tahu pasti siapa yang bahagia melihat keadaanmu sekarang."

Jaemin mengangguk pelan. "Iya, Ayah. Saya tahu."

"Kalau begitu biarkan saya mengurus semuanya. Saya akan menempuh jalur hukum. Mereka harus dihukum agar tahu batasan dan tempat dimana mereka seharusnya berada."

[1] Rahasia Hujan | NJM ✔ [OPEN PRE ORDER]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang