ENAM

1.9K 88 0
                                    

"Nanti kalau sudah lulus kuliah Mas Kiki mau buka cafe yang bakalan rame sama anak-anak muda" ucap Mas Kiki bercerita pada kedua anak kecil di hadapannya

"Cafe apa mas? Kalau cuma rame sama anak muda berarti Aya sama Fathur ga boleh masuk dong?"

"Kamu kan nanti juga tumbuh besar jadi anak muda Al, ga kecil terus kayak gini"

"Ohh gitu, nanti kalau cafenya udah jadi Raihan boleh makan gratis kan Mas?"

"Sesekali sih boleh tapi kalau tiap hari bangkrut dong Mas"

"Mas Kiki pelit amat sih"

"Loh, kan tadi Mas bilangnya cuma sesekali aja gratisnya kalau berkali-kali ga jualan lagi deh Mas"

"Hehe becanda Mas"

"Memang mau buka cafe apa Mas?"

"Buka cafe Jus Semangka aja Mas, Raihan sama Aliya suka banget loh sama Jus Semangka"

***

Aliya tak mengedipkan mata ketika pria bernama Raihan alias Fathur, berjalan mendekati mereka. Wangi parfumnya itu seperti menyihir semua orang bahkan bisa terseret-seret mengikuti kemanapun Raihan pergi. Setelan yang dipakainya untuk hanya bertemu dengan Shafa itu, menurut Aliya terlalu berlebihan.

Dia sangat tampan, Aliya akui sebagai perempuan bukan sebagai temannya. Bahkan Aliya berani mengatakan kalau Raihan menempati posisi pertama dari deretan oppa-oppa korea yang ada dalam bias list nya itu. Raihan harus mundur sedikit, gantengnya kelewatan (soundtrack on : entah apa yang merasukimu)

Raihan duduk di sebelah Shafa, lalu mengeluarkan beberapa novel dari paperbag yang sebelumnya ia bawa. Seniat inikah Shafa mencari cara agar cintanya tak bertepuk sebelah tangan? Memang harus ketemuan di cafe kalau mau meminjami buku? Ini sudah keterlaluan, terlalu aesthethic kalau hanya acara pinjam-meminjam buku di kedai kopi.

Raihan mengeluarkan novel karya JK.Rowling lengkap semua versi, sepertinya dia maniak Lalu sejak kapan Shafa mau membaca buku-buku fantasy seperti ini? Benar, Shafa sudah serius jatuh cinta pada Raihan ya? Sampai harus ubah genre kesukaannya?

Shafa pamit sebentar menuju kasir memesankan minuman untuk Raihan. Shafa meninggalkan dua orang yang sedang canggung saling berhadapan, tanpa ada yang ingin mengakui kalau mereka adalah teman lama. Bahkan untuk tidak memperdulikan suasana canggungnya Raihan lebih memilih fokus pada layar ponselnya yang kini diisi dengan suara komentator bola. Dia sedang streaming pertandingan bola klub favoritnya. Sementara Aliya, ia mencoba mengabaikan pria di hadapannya dengan membaca novel yang baru ia beli tadi bersama Shafa

"Sumpah ya lo berisik banget sih, gue lagi serius baca nih lagi klimaksnya. Suara bola lo itu ngeganggu banget" omel Aliya tanpa menatap Raihan yang ada di depannya

"Lo yang nyusahin diri sendiri, lagian ini bukan waktu yang bagus buat baca buku. Senja begini mata lo bisa rusak" balas Raihan tak mau kalah

"Peduli apa lo sama gue. Dihh mata juga mata gue yang rusak bukan urusan lo"

"nyebelin banget padahal dulu kalau dia ngomel gue fine-fine aja" batin Raihan

Shafa membawa pesanan Raihan, sekalian ia meletakkan pesananya di atas meja. Suasana langsung hening ketika Shafa datang, padahal sebelumnya ada sedikit pertarungan diantara keduanya. Shafa duduk ditengah-tengah meja yang melingkar itu, seperti menjadi wasit dalam pertarungan Raihan dan Aliya. Merasa aneh dengan situasinya, Shafa memecah keheningan. Ia berusaha tampak akrab dengan Raihan, sementara Aliya sendiri malah merasa asing diantara mereka. Aliya membereskan barang belanjaanya, tak lupa meneguk kopi terakhirnya kemudian pamit pulang hanya ke arah Shafa bukan ke Raihan.

***

Aneh, Raihan atau Fathur yang dulu dikenalinya kini sudah berubah pesat. Bahkan dia tidak manis seperti dulu, pahit! Semua tentang Fathur yang dulu itu langsung berubah menjadi rasa pahit, seperti kopi hitam tanpa gula. Bisa-bisanya dia mengabaikan Aliya tapi lebih akrab sama Shafa. Apa sebenarnya Raihan juga punya rasa sama Shafa, makanya tidak peduli sama keberadaan Aliya.

Tunggu! Aliya cemburu ya? Aliya kok bisa sih cemburu sama teman sendiri? Masa sih Aliya cemburu?

Ia menghentakkan kedua kakinya, kesal. Kenapa bisa seorang Aliya harus cemburu sama orang yang tidak ada pedulinya sama sekali pada Aliya, yang dingin pada Aliya, dan bahkan tidak menganggap Aliya adalahnya sahabat kecilnya. Kini permohonannya hanya satu, Shafa bercanda sama perasaannya. Shafa hanya prank tentang perasaan sukanya sama Raihan.

TING!

Iqbal : "kalau besok ga sibuk bantuin gue nyusun proposal buat pensi ya Al"

Aliya menggaruk kepalanya yang tak gatal setelah menerima pesan dari Iqbal. Memang ketua divisi juga harus membantu ketua OSIS menyusun proposal? Bukannya dia punya sekretaris? Iqbal tega, menambahkan banyak kerjaan untuk Aliya. Biarpun ia sedikit kesal dengan permintaan Iqbal ia tetap lihai mengetikan jawaban mengiyakan untuk Iqbal. Demi si ketua OSIS dan acara pensi yang berjalan dengan lancar, Aliya mau membantu Iqbal.

Kemudian ia merebahkan tubuhnya di atas kasur yang ia rindukan sejak tadi. Ia terlelap menghabiskan malamnya tanpa berganti pakaian dan menyusun bukunya untuk ke sekolah besok pagi.

***

Aliya baru saja turun dari mobil Mas Kiki dengan suasana hatinya yang riang gembira karena tadi pagi Mas Kiki membuatkannya roti bakar dengan resep terbarunya di cafe yang sangat enak menurut Aliya. Sekarang, malah langsung down, tingkatan mood baiknya langsung turun ke level paling bawah. Mood yang sedang buruk kini terdeteksi. Aliya melihat Shafa yang baru saja turun dari jok motor Raihan pagi ini dan berhasil membuat suasana di sekitarnya memanas. Bahkan Jus Semangka yang masih dingin di genggamannya itu tidak bisa meredakan.

"Pagi-pagi mata gue udah sakit banget, kirain ada gerhana matahari ternyata...." monolognya menjelang masuk ke dalam kelas

"Ternyata? Ada Song Jong Ki yang menghampiri Song Hye Kyo disini" Iqbal menghampirinya

Pernyataan Iqbal tadi sempat membuat Aliya tersipu, namun dengan cepat teringat fakta bahwa Song Jong Ki dan Song Hye Kyo itu sudah bercerai. Jadi bayangan tentang rumah tangganya yang manis itu langsung buyar dari pikiran Aliya malah teringat kejadian di parkiran tadi.

"Nanti bantuin gue ya, abis pulang sekolah" ucap Iqbal seperti isi pesannya tadi malam

"Hmm iya, gue inget kok" jawab Aliya

"Abis pulang sekolah temuin gue di parkiran langsung okay?"

"Ngerjainnya bukan di ruangan Osis?"

"Sesekali ajak lo buat keluar dari ruangan Osis. Sumpek kan?" Aliya mengangguk tanpa ragu. "Sama, gue juga ngerasain itu. Pokoknya ketemuan di parkiran sisanya serahin sama gue mau bawa lo kemana" lanjut Iqbal

Bohong kalau Aliya baik-baik saja saat Iqbal tak menyisakan jarak sedikitpun dengannya. Bisikan nya tadi ke telinga Aliya jelas ia rasakan hingga suaranya yang khas dan renyah menurut Aliya itu masih terngiang-ngiang saat ini. Aliya lemah, begini saja sudah baper. Ia hanya memegangi wajahnya yang sudah merah tomat hingga ke dalam kelas. Berusaha menutupi rasa malunya ke semua orang yang menatapnya aneh pagi ini.

The Second Time [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang