"Jangan coba-coba berani deketin Aya!"bentak Fathur dihadapan anak-anak perempuan yang menganggu Aliya bermain boneka di Taman tadi. Sementara Aliya tak ada disana sekarang, Fathur mengambil alih.
"Sini kembalikan bonekanya atau Fathur teriak sekarang" Pintanya pada semua anak perempuan yang kini hanya diam menatapnya, lalu diberikannya boneka Barbie Aliya dalam keadaan tidak utuh.
"Mana kepalanya?!" Tanya Fathur dengan nada tinggi, keras layaknya seorang laki-laki sedang benar-benar marah
"Tuh di selokan udah jorok, aku enggak mau lagi ambil sampah" jawab seorang anak perempuan dengan sombongnya
"Cepetan ambil! Kalau enggak kalian semua bakal dihukum Bu guru besok di sekolah"
"Kok ngancem gitu sih Han."
"Iya, soalnya kalau mau mukul perempuan Fathur ga akan bisa. Sebagai laki-laki sejati tidak boleh menyakiti perempuan"
"Oke kami ambilkan, tapi jangan dilaporin sama Bu guru"
"Oke deal!"Setelahnya segerombolan anak perempuan itu mengambil kembali kepala Barbie yang tadi sengaja dibuang di dalam selokan kotor.
***
Aliya membawakan pesanan untuk Shafa dan Raihan yang baru saja datang ke café Mas Kiki. Entah dengan alasan apa Shafa mengajak Raihan untuk menikmati makanan dan minuman di cafe ini. Padahal ada banyak tempat-tempat menarik lainnya yang bisa dijadikan tempat untuk nge-date. Sebenarnya boleh saja disini, tapi jangan sampai Aliya menyadari adanya kedua orang itu. Bagi Aliya kedatangan mereka sangat membuat penglihatannya risih, bahkan hatinya berantakan.
Aliya memang masih kesal pada Raihan yang ingin memukulnya tadi siang di sekolah dan Shafa yang tidak ingin mendengarkan ucapan Aliya mengenai sikap Raihan yang tidak pantas dijuluki sebagai cowok taksiran Shafa. Namun percuma, mau seberapa keraspun Aliya menceritakan hal tersebut pada Shafa tampaknya ia tidak terpengaruh, rasa cintanya pada Raihan sudah tidak bisa lagi diganggu gugat.
"Han, gue nemuin Aliya dulu ya. Lo sama Iqbal duduk disini sebentar. Okay?" perintah Shafa, lalu ia beranjak dari kursi dan mencari keberadaan sahabatnya.
Sepeninggal Shafa di meja nomor 13, kedua pria yang tak pernah saling kenal ini sama-sama sibuk dengan ponsel masing-masing. Suasana diantaranya membeku, tak ada yang ingin memulai percakapan. Iqbal tak banyak tahu dengan pria yang ada dihadapannya saat ini, terakhir kali ia hanya dengar bahwa Raihan salah satu penyebab terjadinya perkelahian Raisha dan Aliya.
Ketidakhadiran Raihan itu membuat Raisha murka karena Ferdian bisa naik ke atas panggung untuk membantu Aliya dalam penampilannya. Iqbal memang sempat kesal dengan sikap pria itu, bahkan sampai kini belum mendapatkan informasi dari Aliya mengenai permintaan maaf Raihan pada Aliya karena kejadian 3 hari lalu.
Raihan, dengan asyiknya memainkan games yang ada di ponselnya itu bahkan tak ada niat sedikitpun untuk melirik pada pria di hadapannya. Raihan tahu kalau Iqbal saat ini sedang menjalani proses pendekatan pada sahabatnya, Aliya. Raihan banyak menggali informasi mengenai Aliya tentu dari teman sebangku Aliya, yakni Shafa. Raihan tidak bisa menyatakan seratus persen bahwa dirinya bisa membalas perasaan suka Shafa, biarpun ia hanya diam namun sebenarnya ia paham kenapa perempuan itu ingin selalu disampingnya. Raihan sudah paham betapa kerasnya usaha Shafa untuk mendekatkan diri pada Raihan.
"Lo gamers?" tanya Iqbal, hanya basa-basi. Ia sudah jenuh dengan keheningan antara keduanya
"Sesekali aja, kalau lagi bosan sambat nge-games" jawab Raihan namun tak melirik kearah di penanya
KAMU SEDANG MEMBACA
The Second Time [COMPLETED]
Teen FictionBenar, aku mengenalinya. Aku mengingat seluruh bentuk lekuk tubuhnya, wajah tampannya, sorotan matanya, bahkan tatanan rambutnya yang selalu menjadi point penting dari setiap penampilannya. Raihansyah Fathureza, pria yang menghabiskan moment semasa...