DUA PULUH SATU

1.5K 62 0
                                    

"Han, seandainya ayah sama bunda pisah kamu mau ikut sama siapa?"

"Kenapa harus pisah?"

"Seandainya Han, Mas Raka hanya ingin mengantisipasi apa yang bisa saja terjadi di keluarga kita"

"Ga tahu, Raihan mau ikut dua-duanya"

"Ga bisa Han, kamu hanya bisa pilih satu"

"Memang Mas Raka bakal ikut siapa?"

"Ikut Bunda mungkin"

"Kenapa?"

"Biar bisa jagain bunda, karena setelah itu nantinya bunda akan semakin kesepian"

"Kalau gitu Raihan juga mau ikut bunda"

"Kamu enggak mau ikut ayah?"

"Raihan juga mau jagain bunda Mas"

"Kalau kita semua jagain bunda, terus yang jagain ayah siapa?"

***

Seminggu berlalu sejak Raihan meninggalkan ibunya yang masih dalam perawatan karena penyakitnya itu, Raka belum kembali ke rumah. Raka memutuskan untuk mengambil cuti dari kantornya dan membiarkan Raihan pulang lebih dulu agar tidak ketinggalan pelajaran di sekolah. Raka rela menghabiskan waktunya untuk menjaga dan merawat ibunya yang sedang sakit.

Raihan berada dirumah sendiri semenjak Raka masih berada di Bandung, sesekali juga ia mengajak teman-temannya untuk menginap dan meramaikan rumah. Ketiga temannya tak akan berpikir panjang untuk menerima ajakan Raihan, lagipula sekalian menjawab rasa penasaran mereka tentang kehidupan pribadi Raihan yang baru bisa mereka gali saat ini.

Hari ini, Raihan kembali mengajak ketiga temannya yang tak tahu diri itu untuk menemaninya dirumah. Berhubung besok juga hari libur sekolah, jadi mereka bisa puas begadang dan menghabis boys time bersama. Menurut Rei, ini menjadi moment penting untuk bisa menggali informasi sebanyak mungkin mengenai kehidupan Raihan. Bagi Arya, ini adalah moment yang pas untuk menjadikan rumah Raihan sebagai basecamp baru mereka untuk bisa ngumpul-ngumpul.

Lain halnya dengan Bandi, pria yang dikenal dengan kepolosannya itu malah menganggap bahwa rumah Raihan adalah rumahnya juga. Bagi Bandi sesama teman itu memang harus saling berbagi, ia memang satu-satunya teman Raihan yang tak segan lagi untuk bersikap seenaknya di rumah orang lain. Alasannya hanya satu, karena ini atas dasar saling berbagi maka ia juga berhak atas segala sesuatu yang ada di rumah Raihan.

Ketiga temannya datang dengan banyak barang yang dibawa, selain baju ganti mereka tak lupa dengan snack dan minuman berbagai macam rasa untuk bisa dinikmati hingga malam nanti. Raihan si tuan rumah hanya bisa geleng kepala, pasalnya memang ia juga yang sudah menyuruh mereka datang untuk menemani kesendiriannya itu.

Bandi langsung mengambil alih, ia menghidupkan televisi dan memegangi stick PS lalu menantang Raihan untuk bermain, Arya sudah mengambil posisi nyaman diatas sofa yang empuk, sedangkan Rei sebagai satu-satunya teman Raihan yang paling waras mengambil bagian di dapur untuk memanaskan makanan yang tadi dibawanya. Kebetulan ibu Rei punya usaha catering jadi dibekali sang ibu untuk bisa makan bersama temannya di rumah Raihan.

Selama berkumpul di rumah Raihan, mereka menikmati keseruan bersama. Layaknya seorang anak laki-laki pada umumnya sangat senang ketika ditinggalkan oleh orang tua dan menghabiskan waktu bersama teman-teman di rumah. Sekedar informasi, bahwa keadaan rumah Raihan yang tadinya masih rapi dan bersih kini berbanding terbalik ketika didatangi teman-temannya. Sampah ada dimana-mana, makanan dan minuman semuanya dihidangkan diatas meja, dan kabel-kabel charger handphone yang berserakan di atas karpet. Ini memang benar adalah gambaran jika para anak laki-laki sedang menikmati waktunya di rumah.

"Nyokap lo gimana Han, udah enakan?" tanya Rei ia mulai menggali informasi

"Kata Mas Raka sudah lumayan baik, mungkin dua tiga hari lagi Mas Raka bisa pulang ke sini" jawab Raihan, ia tak sungkan untuk menceritakan kondisi ibunya

"Di rawat dimana Han?" sambung Arya

"RSJ Bandung Ar" jawaban Raihan sontak membuat ketiga temannya saling bertatapan. Bahkan Bandi yang tadinya sibuk dengan stick PS mendadak menghentikan permainan hingga Raihan keluar sebagai pemenang.

"Yes! Menang gue Ndi, bayar taruhan lo soto ayam Mbak Yeyen di sekolah besok" seru Raihan, lalu sadar dengan temannya yang masih dengan tatapan kosong

"RSJ Bandung Han? Nyokap lo?" tanya Rei, ia ingin tahu lebih dalam perihal ibunya Raihan

"Iya, udah lama di RSJ. Udah lo semua gak perlu shock gitu, nyokap gue stress berat sejak pisah sama bokap" jelas Raihan, ia membuka diri terhadap teman-temannya

"Gue turut prihatin dan gue doain nyokap lo bisa cepet sembuh Han. Sorry perihal ini gue baru tahu"

"Santai aja Rei, ini juga salah gue yang enggak pernah cerita ke orang-orang."

"Han, mulai sekarang lo bisa ceritain semua masalah lo ke kita. Biarpun yang waras cuma Rei ya Han kita pasti bantuin elo" sambung Bandi

"Ada benernya si Bandi Han, biarpun kadang otaknya rada geser. Tapi kalau lagi serius dia bisa bener juga. Mulai sekarang kita siap jadi bahu yang bisa lo senderin Han"

"Dihh, ogah! Keliatan homo deh gue kalau harus satu bahu sama lo semua" ujar Raihan, lalu mengundang tawa ketiga temannya.

***

Aliya dan Iqbal sudah sampai di depan rumah Iqbal. Katanya, Iqbal mau mengajak Aliya untuk bermain ke rumahnya, sekalian ingin dikenalinya pada sang kakak. Menurutnya Aliya pasti senang bertemu dengan kakaknya itu, karena sama-sama suka drama korea jadi pasti bisa nyambung kalau ngobrol. Sosok perempuan dengan berpakaian santai, rambut yang dicepol asal, tanpa memakai makeup sedikitpun dan menggendong seekor kucing Persia berwarna putih membukakan pintu untuk Iqbal dan Aliya. Aliya tebak pasti ini kakak Iqbal yang sudah diceritakan oleh Iqbal saat diperjalanan tadi.

Aliya disambut hangat oleh perempuan itu, ia mempersilahkan tamunya untuk masuk. Kayla, nama kakak Iqbal. Perempuan yang baru saja menyelesaikan upacara wisuda nya di kampus beberapa bulan lalu dan beruntung telah mendapatkan pekerjaan setelah itu. Tadinya ia hanya ingin menghabiskan hari liburnya bermalas-malasan bersama kucing Persia kesayangannya, namun ketika dikabarkan akan ada tamu spesial ia buru-buru menyelesaikan pekerjaan rumah. Dari mulai membersihkan dan membereskan rumah hingga membuatkan makanan untuk tamu spesialnya itu agar bisa disantap saat makan siang.

"Al, makan yang banyak ya. Rugi lo gak nyobain masakan gue, enak loh Al" ucap Kayla lalu memberikan sepotong ayam berukuran besar pada Aliya

"Iya, makasih Kak Kay baik banget deh"

"Iya dong, sama calon adik ipar memang harus gitu. Eh Al, ngapain sih mau pacaran sama Iqbal?" tanya Kayla yang membuat Aliya tiba-tiba terkejut, ia tersedak

"Lah, kenapa Al? hmm belum pacaran ya?" Iqbal menyenggol kaki kakaknya memberi kode lewat mata juga untuk tidak sering kelepasan kalau lagi ngobrol.

"Baru deket doang, kata Aliya doain aja semoga dia bisa kecantol sama gue" bisik Iqbal pada sang kakak

"Kalau belum pacaran, yaudah gue doain deh biar lo berdua cepet official nya ya"

Aliya hanya tersenyum mengalihkan pandangannya pada Iqbal yang juga tak nyaman dengan situasi saat ini. Pastinya ia juga bingung dengan status apa yang sedang dijalankan oleh mereka. Bagi Aliya, untuk jujur ke Iqbal kalau sebenarnya ia sudah menaruh rasa juga ke Iqbal rasanya sulit sekali. Seperti ada perasaan lain yang harus dijaga, tapi tidak tahu kepada siapa. Apa mungkin benar soal pertanyaan Shafa tempo hari, Al lo enggak berniat untuk naksir sahabat kecil lo itu kan? 

The Second Time [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang