"Fathur bisa gambar sama persis kayak gini siapa yang ngajarin sih?"
"Ayahnya Fathur"
"Wah keren, Ayah Fathur jago banget ya ngegambarnya?"
"Dulu sih gitu, gatau kalau sekarang"
"Memang sekarang udah ga ngegambar lagi?"
"Mungkin udah enggak, Ayah kan udah jarang banget tinggal bareng Fathur"
"Kenapa begitu?" Fathur yang ditanyai hanya bisa bergidik bahu
"Fathur kok ga tahu? Kan itu Ayahnya Fathur, ga tanya sama Ayahnya Fathur kenapa ga pulang?"
"Fathur ga tahu dan gamau banyak tanya"
"Kalau Aya langsung tanya tuh, soalnya Aya kan kepo orangnya"
"Aya lanjutin gambarnya aja, kalau ngobrol terus Fathur ga fokus"
"Oh gitu, hehe maaf Fathur"
***
Aliya sibuk mengurusi persiapan pensi yang lusa akan dilaksanakan. Ia sibuk mengkoordinir seluruh panitia untuk bisa dengan segera mempersiapkan keperluan yang dipakai di acara pensi nanti. Dalam beberapa hari ini Aliya benar-benar sangat sibuk, ia bahkan hampir pulang malam terus karena setelah pulang sekolah selalu saja harus datang rapat osis. Semuanya tentu demi kesuksesan acara tahunan di sekolah juga, lagipula ini sudah menjadi konsekuensi baginya setelah bergabung dalam organisasi.
Memang, menjadi bagian dari OSIS Aliya sering ketinggalan pelajaran, semua tugas selalu dikerjakan dengan terburu-buru, dan tak jarang kalau ia terlihat lesu disetiap harinya. Ia bahkan sudah lupa untuk merias dirinya, sudah jarang make up always stand by pada wajah cantiknya itu. Namun tenang saja, biarpun lupa berhias tak pernah luntur kecantikan alami pada dirinya bahkan semua orang mengakui hal itu. Jadi, mau cantik atau tidak Aliya tak ambil pusing akan hal itu, selama dirinya tak mengganggu penglihatan orang lain rasanya sah-sah saja.
Aliya mengambil kursi yang tak jauh dari jangkauannya, ia duduk tepat dihadapan panggung yang dipersiapkan untuk pensi. Ia menyenderkan punggungnya pada kursi tersebut seolah benar-benar terasa lelah dengan kegiatan padatnya akhir-akhir ini.
Tiba-tiba sosok pria datang menghampirinya sambil menyerahkan minuman rasa favoritnya, Jus Semangka. Aliya menerima pemberian minuman dari Ferdian, pria yang pernah ditaksirnya itu. Mungkin Aliya bermimpi bisa kembali dekat dengan Ferdian, bahkan sampai diberi minuman seperti ini padahal dulu biasa saja.
"Thanks kak" ucap Aliya sambil membalas dengan senyuman
"Lo gak boleh capek Al, semangat ya" kata Ferdian lalu tangannya menepuk pelan pundak Aliya seraya menyemangati gadis itu
"Iya, kak Ferdian juga ga boleh capek. Pensi nanti harus tampil memukau"
"Semangat yaa. Gue mau latihan dulu, inget Al jangan lupa istirahat" ucap Ferdian mengacak asal rambut Aliya, lalu meninggalkan Aliya. Biarpun rambut Aliya jadi sedikit berantakan, setidaknya ia senang atas perlakuan dadakan Ferdian itu. Ini bahkan bukan pertama kalinya Aliya harus menahan suara detak jantungnya yang berdegup lebih cepat ketika berada di samping Ferdian.
Boleh egois sebentar tidak? Aliya rasanya masih ingin dekat dengan Ferdian, boleh tidak ya bersikap begitu pada seseorang yang sudah punya pacar?
Aliya kembali ke kelasnya, ia berniat untuk mengemasi barang-barang yang masih berserakan di atas mejanya. Seisi kelas hampir kosong yang tersisa hanya dua tas murid saja, hanya tas yang dimiliki Raihan dan Rei yang duduk bersebelahan sementara kedua orang tersebut sepertinya masih menjalankan sisa hukuman yang diberikan Pak Mahmud kemarin. Selesai berkemas Aliya meninggalkan kelasnya dan berjalan menuju ruang OSIS untuk mengikuti rapat besar fiksasi seluruh persiapan untuk kegiatan pensi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Second Time [COMPLETED]
Teen FictionBenar, aku mengenalinya. Aku mengingat seluruh bentuk lekuk tubuhnya, wajah tampannya, sorotan matanya, bahkan tatanan rambutnya yang selalu menjadi point penting dari setiap penampilannya. Raihansyah Fathureza, pria yang menghabiskan moment semasa...