DUA PULUH EMPAT

1.4K 67 4
                                    

"Bundaaaaaa!! Huhuhuhu, lihat Tatan mati huhu Bunda, Mas Kiki huhu" tangis Aliya, sambil menggendong Tatan kucingnya yang lucu itu kini sudah dilumuri banyak darah. Mendengar tangisan adik kecilnya Kiki langsung menghambur keluar, ia ingin memastikan keadaan sang adik.

"Kok bisa Al? kamu ga apa-apa kan?"

"Huhu..huhu.. tadi pas mau Aya kejer Tatan keluar eh malah ada mobil kencang dari arah rumah Fathur dan dia kelindas" Aliya tetap menjelaskan kronologis kematian kucingnya walaupun tangisan semakin pecah

"Ya sudah ayo kita kubur"Kiki mengambil alih dan menggendong Tatan, mereka pergi ke belakang rumah menyiapkan lubang untuk menguburkan jasad kucingnya

"Ayaaaa!!" suara teriakan dari luar pagar rumah Aliya, teriakan dari suara yang familiar. Suara Fathur, temannya.

"Ada apa Fathur kemari?" tanya Aliya, kini ia menaburi bunga di atas kuburan sang kucing

"Fathur mau menjelaskan semuanya, maafin ya Aya. Mobil yang nabrak Tatan tadi punya Ayah Fathur."ucap Fathur ia berusaha menjelaskan yang sebenarnya walaupun ia benar-benar takut kalau Aliya sampai marah besar

"Apa?!" Aliya kaget bukan main, tega sekali Ayah Fathur menabrak kucingnya

"Maafin Ayah Fathur ya Aya, enggak sengaja. Ayah Fathur buru-buru Aya, bukan maksud mau nabrak Tatan"

"Aya benci Fathur! Sana pulang, Aya ga mau ketemu Fathur! Pergi Fathur! Fathur jahat!!"

***

Aliya baru saja bangun dari tidurnya, hari libur seperti ini ia bebas bisa bangun jam berapa pun sesuka hatinya. Biarpun ibunya tetap mengomel lalu menasehatinya bahwa anak gadis tidak boleh bangun kesiangan. Aliya menuruni anak tangga, hidungnya mencium aroma masakan sang ibu yang baru disajikan di meja makan. Tepat sekali, ternyata ia bangun karena perutnya sudah berdemo untuk makan. Aliya dengan cepat menggeserkan kursi lalu mengambil posisi untuk bisa menyantap ayam goreng kesukaannya.

"Ih Al, baru bangun langsung nyerbu gitu" ucap ibunya sambil menyiapkan hidangan yang lain

"Jarang-jarang loh Bun, dimasakin sama Bunda. Jadi wajar kalau sekalinya dimasakin langsung kayak orang kesurupan gini" jawab Aliya

Ibu Aliya memang baru sampai tadi malam dari tugasnya di Makassar. Perjalanan jauhnya itu pasti membuat Aliya merindukan kehadiran sang ibu. Wajar jika hari ini ia tampak sangat bersemangat, bahkan ayam goreng yang masih panas itu terus dilahapnya tanpa peduli apapun. Aliya menggigit setiap bagiannya, rasanya sangat lezat, masakan buatan ibu memang beda dari yang lain. Biarpun Mas Kiki jago masak dan cafe nya selalu ramai, Aliya tetap memilih ibu sebagai chef terbaik.

Mas Kiki baru saja pulang dari jogging pagi, ia biasa melakukan kegiatan ini kalau hari libur. Baginya olahraga sangat penting, kegunaannya juga sangat bagus untuk kesehatan tubuh. Ia memang sangat sibuk dengan pekerjaan di kantor dan cafe, makanya olahraga dijadikannya kegiatan untuk merefresh kembali otaknya dan menghilangkan stress. Mas Kiki masuk ke dalam rumah sambil membawa seekor kucing kecil dalam pelukannya.

"Lah, ketemu dimana?" tanya ibunya, sudah selesai sarapan sekarang membereskan piring

"Tadi waktu lari, dia ngeong-ngeong terus Bun. Kehilangan ibunya deh kayaknya, kasihan dia jadi ku bawa pulang, lucu kan Al?" Kiki melirik kearah Aliya yang masih sibuk dengan makanannya

Aliya teringat masa lalu, ia bahkan sempat bermusuhan sama Raihan karena dulu kucingnya mati ditabrak oleh mobil Ayah Raihan. Biarpun sudah lewat kejadiannya, tapi terus teringat oleh Aliya bahkan jika dikaitkan dengan sikap Raihan pada Aliya saat ini yang memang kejam dan benar-benar kesal pada tragedi itu. Semenjak kematian Tatan, Aliya tidak pernah lagi punya peliharaan. Bukannya kapok untuk merawat peliharaan, tapi hanya trauma takutnya malah kejadian lagi seperti dulu. Aliya tahu rasanya kehilangan dan itu menyakitkan.

The Second Time [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang