"Sakit bun. Ampun bunda sakit" rengek Fathur memohon agar sang ibu menghentikan perlakukannya
"Sudah berapa kali saya bilang kamu bukan anak saya!"
"Bunda, sakit bunda"
Kemudian sang ibu meninggalkan anak laki-laki itu menangis di kamarnya sendirian. Tak ada pertolongan apapun, bahkan sang kakak hanya bisa melarikan diri. Ia tak tahan dengan semua keributan yang terjadi di rumahnya setiap hari. Fathur dengan lebam biru di sekujur tubuhnya, kini berusaha bangun lalu berjalan menuju rumah teman dekatnya itu, Aliya.
"Fathur!!!! Ya ampun, kok Fathur jadi biru-biru begini?"
"Sakit Aya, jangan di pegang"
"Maaf maaf, ga sengaja Aya lagi panik lihat Fathur kayak gini. Mas Kiki!! Bantuin Aya"
Sang kakak yang dipanggilnya itu memapah anak laki-laki yang sudah sangat lemas ke atas sofa ruang tamu mereka. Aliya dengan telaten membantu untuk mengobati setiap luka yang ada di tubuh Fathur. Ia sangat prihatin dan sedih melihat kondisi temannya itu.
"Mas Raka kemana Han?" tanya Mas Kiki ingin tahu dimana keberadaan kakak Raihan
"Enggak tahu, tadi waktu kejadian Mas Raka langsung pergi"
"Mas Kiki ga punya nomor teleponnya ya?"
"Sudah tapi enggak bisa di hubungi Al"
"Fathur nginep disini aja ya, jangan pulang dulu pasti belum aman. Aya akan jaga Fathur"
"Terima kasih Aya, Mas Kiki"
***
Aliya menangkap raut wajah Raihan yang tak suka memandangnya memberikan botol minuman berisikan Jus Semangka pada Iqbal. Tepat! Pasti dia cemburu karena jus kesukaannya diberikan oleh Aliya ke orang lain. Benar! Pasti dia Fathur, teman Aliya. Aliya menganggap bahwa kali ini tindakan yang ia lakukan sangat akurat, pembuktian pertama Fathur adalah teman kecilnya sudah terungkap.
Aliya masuk ke dalam kelasnya buru-buru membuka buku PR Biologinya, sengaja dikerjakan di sekolah karena tadi malam tidak sempat lagi untuk dikerjakan. Semua gara-gara Iqbal yang menyuruh setiap kadiv untuk membuat program kerja. Tadi malam Aliya begadang habis-habisan untuk memikirkan program kerja dari divisi kedisiplinan siswa, ia juga membuat grup sendiri yang isinya anggota kedisiplinan siswa, ada Mifta kelas 11 IPS 3, Rayin kelas 11 IPA 1 dan Talitha kelas 10 IPA 1 supaya lebih mudah untuk berdiskusi. Dilihatnya jam dinding di kelas sekitar 10 menit lagi bel berbunyi, ia mempercepat gerakan tangannya untuk menyelesaikan PR Biologi tersebut.
"Al!!!" Shafa datang mendekati teman sebangkunya
"Stt!! Jangan ganggu dulu Fa, belum kelar."
"Al, gue mau curhat tauuuu!"
"Dikit lagi, nomor terakhir" kali ini Aliya mengarahkan jari telunjuknya untuk membungkam mulut Shafa yang berniat ingin curhat pada temannya itu.
"Selesai!!" sahutnya gembira, lalu menoleh ke arah Shafa yang lagi sibuk memainkan ponsel "Mau curhat apa?" tanya Aliya ia penasaran
"Hmm? Hehe gak jadi, ntar aja ya. Bu Nia udah dateng soalnya" jawab Shafa lalu ia menyembunyikan ponselnya setelah melihat guru Biologi itu datang ke kelas mereka
***
"Jadi dari divisi kedisiplinan akan berkoordinasi lagi sama Pak Mahmud, mengenai kontrol setiap siswa, melakukan razia mingguan, catatan buku hitam, perombakan baik itu penambahan dan pengurangan setiap pelanggaran siswa" jelas Aliya, ia menjelaskan setiap detail program kerja yang telah ia susun sampai jam 03.00 menjelang subuh itu.
Rata-rata anggota OSIS mengangguk paham, umumnya memang divisi kedisiplinan siswa harus lebih bertindak tegas terhadap siswa-siswa yang bermasalah.
"Skincare di razia juga gak ya?" Ola si owner produk-produk kecantikan yang biasanya sering khilaf untuk berjualan ke setiap kelas. Hobinya memang sangat berpengaruh besar terhadap isi kantongnya. Setiap hari omset penjualan bisa naik karena di pesan oleh setiap murid, bukan hanya perempuan saja bahkan 30% diantaranya juga murid laki-laki.
"Kontroversi nih, OSIS tetangga sebelah lagi viral banget soalnya razia skincare besar-besaran" celetuk Aga dengan ekspresi yang menggebu-gebu dengan pemberitaan viral yang ada di twitter.
"Menurut gue sih, asal jangan berlebihan bisa di beri toleransi" jawab Aliya
"Kalau di razia, bangkrut dong gue. Kebijakannya dong bal, bisa gak makan gue kalau gini caranya" mohon Ola pada sang ketua OSIS
"Oke, skincare dalam batas yang ditentukan gue terima. Sisanya langsung di urus ke Pak Mahmud untuk di tindaklanjuti" Iqbal menjelaskan
Divisi pengembangan bakat menjadi penutup di rapat perdana hari ini. Aliya meregangkan semua anggota tubuhnya, duduk seharian membuatnya sedikit pegal. Ia keluar dari ruang OSIS rasanya segar sekali setelah berlama-lama di dalam manalagi otaknya sudah ngebul, dipaksa Iqbal buat mikir terus-terusan.
Baru rapat perdana saja sudah kayak latihan olimpiade Matematika, mumet.
Aliya kembali ke kelasnya yang sudah kosong melompong, rapat di ruang OSIS tadi ternyata berjalan cukup lama. Untungnya Shafa berbaik hati sudah membereskan buku-buku Aliya yang berserakan di atas meja. Aliya hanya tinggal menyandangkan tasnya ke punggung lalu bergegas pulang.
TING!
May Shafa : "Al, gue seneng banget hari ini. Gue dianterin pulang sama Raihan"
Aliya mengerutkan dahinya, pesan masuk dari Shafa begitu mengejutkan. Tampaknya Shafa tidak berbohong dengan perkataanya bahwa ia menyukai Raihan. Fakta ini memaksa Aliya untuk membencinya, seolah tidak terima kalau Shafa menyukai teman kecilnya itu. Bahkan ia tidak percaya kalau Raihan mau mengantarkan Shafa pulang, sementara Aliya sudah memohon untuk diberi tumpangan gratis saja kemarin tidak dikabulkannya.
Pilih kasih! Sama teman lama tidak dihiraukan, tapi teman baru malah diagungkan begini. Aliya jadi cemberut sepanjang perjalanan pulang, hingga Mas Kiki heran menatap sang adik yang memanyunkan bibirnya sambil melihat layar ponsel.
***
Aliya memoleskan bedak di wajahnya, tak lupa sentuhan terakhir pada bibir mungilnya itu dengan lipbalm yang baru dibelinya di onlineshop Ola. Rambutnya dicepol asal tapi tetap terlihat cantik. Ia memakai kaos berwarna cerah dan celana jeans Navy yang menjadi trend pakaian seusianya saat ini, lalu ia turun menuju pintu utama dengan memakai sneakers berwarna putih sebagai pelengkap outfit nya hari ini. Aliya menepati janjinya pada Shafa untuk menemani temannya itu mencari novel bergenre romance di toko buku langganan mereka.
Kirain bakal ketemu cogan, dandan lama bener.
Setelah berkeliling mencari tujuan utama, Shafa mentraktir Aliya untuk membeli Cappuccino di kedai kopi yang lagi hits di kotanya. Aliya jadi suka sekali minum kopi sejak tahu bagaimana nikmatnya tidak tidur waktu tugas menumpuk. Kopi jadi temannya mengerjakan tugas yang ibarat kata hilang satu tumbuh seribu itu. Selain itu juga sering dibuatnya sebagai pelengkap untuk marathon drama korea kala hari libur esok hari. Dua cup besar Cappuccino, dan dua cake rasa Vanilla dan Coklat sebagai pencuci mulut hari ini.
"Al gue sebenernya sengaja ngajakin elo kesini, soalnya ada janji juga sama yang lain" ucap Shafa sembari meneguk kopinya
"Yang lain? Maksud lo ada orang lain yang bakal dateng kesini?"
"Iya, pucuk dicinta ulampun tiba. Tuh orangnya, cakep benerrr Al" puji Shafa, membantu Aliya untuk ikut melihat kemana arah netranya pergi.
"Fathur?" batin Icha
KAMU SEDANG MEMBACA
The Second Time [COMPLETED]
Novela JuvenilBenar, aku mengenalinya. Aku mengingat seluruh bentuk lekuk tubuhnya, wajah tampannya, sorotan matanya, bahkan tatanan rambutnya yang selalu menjadi point penting dari setiap penampilannya. Raihansyah Fathureza, pria yang menghabiskan moment semasa...