DUA PULUH TUJUH

1.2K 51 5
                                    

"Aya, lihat deh ini." Raihan memperlihatkan video yang sedang ditontonnya pada gadis disebelahnya yang sibuk bermain boneka Barbie

"Apaan tuh, kenapa matanya merah banget dia kesurupan Mbak Wewe yaaaa?"

"Ih Aya, ini keren loh. Bukan kesurupan tapi saringgan yang pernah Fathur ceritain"

"Oh ini cerita naruto itu ya?"

"Iya bener banget, keren ga?"

"Biasa aja sih. Memang kenapa bisa sampai merah banget tuh matanya?"

"Ga tahu sih, kesetrum listrik kali"

"Hmm.. lagian nakal sih, mainannya ga normal"

"Soalnya di Konoha ga ada lejel homeshopping"

"Apaan lagi sih itu Fathur?"

"Itu loh yang sering jualan-jualan di tv mulai dari jual makanan ikan sampai makanan buaya pun ada"

"Jual somay ada juga ga?"

"Memangnya Mang Ujang udah beralih ke lejel homeshopping?"

"Aya kan tanya ke Fathur, malah nanya balik"

***

Aliya bergegas membereskan buku-bukunya yang masih tersisa di atas meja. Bel pulang sekolah telah terdengar jelas, tentu saja semua murid akan langsung berhamburan keluar kelas. Aliya berjalan santai menuju gerbang sekolah untuk menunggu Mas Kiki menjemputnya seperti hari-hari biasa. Kini Aliya belajar membiasakan diri untuk keluar sendirian, jika biasanya ada Iqbal yang selalu menemani Aliya atau bahkan mengajaknya untuk pulang bersama. Sudah tiga hari berlalu, selesai dari kasus video viral yang beredar Iqbal tak pernah bertemu dengan Aliya lagi.

Apa mungkin hanya karena kejadian waktu itu? Apa karena Aliya tak kunjung membalas perasaan Iqbal? Semua memang berubah secara mendadak, mendadak Iqbal menjauhinya, tak pernah berkirim pesat lewat ponsel, tak saling berpapasan di kantin, ataupun Iqbal yang dengan sengaja memang selalu datang ke kelas Aliya. Rasa penasaran tentu ada, Aliya juga tidak ingin terjebak dalam situasi penuh tanya seperti ini.

"Belum dijemput Al?" tanya Shafa, ia menghampiri Aliya yang termenung memandang kosong kearah jalan raya yang lalu lalang dipenuhi kendaraan.

"Belum, sebentar lagi deh kayaknya" jawab Aliya lesu

"Gak sama Iqbal nih? Tumben" tanya Shafa lagi, kali ini memposisikan helm yang ia bawa kearah depan. Aliya yang ditanyai hanya menggeleng, pasrah lagipula mana mungkin ada tawaran dadakan dari Iqbal kalau hubungannya merenggang seperti ini.

"Pantesan, tuh orangnya lagi di parkiran boncengin Talitha anak kelas sepuluh. Jadian ya?" Shafa menjelaskan, sementara Aliya langsung menajamkan penglihatannya kearah parkiran motor.

"Jadi selama ini lo belum pacaran Al? friendzone doang?" Shafa terus menerus menyerang Aliya dengan berbagai pertanyaan.

Aliya mendengus sebal, semua perasaan dalam hatinya bercampur aduk jadi satu, tapi ia menahan amarahnya. Lagipula memang tidak punya hak apa-apa untuk mendatangi Iqbal dan mempertanyakan semuanya, ini hanya sebatas rumor. Kejelasannya belum tahu bagaimana, bisa jadi Iqbal hanya berbaik hati mengantarkan Talitha untuk pulang.

Namun, memang tak bisa dipungkiri kalau Aliya tidak rela Iqbal harus pulang dengan perempuan lain. Dua orang yang tadi diperhatikan oleh Aliya itu kini telah melaju meninggalkan sekolah, Aliya hanya bisa mengelus dada berharap kesabarannya tiada batas melihat semua kejadian yang tak ingin dirasakannya.

The Second Time [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang