"Mas Raka yakin mau pergi?"
"Iya, lebih baik keluar dari rumah ini. Kamu gimana Han, ayo ikut aku"
"Kalau aku ikut, nanti yang jagain bunda siapa?"
"Han, bunda sudah dewasa sudah bisa jaga dirinya sendiri. Kamu mau kena pukul terus di rumah?"
"Tapi kan kasihan bunda nangis terus mas. Raihan ga mau jadi anak nakal"
"Jadi kamu tetap disini Han?" Raihan mengangguk, ia tak ingin meninggalkan ibunya sendirian selama pertengkaran dengan sang ayah terus berlanjut.
"Kamu yakin Han?"
"Memang Mas Raka mau pergi kemana?"
"Ga tahu, ya penting pergi dulu dari rumah ini"
"Mas.."
"Aku pergi Han, jaga dirimu baik-baik ya. Ini nomor telepon ku, ingat baik-baik. Kalau terjadi apa-apa langsung hubungi aku"
***
"Han, fokus dong. Biarpun cuma bawain lagu pembuka setidaknya semua orang bisa terpukau" ucap Aliya memecahkan lamunan Raihan yang sejak tadi tak tahu memikirkan hal apa sampai tidak fokus dengan permainan pianonya.
"Gue, gak mau kalau sampai ini gagal. Gue udah habisin semua tenaga dan jam tidur gue untuk latihan lagu ini" tambah Aliya, ia benar-benar ingin menghipnotis semua penonton besok di acara pensi.
"Lebay banget sih, baru acara pensi doang. Belum ke American Got Talent, heboh bener" balas Raihan, lalu ia keluar dari ruangan meninggalkan Aliya yang masih ternganga atas ucapannya. Kenapa Raihan tidak bisa bersikap lembut sedikitpun kepada Aliya? Kenapa Raihan tidak menganggap Aliya seperti teman perempuan lainnya seperti cewek-cewek di kelas?
Aliya cemburu sebagai teman dekatnya, teman yang sudah tahu baik-buruk seorang Raihan namun malah tidak pernah dianggap ada. Percakapannya hanya sekedar saja, tidak pernah bercanda gurau seperti layaknya seorang teman, dan tidak pernah mengobrol asyik seperti kebanyakan hubungan pertemanan lainnya. Aliya sebenarnya rindu pada Raihan, rindu pada sikap polos Raihan, rindu akan Raihan yang selalu ingin terus berada di dekat Aliya, bahkan Aliya juga rindu pada Raihan yang ingin jadi Avengers agar bisa selalu menjaga Aliya.
Mendengar ucapan ketus Raihan tadi, Aliya langsung berlari mengejarnya. Biarpun ia sedang kesal setengah mati pada pria dingin itu, namun tak boleh sampai berlarut. Setidaknya emosinya harus mereda demi penampilan besok.
"Han! Please, hari ini sampai besok aja. Damai. Gue cuma ingin membayar kewajiban gue di ekskul musik ini. Sebentar lagi bakal Gladi, kita harus sudah ada di panggung" pinta Aliya dengan nada memohon dan ekspresi memelasnya
"Gue haus, cuma mau nyari air kenapa harus dikejar kayak gini?" kata Raihan
"Ya sudah kalau gitu, gue tunggu lo di panggung ya" ucap Aliya selanjutnya ia melesat pergi bergabung dengan semua panitia dan beberapa volunteer dari ekskul yang akan tampil juga besok.
***
"Keren Al! semoga besok bakal lebih bagus dari yang tadi ya" ucap Iqbal memuji gadis yang ia sukai itu. Baginya suara Aliya memang tiada tanding, bagus dan tidak bosan untuk didengar. Kalau Aliya sudah punya lagu dan album sendiri, Iqbal pasti jadi orang pertama yang akan memilikinya, bahkan sebelum diadakan pre-order sekalipun.
"Lo juga, keren Bal. Alladin yang paling cakep yang pernah gue temui" goda Aliya ingin tahu bagaimana respons ketua OSIS itu.
"Tapi bakalan lebih bagus lagi kalau elo yang jadi Yasmine nya"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Second Time [COMPLETED]
Teen FictionBenar, aku mengenalinya. Aku mengingat seluruh bentuk lekuk tubuhnya, wajah tampannya, sorotan matanya, bahkan tatanan rambutnya yang selalu menjadi point penting dari setiap penampilannya. Raihansyah Fathureza, pria yang menghabiskan moment semasa...