SEMBILAN

1.8K 74 0
                                    

"Cita-cita Fathur apa sih?"

"Hmm apa ya? Fathur mau jadi avengers Aya"

"Ha? memang Fathur punya kekuatan apa?"

"Kekuatan untuk memikat hati cewek-cewek"

"Idihhhh, kepedean. Memang sudah ada yang terpikat sama Fathur?"

"Banyak loh Aya, ada Tante Wati istrinya Mang Ujang, Tante Minah yang jualan es lilin di sekolah kita, Bude Tuti yang sering jualan sayur pakai gerobak dan masih banyak lagi"

"Aya ga percaya, buktinya Aya enggak terpikat tuh sama Fathur"

"Masa sih? Padahal setiap Fathur keluar rumah tante-tante pada bilang gini, waduh Fathur si ganteng mau kemana sendirian aja?"

"Itu bukan terpikat, itu namanya cuma nanyain Fathur"

"Mereka sambil nguyel-nguyel pipi Fathur loh Aya"

"Iya deh, Fathur emang banyak disukai cewek-cewek"

"Kok Aya nada bicaranya gitu? Aya cemburu ya karena Fathur di sukain banyak orang?"

"Gak, Aya ga cemburu. Kan sudah Aya bilang tadi, kalau Aya ga terpikat sama Fathur"

"Kenapa gitu? Memang Fathur ga ganteng ya di mata Aya?"

"Gak tahu deh, Aya pusing mau main sama Tatan aja"

"Tuh kan, cewek memang ribet. Bilang cemburu aja gengsi" batin Fathur

***

Aliya bertemu dengan Iqbal di ruang OSIS, sejak Iqbal menyatakan perasaannya pada Aliya tempo hari suasananya jadi lebih canggung. Aliya sangat tidak suka dengan posisinya yang seperti ini, seperti ada jarak antara dirinya dengan Iqbal. Namun, Aliya juga bingung bagaimana harus menanggapi pernyataan Iqbal itu.

Kalau boleh jujur, Aliya memang sering baper sama Iqbal. Siapa sih yang tidak suka sama Iqbal? Orangnya baik, pinter, pokoknya gak neko-neko. Semua tugas yang diamanahkan untuknya pasti beres, pasti selesai. Iqbal itu kalau mau dicari cacatnya juga tidak akan bisa ditemukan, terlalu sempurna. Makanya Aliya semakin bingung dengan kesempurnaan yang melekat pada diri Iqbal.

Kesempurnaan hanya milik Allah, tapi kesempurnaan cinta punya Rizki Febian anak sule.

Iqbal sadar kalau Aliya tengah berada dihadapannya saat ini, tapi tak ada sepatah katapun yang terucap dari mulut Iqbal. Bahkan tidak menyapa Aliya juga, Aliya jadi semakin penasaran kenapa Iqbal harus diam begini sama Aliya. Aliya hanya belum memberikan jawaban pada Iqbal bukannya mau mengajaknya untuk bermusuhan. Aliya perlahan menjauhi meja kerja Iqbal, tampaknya memang sedang sibuk Aliya tidak berani mengganggunya. Aliya berjalan menuju mejanya saja, mengerjakan beberapa hal yang perlu dikerjakan.

Hampir 30 menit berada di ruangan yang sama, namun suasana masih seperti awal Aliya masuk. Manalagi, mereka hanya berdua disana tidak ada orang lain, tak ada Aga si tukang bacot, tak ada Ola yang sibuk promosi produk, dan anggota lainnya yang biasa membuat kericuhan di ruang OSIS.

Kalau begini jalan ceritanya lebih baik keluar saja, pengap. Ketua OSIS juga tidak mau ngobrol sama Aliya, tanya kabar kek, tanya lagi sibuk apa kek, apa mungkin lagi costplay es batu? Dingin

"Bal, gue duluan ya" pamit Aliya sekalian mau tahu bagaimana reaksi Iqbal

"Loh udah mau pulang?" tanya Iqbal, wajahnya tampak lesu ketika berhadapan dengan Aliya. Aliya mengangguk. "Sendiri?"

The Second Time [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang