DUA PULUH DUA

1.4K 59 3
                                    

"Mas, Bunda sama Ayah berantem lagi ya?" tanya Raihan, ia terbangun dari tidurnya karena suara teriakan kedua orang tuanya di luar.

"Iya Han, mereka di luar"

"Mas, Raihan takut"

"Ga perlu takut, ada Mas Raka"

"Mas jangan pergi-pergi ya, jangan kabur, please"

Raka hanya diam, seolah tak pasti ingin menjawab ucapan adiknya tadi. Kalau boleh jujur, Raka sudah muak dengan kondisi keluarganya, ia sudah muak dengan keributan yang disebabkan oleh kedua orang tuanya. Raka memang sering melarikan diri dari rumah, ia sering menghilang begitu saja. Baginya sementara bersembunyi dari suasana di rumah cukup melegakan. Namun perasaan bersalah terus saja menghantuinya, mengingat adiknya yang sudah memelas memintanya untuk terus tinggal bersama.

"Kalau Mas Raka kabur lagi, kali ini Raihan juga ikut"

"Jangan Han. Nanti gimana sekolah mu? Nanti kalau Aliya nyariin gimana?"

"Tapi Raihan juga ga mau disini sendiri Mas, takut"

***

"Mampus! Jam berapa nih bro!!! woy bangun Rei, Ar, Han bangunnn, BANGUUUNNNN!!!!!!" teriak Bandi membangunkan semua temannya yang masih tertidur pulas

Ketiga teman yang dibangunkan langsung gelagapan, Raihan yang paling cepat beranjak dari kasur langsung masuk ke kamar mandi. Rei juga langsung turun ke bawah menggunakan kamar mandi lainnya yang ada di rumah Raihan. Sementara Arya hanya bisa memakai wastafel di dapur untuk menyikat gigi dan mandi bebek saja. Sepertinya sekali saja tidak mandi tak akan membuat kegantengannya luntur.

Sekitar 10 menit lagi pintu gerbang sekolah akan ditutup, sedangkan jarak rumah Raihan cukup jauh untuk bisa sampai ke sekolah. Kalau tidak bisa ditempuh dalam waktu tersebut mereka sudah pasti akan berhadapan dengan Pak Mahmud. Bagi Rei, Arya, dan Raihan mungkin sudah biasa namun jika sempat terjadi ini adalah pertama kalinya untuk Bandi.

Keempat pria itu sudah siap dengan penampilannya masing-masing, biarpun dikata hampir telat ke sekolah penampilan adalah poin pentingnya. Rei duduk dibangku pengemudi kali ini, mereka berempat langsung tancap gas menuju sekolah.

"Jadi lo kaga mandi nih Ar?" ledek Raihan. Manusia yang diledekki hanya mengangguk, ia tidak peduli dengan kenyataannya yang tidak mandi ke sekolah. Itu hal yang biasa, lagian sudah pakai banyak parfum tadi, jadi tetap wangi.

"Pantes parfum habis sebotol"

"Lagak bener lo ngabisin parfum sampai sebotol, yang kecantol juga kaga ada"

"Ada dong Rei"

"Itu cewek pasti punya masalah di mata nya yakin gue"

"Siapa sih?" tanya Raihan

"Itu si Ola, Han yang suka jualan ke kelas-kelas. Heran gue, mau-maunya sama Arya buaya darat ini" jelas Bandi

"si Arya sih seneng-seneng aja, toh Ola banyak duitnya"

"Sialan lo, gue bukan cowok matre ya!" tegas Arya membela diri

"Terus?"

"Cowok yang lagi butuh sesuatu tapi kaga punya duit"

"Ngalus doang lu kambing"

"Gerbang tutup guys! Parkir di luar terus lewat jalan pintas" perintah Rei

Ketiga pria itu mengangguk lalu langsung mengikuti Rei untuk masuk ke sekolah lewat jalan pintas. Mereka berjalan pelan terus menunduk hingga menemukan cela untuk bisa masuk, takut ketahuan sama guru piket atau Pak Mahmud yang memang sering patroli ke setiap sudut sekolah.

The Second Time [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang