"Lo dapet kelas apa Al?"tanya Shafa sambil ngemil jajanan kantin
"IPA 4, lo juga? Ya elah, masa sih harus 4 tahunan sekelas sama elo terus bosen deh gue" balas Aliya, menggoda Shafa
"Eh kutu! Pake bosen segala, kalau gak ada gue lo mau nyontek sama siapa?"
"Hehe, gue becanda doang kali Fa. Emosian banget sih, PMS lo ya?"
"Jangan marah-marah dong Fa, nih lihat muka gue aja pasti langsung adem" celetukan Bandi bikin kedua gadis itu malah memasang ekspresi jijik
"Mual gue Ndi serius deh"
"Lo tuh ya, gimana mau laku kalau tiap ada cewek malah bikin ilfeel" sambung Arya
"Belajar dulu sana Ndi sama Mang Arya, master of bucin" Rei ikutan gabung
"Arya ngebucinin siapa dah?" tanya Aliya
"Itu anak sebelah yang hobi jualan"
"Jaelah Arya Halilintar, bisa aja lo. Matre lo ye, karena si Ola banyak duitnya"
"Kambing lo. Terus aja terus, biar pahala gue nambah"
"Dih apa hubungannya, toh juga lo kalau di ledekin paling dongkol terus malah ledekin balik"
"Tau aja lo Fa, tau bener kebiasaan gue. Jangan-jangan lo naksir ya sama gue"
"IDIHHHH AMIT-AMIT"
***
Suasana kelas XI Ipa 4 memang sedang chaos, Bu Ida selaku guru Bahasa Indonesia sedang berhalangan hadir di jam terakhir pelajaran. Fino si ketua kelas sudah memberitahukan pengumuman ini sebelum hiruk pikuk di kelasnya terdengar. Bu Ida menitipkan tugas pada guru piket, jadi biarpun sedang berhalangan hadir mereka seharusnya tetap mengerjakan tugas dengan tenang.
Namun selalu tidak sesuai ekspektasi, tugas tidak dikerjakan dan kelas juga jadi riuh. Fino sudah lelah memperingati anggota kelasnya, ia bahkan tidak mau ambil pusing, jangan sampai jadi hipertensi cuma karena berteriak terus-terusan untuk menyuruh mereka semuanya diam di kelas dan kembali pada apa yang diperintahkan.
"Fin, sesekali bikin keributan enggak apa-apa kali. Masa mau jadi kelas yang monoton sih?" celetuk Bandi, membuat semua anak melirik kearahnya
"Sesekali apanya, jelas-jelas ini kelas paling brutal. Kelas yang selalu bisa dengan mudah masuk ke ruang BK" Irul si wakil ketua kelas yang menyuarakan pendapatnya
"Masa SMA lo enggak berwarna kalau cuma datang duduk diam dan dengarkan" tambah Bandi, membalas opini Irul
"Tapi Irul bener Ndi, udah cukup deh bikin anggota kelas jadi bulan-bulanan masuk ruang BK. Bu Wirda sendiri sebagai wali kelas malu kalau anak-anaknya kayak gini" Fino membela wakil ketua
Aliya yang merasa dirinya termasuk dalam kumpulan orang bermasalah dan termasuk yang paling sering dipanggil ke ruang BK hanya terdiam. Memang lebih baik diam, daripada dirinya menjadi sasaran anak-anak.
"Mungkin maksud Bandi bukan gitu Fin, Bandi pengennya suasana kelas chaos lebih ceria lebih berwarna aja gitu. Hmm kayak, bukan cuma semata-mata cari nilai dan bersaing di ujian semesteran." Dinda ikut nyambung, satu-satunya anggota kelas yang dipanggil dengan sebutan "Teteh" karena dia asli Bandung
"Ih gue setuju deh sama teteh, kayak yaaa kelas kita kurang kompak" Ayun, bernama lengkap Mayunda Sagara, gadis paling mungil dikelas menekan kata "kurang kompak" agar semua temannya sadar dengan ucapannya
KAMU SEDANG MEMBACA
The Second Time [COMPLETED]
Teen FictionBenar, aku mengenalinya. Aku mengingat seluruh bentuk lekuk tubuhnya, wajah tampannya, sorotan matanya, bahkan tatanan rambutnya yang selalu menjadi point penting dari setiap penampilannya. Raihansyah Fathureza, pria yang menghabiskan moment semasa...