"Fathur bagus ga gaunnya?"
"Bagus, Aya cantik deh. Kayak princess"
"Iya dong, nanti kan Aya juga mau menikah sama pangeran"
"Idih, masih kecil udah nikah-nikahan"
"Namanya juga cita-cita Fathur"
"Memang cita-citanya Aya mau menikah sama pangeran Disney?"Aliya hanya mengangguk
"Tapi kan itu cuma ada di kartun. Di dunia nyata ga ada Aya"
"Oh iya-ya. Yaudah deh nanti Aya cari pangeran Aya di dunia nyata, mudah-mudahan ketemu. Memang Fathur ga mau menikah?"
"Enggak"
"Loh kok gitu?"
"Menikah itu enggak enak. Lihat ayah sama bunda Fathur, ga enak"
***
Pagi-pagi sekali setelah sampai di sekolah Aliya langsung keluyuran ke kantin. Ia tidak sempat sarapan di rumah karena Mas Kiki buru-buru ke kantor. Ia membawa nampannya yang berisi Bubur Ayam dan Teh Hangat lalu bergabung dengan sekelompok pria-pria kesepian dan pencari perhatian banyak gadis di sekolah. Mereka yang disebut-sebut teman dekat Raihan selama beberapa bulan setelah Raihan sudah di cabut statusnya selaku anak baru.
Aliya membiarkan dirinya sebagai satu-satunya perempuan diantara mereka. Rei, Bandi dan Arya terbelalak, melihat kedatangan Aliya yang seolah terkejut sedang kedapatan melihat hantu perempuan pagi-pagi. Mereka cukup trauma ketika melihat pertarungan Aliya dan seniornya kemarin. Aksi jambak-menjambak itu langsung viral di sekolah, Aliya pun disebut-sebut sebagai gadis bertangan besi.
Berbahaya! untuk saat ini Aliya memang ditakuti oleh semua anak berkat aksinya yang sempat menggegerkan seantero sekolahan. Tanpa aba-aba dan perintah Aliya, ketiga teman Raihan langsung menggeser teratur memberikan bagian kursi panjang untuk bisa di duduki Aliya juga.
"Ndi lo beneran gak tahu ya kemana si Raihan pergi?" tanya Aliya pada Bandi, salah satu yang dianggap teman oleh Raihan semenjak masuk ke dalam kelas yang sama.
"Beneran, dia punya handphone kayaknya gaptek. Masa di hubungi kaga pernah ngebales atau angkat" jawab Bandi
"Besok-besok lo ajarin deh tuh dia mainin handphonenya, kasihan gue cakep-cakep tapi gatau maininnya" sambung Rei
"Awas aja kalau sampe gak dateng hari ini" ucap Aliya sambil mengepalkan kedua tangannya bersiap seolah ingin membabak belurkan pria yang ia cari itu
"Al santai dulu dong, orangnya belum dateng Al udah ngambil ancang-ancang. Nanti lo salah target lagi, turunin dulu tangan lo"pinta Bandi lalu ia menurunkan tangan Aliya
"Kesel gue Ndi, berani-beraninya dia mengacaukan penampilan pensi. Berkat dia juga gue jadi sasaran empuk senior" omel Aliya
"Mending lo ke rumah nya aja deh Al" usul Arya
"Masa sih seniat itu gue mesti ketemu sama Fathur?" batin Aliya
***
Aliya dan Raisha beserta kedua dayang-dayangnya bertemu kembali. Mereka duduk tertib dengan pandangan tajam pada masing-masing mata yang tertangkap. Mereka berlima tengah diinterogasi oleh Pak Mahmud selaku penengah dalam kasus ini. Tatapan Raisha tertangkap jelas sebagai kebencian pada Aliya, sudah pasti dendamnya untuk Aliya masih melekat. Raisha diberi kesempatan untuk menjelaskan lebih dulu pada Pak Mahmud, sisanya mendengarkan.
"Hanya karena pacar kamu?" tanya Pak Mahmud, ingin tahu seberapa besarkah masalah mereka sehingga harus bertemu dengan Pak Mahmud lagi. Apalagi untuk Aliya yang belum lama masuk dalam catatan buku hitam Pak Mahmud setelah kedapatan bertarung dengan Ziya
Raisha mengangguk, ia memang sudah jujur pada Pak Mahmud namun tetap belum mengakui kalau dia yang menyerang Aliya lebih dulu. Tiba-tiba Iqbal datang membawa sosok pria yang memicu adanya pertarungan antara Raisha dan Aliya, Ferdian. Iqbal meminta Ferdian untuk membantu membereskan masalah diantara keduanya. Perasaan lega menyelimuti Aliya, kehadiran Ferdian pasti bisa membantunya keluar dalam permainan Raisha. Ferdian sebagai pria yang waras pasti akan berpihak pada orang yang benar.
"Saya membantu Aliya demi kelancaran penampilannya saja pak, tidak lebih" ungkap Ferdian
Sakit! Ternyata memang mutlak ditolak. Ferdian tidak punya perasaan apa-apa terhadap Aliya. Ferdian yang ikut naik ke panggung itu hanya bentuk bantuannya pada Aliya agar penampilan Aliya lebih baik. Aliya mendadak memasang ekspresi masam pada wajahnya. Ia mengetahui alasan Ferdian tanpa bisa diganggu gugat, dalam artian dia tak punya ruang dari sisi manapun untuk bisa menjadi salah satu yang dimiliki oleh Ferdian.
"Kamu dengar kan Raisha, pacar kamu hanya bantuin Aliya. Bukan atas dasar perasaan suka" jelas Pak Mahmud ia meluruskan permasalahan
"Hah? Mana mungkin saya suka sama perempuan pendek dan suka buat masalah kayak gini pak" ungkap Ferdian sambil melirik kearah Aliya
Kemudian Aliya yang peka dengan lirikan itu ingin sekali langsung menampar pipi Ferdian saat ini. Pernyataannya itu benar-benar menyayat hati Aliya, seketika semua perasaan suka pada Ferdian habis luntur begitu saja dengan kalimat yang mengiris perasaannya. Baru kali ini ia sadar kalau tidak semua pria ganteng punya perkataan yang baik untuk didengar. Mulai detik ini, ia sudah hapuskan nama Ferdian dalam list sebagai pria yang sempat ingin dimilikinya.
"Tapi Raisha juga suka buat masalah bang" sahut Iqbal, ia membela Aliya yang notabenenya adalah gadis yang ia sukai. Tak memperhatikan baik buruk Aliya, ia tetap suka. Mau dia pendek atau tinggi, mau dia cantik atau jelek, ataupun suka tidaknya membuat masalah di sekolah. Kalau sudah suka susah untuk dilupakan.
Aliya menyenggol lengan Iqbal, memberi kode agar ia tak terlalu jauh membawa masalah ini. Aliya tahu, jika sudah berdebat dengan Iqbal akan lama selesainya. Kali ini Aliya ingin cari aman saja, ia ingin hidup dengan tenang tanpa gangguan siapapun.
"Sudah, disini saya tidak ingin keributan. Saya anggap masalah kalian clear. Sebagai ganti dari pertarungan kemarin yang belum sempat saya lihat, ada baiknya kalian bertarung di lapangan basket untuk mengitarinya sebanyak 20 putaran. Saya tunggu kalian jam istirahat"
Pak Mahmud mengakhiri proses interogasi hari ini. Aliya mendengus kesal, lagi-lagi ia harus berlari keliling lapangan. Lagi-lagi harus menjadi tontonan satu sekolah, hancur sudah reputasinya sebagai kepala divisi kesiswaan. Bagaimana bisa menjadi contoh yang baik untuk siswa lainnya? Kalau sudah begini semua anak akan memandangnya sebagai anggota OSIS yang buruk, yang tidak bisa menjalankan amanah dengan baik. Sementara Iqbal selaku ketua OSIS juga dengan berat hati memberikan surat peringatan pada Aliya terkait masalahnya kemarin.
Aliya langsung keluar dari ruangan Pak Mahmud setelah menerima perintah. Ia pergi ke lokernya untuk berganti pakaian olahraga. Setidaknya ia tidak lupa untuk membawa baju ganti barangkali memang kejadian yang tak diharapkan seperti ini terjadi.
***
"Al, lo yakin masih kuat?" tanya Iqbal, sejak tadi ia mengawasi Aliya yang berlari keliling lapangan untuk menjalankan hukumannya. Aliya sudah sampai pada hitungan ke 11 namun tampaknya dia sudah kelelahan. Aliya memberhentikan larinya, ia beristirahat sebentar menerima botol minuman yang dibawakan oleh Iqbal untuknya.
Pertanyaan Iqbal hanya dibalas dengan anggukan oleh Aliya, ia yakin bahwa ia masih sanggup untuk 9 putaran lagi. Biarpun sekarang baju olahraganya sudah basah dengan keringatnya.
"Lo duduk disini" pinta Iqbal, setelah mengikat kuat tali sepatunya Iqbal berlari mengelilingi lapangan basket serupa dengan yang dilakukan Aliya tadi. Aliya terbangun dari duduknya, ia berdiri melihat Iqbal yang menggantikan hukumannya. Bahkan semua murid yang tadi hanya berdiam ketika Aliya berlari sendirian, sekarang menyoraki Iqbal. Kapan lagi menyaksikan ketua OSIS lari sendirian di lapangan basket kan?
"Bal, lo ga harus sekeras ini untuk merebut hati gue" batin Aliya, senyumnya terukir melihat Iqbal yang mengorbankan tenaganya demi Aliya menggantikan hukumannya siang itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Second Time [COMPLETED]
Ficção AdolescenteBenar, aku mengenalinya. Aku mengingat seluruh bentuk lekuk tubuhnya, wajah tampannya, sorotan matanya, bahkan tatanan rambutnya yang selalu menjadi point penting dari setiap penampilannya. Raihansyah Fathureza, pria yang menghabiskan moment semasa...