"Fathur jangan sedih lagi dong, kan bisa pake sepeda Aya bareng-bareng juga"
"Beneran nih?"
Aliya hanya mengangguk dan memberikan senyuman pada Fathur sang sahabat yang sangat ingin menaiki sepeda Aliya yang baru, hadiah perlombaan bernyanyi.
"Mulai besok kita ke sekolah ga perlu jalan kaki lagi"
"Aya mau jemput Fathur?"
"Iya, besok Aya jemput Fathur. Jangan telat bangun ya"
"Siap boss pasti!"
"Yuk kita pulang sekarang, kita cobain sepeda barunya"
Fathur yang diajak pulang oleh Aya langsung mengambil posisi duduk di bangku boncengan sepeda Aliya
"Ih kebalik, Fathur dong yang bawa Aya yang dibelakang"
"Oh oke, siap yaa. Pegangan Aya nanti jatuh"
"Yuk berangkaaaaaaaaat!"
***
"Fathur!" panggil Aliya
Ia menemukan Raihan yang sedang menikmati kepulan asap rokoknya di rooftop. Ini pertama kalinya ia melihat sosok Raihan dengan puntung rokok yang masih menempel pada bibirnya. Aliya tak percaya bahwa waktu telah merubah segalanya termasuk kelakuan temannya itu. Aliya menatap tajam pada Raihan yang masih saja santai seolah tak apa jika hal ini harus dilaporkan hingga ke ruang BK. Ia bahkan tak takut jika harus masuk dalam daftar buku hitam atau diberi hukuman yang paling berat di sekolah.
Aliya mengambil paksa rokok Raihan langsung dari mulutnya. Raihan yang tadinya duduk santai akhirnya berdiri, ingin merebut barang kepunyaannya itu. Naasnya belum sempat direbut kembali, Aliya dengan kejam memijakkan rokok yang dimiliki Raihan dengan sepatu. Melihat kejadian itu Raihan langsung menatap Aliya, jika tadi ia masih bertindak santai kini sudah berubah rasanya ingin meledak-ledak.
Perempuan yang sedang dihadapannya ini sungguh menyebalkan. Ingin sekali langsung membaku hantamkan Aliya saat ini, namun Raihan masih berusaha tetap tenang. Jika hal itu sempat terjadi, apa bedanya dia dengan perlakuan Ayahnya dulu.
"Lo gila ya! Lo tahu apa akibatnya kalau sampai guru tahu dengan kelakuan lo kayak gini?!" bentak Aliya, tak segan memarahi Raihan walaupun ia tahu yang dimarahi pasti tidak akan peduli dengan hal itu.
"Sejak kapan lo nyebat kayak gini Han?" tanya Aliya lagi, kini suaranya dilembutkan. Berharap Raihan bisa menjawab pertanyaanya
"Lo bisa aduin gue sekarang" ucap Raihan, seolah menyerahkan diri pada Aliya karena sudah tertangkap basah.
"Merokok itu gak baik buat kesehatan Han, lo gak baca ya di bungkus rokoknya?"
"Gak perlu basa-basi Al, gue ga mau denger ocehan lo" Aliya tersentak mendengarkan ucapan pedas Raihan, pria itu masih saja berlagak sombong walaupun sudah ketahuan oleh Aliya.
"Gue peduli sama lo, bahkan gue berusaha untuk bantuin elo supaya gak masuk ke ruangan pak Mahmud"
"Gue gak butuh bantuan lo" ungkap Raihan
"Lo temen gue, jadi gue berhak bantuin lo"
"Gak perlu sok care sama gue, lo gak tahu apa-apa tentang gue Al" bentak Raihan yang terdengar jelas oleh Aliya
Aliya geram terhadap pria di hadapannya, mendengar ucapan Raihan kali ini menyatakan bahwa bendera perang dikibarkan. Mulai detik ini artinya Aliya sudah malas untuk menjalin pertemanan dengan Raihan lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Second Time [COMPLETED]
Teen FictionBenar, aku mengenalinya. Aku mengingat seluruh bentuk lekuk tubuhnya, wajah tampannya, sorotan matanya, bahkan tatanan rambutnya yang selalu menjadi point penting dari setiap penampilannya. Raihansyah Fathureza, pria yang menghabiskan moment semasa...