.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
“Guys, apa yang kalian li––”Jennie menghentikan ucapannya saat yang ia lihat saat ini benar-benar sukses membuatnya ingin segera pulang saat itu juga. Ia menelan salivanya susah payah.
“A-aku tidak ingat kalau ternyata halaman belakang rumah ini adalah area pemakaman?”
Taeyong menggeleng kaku. “A-aku pun. Sebaiknya cepat kita kembalikan kotak ini–– hey, tunggu dulu! Di mana pintu gudang itu? Kenapa sekarang tidak ada?!”
Sontak saja ia panik bukan main saat netranya tidak menemukan pintu gudang itu di sudut mana pun. Demi apapun juga pintunya menghilang, hanya ada tembok di sana. Kepanikannya itu tentu langsung menular kepada yang lainnya. Wajah mereka kini sudah pucat pasi. Fix! Ada yang tidak beres di sini!
Junhui langsung menarik mereka kembali masuk. “Kita harus segera pulang, tempat ini tidak aman. Kalian suruh yang lain segera berkemas, aku akan mengurus tiket pesawat. Cepatlah!”
Mereka pun langsung bergegas, menyuruh semuanya untuk segera membereskan barang masing-masing karena malam ini juga mereka akan langsung pulang. Ya, begitulah rencana awalnya.
Namun, rencana hanyalah rencana. Saat mereka sudah berkemas dan bersiap akan meninggalkan rumah, kotak misterius itu tiba-tiba muncul di ruang tengah. Tergeletak dengan manisnya di sana.
Taehyung menjatuhkan rahangnya tak percaya. Padahal ia yakin kalau tadi ia meninggalkan kotak itu di dapur, tapi kenapa sekarang tiba-tiba berada di sini?
Memilih untuk mengabaikan kehadiran kotak misterius itu, dengan buru-buru mereka langsung bergegas keluar rumah, namun apa yang mereka lihat sekarang? Kondisi pekarangan rumah itu berbeda dengan pekarangan rumah yang mereka tinggali sebelumnya.
Bukan bunga-bunga hias seperti yang mereka lihat di awal, semuanya berganti dengan nisan-nisan berbentuk salib dan patung-patung yang bentuknya menakutkan.
“K-kita di mana?!” Jungkook panik bukan main. “Ini bukan rumah kita, kita di mana?!” pekiknya kalap.
“Guys, k-kotaknya!” dengan telunjuk yang bergetar hebat, Rosé menunjuk kotak misterius itu yang entah bagaimana ceritanya kini sudah berada di hadapan mereka semua. Kotak itu seperti mengikuti mereka.
Ceklek!
Tiba-tiba kotak itu terbuka lagi dengan sendirinya dan itu membuat mereka semua refleks melangkah mundur perlahan.
“AAAAAAARRRRGGGGHHHHH!!!”
Sedetik kemudian mereka semua menjerit kesakitan seraya mencengkram leher masing-masing. Rasanya seperti terjerat sesuatu namun mereka tidak tahu apa itu.
“Welcome to Jack The Stripper’s Game!”
Tiba-tiba terdengar suara menggema yang entah dari mana asalnya, dan dengan pelan-pelan rasa sakit di leher mereka kini mulai memudar.
“Selamat datang! Sekarang kalian sedang berada di London, tahun 1964.”
Mereka berdua puluh lima membelalak hebat. Apa tadi katanya? Tahun 1964?
Yang benar saja?!
“Kau bercanda, huh?! Siapa kau sebenarnya?!” teriak Sungjae lantang.
Ia merasa konyol juga karena sekarang ia berbicara dengan sebuah suara yang tidak diketahui wujudnya seperti apa dan dari mana asalnya.
“Aku bersungguh-sungguh. Kalian sekarang berada di tahun 1964. Kalian masuk ke dalam permainan Jack The Stripper. Kalian menemukan kotak itu dan sangat kebetulan sekali kotak itu ditemukan oleh para ‘betrayals’ seperti kalian semua.”
Mereka semua terdiam. Sebagian ada yang masih mencerna apa yang sedang terjadi, dan sebagian lagi ada yang celingukan ke sana kemari berusaha mencari jalan keluar. Namun nihil, semuanya sudah berubah. Keadaan di sini benar-benar berbeda.
“Sayang sekali, tidak ada jalan keluar di sini. Satu-satunya jalan keluarnya adalah kalian harus mengikuti permainan ini hingga selesai. Tanpa terkecuali!”
“Hey! Kenapa kau memaksa?” teriak Joy yang merasa tak terima dengan keputusan sepihak dari suara aneh itu.
Taeyong terkekeh sinis. “Bagaimana kalau kami semua tidak mau mengikuti permainan konyolmu itu, huh?! Apakah kami semua akan mati dengan tak wajar, begitu?”
“Ya!”
Taeyong membulatkan matanya mendengar jawaban yang terdengar sangat enteng itu, padahal tadi ia hanya bertanya asal-asalan saja.
“APA?! HEY, AKU SERIUS!!!”
“Kau pikir aku bercanda? Apa kalian tidak membaca lembaran-lembaran kertas yang terdapat di dalam kotak itu? Itu adalah rules dari permainan ini. Aku pikir salah satu teman kalian yang tadi memegang kertas itu sudah memberitahu kalian apa isinya.”
Serentak orang-orang itu kini menatap sengit ke arah Yunhyeong, karena mereka semua tahu Yunhyeong lah yang sempat memegang dan membaca kertas-kertas itu tadi.
“Kenapa kalian melihatku?” Yunhyeong yang ditatap sedemikian rupa tentu saja merasa risih. “Aku memang sempat memegangnya tapi isi kertas itu benar-benar tidak bisa kubaca. Tulisannya sudah hampir memudar semua. Kalau kalian tidak percaya tanyakan saja kepada Jimin.” ujarnya tidak santai, Jimin mengangguk brutal.
“Ah ya, aku lupa kalau saat dia membacanya kalian masih berada di tahun yang sebenarnya, bukan di tahun 1964 seperti sekarang. Pantas saja tulisannya sudah memudar semua. Hahaha!”
Entah apa yang lucu, yang jelas suara aneh itu kini sedang tertawa terbahak-bahak. Sementara orang-orang itu kini hanya memasang wajah datar sedatar-datarnya, merasa siapapun yang berada dibalik suara misterius itu pasti memiliki selera humor yang rendah.
“Yang jelas, rules dari permainan ini ada pada kertas-kertas di dalam kotak itu. Silahkan kalian baca sendiri karena aku malas untuk membacakannya.”
Taehyung berdecak malas, tapi tangannya tetap terulur meraih kotak misterius yang dari tadi teronggok nyata di depan mereka semua. Ia mengambil lembaran-lembaran kertas itu, yang ajaibnya sekarang tulisannya sangat terlihat jelas.
“Rules of the game!” ia pun mulai membacakannya––
.
.
.
TBC
Vommentnya boleh sayangkuuu~ 😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Antah Berantah || 95 96 97 lines! [END]
Mystery / Thriller[COMPLETE] 24 Youtuber yang terjebak di tempat entah di mana, beserta 'permainan' yang mengharuskan mereka membunuh 'penjahat' yang ternyata salah satu di antara mereka semua. Mampukah mereka menemukan 'penjahat' tersebut? Atau mungkin mereka justru...