Chapter 15

2.3K 344 5
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.


Jaehyun sedang berjongkok di tepian sungai. Ia membasuh wajahnya guna menghilangkan darah yang mulai mengering di kepala serta pelipisnya.

Ia juga membersihkan sepatu putihnya yang tadi sempat terpercik darah Jisoo.

Darah?

Jisoo?

Benar!

Soal pembunuhan Jisoo, benar itu memang dirinya. Ia yang menembak Jisoo setelah beberapa menit sempat tak sadarkan diri karena Jisoo yang memukulnya.

Setelah Jisoo meregang nyawa di tangannya, ia juga melihat Rosé yang tergeletak lemah tak jauh dari sana.

Awalnya ia akan mengacuhkan keberadaan Rosé dan bergegas pergi, tapi Rosé yang melihat itu malah menodongkan pistol ke arahnya. Maka dari itu ia langsung bertindak dengan memukul Rosé menggunakan linggis yang tergeletak di dekat mayat Jisoo.

“Hhhh..” Jaehyun menghela nafas lelah, ia menekuk lututnya lalu menyembunyikan wajahnya di sana.

Ia tidak percaya kalau sekarang ia sudah berubah menjadi monster, ia sudah menghilangkan satu nyawa dengan tangannya sendiri.

Ia juga tidak tahu kenapa ia sangat ingin membunuh. Apakah semua itu karena peran yang sedang dimainkannya? Entahlah, ia pun tak tahu.

“Jisoo Noona, maafkan aku.” lirihnya pilu dan penuh penyesalan.

“Ah, rupanya kau yang membunuh Jisoo?”

Jaehyun tersentak kaget melihat keberadaan seseorang yang amat ia kenal kini sedang tersenyum mengerikan ke arahnya.

“Kau?! Apa maumu? Aku bersenjata di sini!” pekik Jaehyun sambil menodongkan pistolnya ke arah orang itu.

“Hahaha. Aku juga bersenjata di sini.” sahut orang itu santai sambil menunjukkan linggis milik Jisoo yang memang dibawa oleh Jaehyun itu.

Jaehyun merutuki kebodohannya, bagaimana mungkin ia bisa lupa dan membiarkan besi tua itu tergeletak begitu saja hingga pada akhirnya jatuh ke tangan orang lain. Kalau seperti ini, sama saja dengan ia memberikan senjata secara cuma-cuma kepada orang itu.

“Ah, sial!” umpat Jaehyun keras.

“Rupanya sekarang kau cukup pandai membunuh orang ya?” ucap orang itu dengan nada yang mencibir.

“Padahal di Kingka kau adalah orang yang pendiam. Ck! Ternyata penampilan luar itu tidak menjamin perilaku yang sebenarnya.” lanjutnya sambil tersenyum meremehkan.

Jaehyun mendengus keras. “Apa yang kau bicarakan? Kematian Jisoo adalah sebuah kecelakaan karena dia yang awalnya memancingku untuk melakukannya!” elaknya membela diri.

Orang itu berdecak keras. “Ck! Dasar pembual. Bukankah peranmu memang mengincar seorang Indigenous? Peranmu adalah seorang pembunuh!”

“Dengar! Semua peran juga adalah seorang pembunuh. Bahkan Indigenous pun bisa membunuh peran yang lainnya!”

“Iya, aku tahu. Tapi peran yang sedang kau mainkan adalah peran seorang pembunuh yang sebenarnya, bukan?”

Jaehyun terdiam. Ia tidak bisa menebak peran apa yang sedang dimainkan oleh orang di depannya ini, dan apa yang dikatakan oleh orang ini tidak sepenuhnya salah, karena ia juga mengakui kalau ia adalah seorang pembunuh.

“Tak perlu mengelak lagi. Aku tahu, Jaehyun-ah.” sahut orang itu lagi sambil memainkan linggis di tangannya.

“Lalu apa yang akan kau lakukan setelah kau tahu siapa aku yang sebenarnya?” tanya Jaehyun yang masih enggan menurunkan moncong pistolnya.

Orang itu tertawa, ia melangkah maju dan menurunkan pelan-pelan pistol yang sedang dipegang Jaehyun menggunakan ujung linggisnya.

“Aku punya penawaran. Ayo kita bunuh mereka semua di luar sana.”

Jaehyun memicingkan matanya. “Kau mengajakku untuk membunuh orang? Kau pikir aku akan percaya padamu?”

“Aku tidak memintamu untuk mempercayaiku. Kau tidak bisa mempercayai siapa pun di sini. Aku hanya memberikan penawaran, kita bunuh semua orang di luar sana. Jika kita bisa membunuh Jack the Stripper maka itu jackpot bagi kita karena kita akan selamat.”

“Egois.” kekeh Jaehyun, namun orang itu tetap tak gentar dan malah mengulum senyum liciknya.

“Ya, katakanlah seperti itu. Tapi bukankah kau juga menginginkannya? Selamat dari tempat antah berantah ini? Ini bukan masalah egois, tapi masalah bagaimana kau memperjuangkan diri untuk bertahan hidup.”

Sudut bibir Jaehyun terangkat sinis, orang ini benar-benar pintar bersilat lidah, dan sialnya ia mulai tertarik.

“Lalu apa jaminan untukku? Aku tidak bisa mempercayaimu begitu saja.”

“Kau memiliki sebuah pistol. Kau bisa menembak kepalaku jika kau merasa aku adalah ancaman bagimu nantinya.”

Jaehyun melirik pistolnya kemudian menatap orang itu. “Baiklah, aku terima tawaranmu.”

Orang itu menyeringai puas. “Pilihan yang bagus!”

Mereka berdua pun saling berjabat tangan memulai misi mengerikan yang akan mereka lakukan kepada setiap orang yang masih tersisa.

Mereka hanya tak tahu kalau tak jauh dari tempat mereka berdiri, tepatnya di balik tiang besar sebuah jembatan, Mina tengah bersembunyi di sana dan ia mendengar semua percakapan kedua orang itu dari awal.

“Traitor.” gumamnya erayal mengeratkan pegangannya pada belati yang selalu setia berada di genggamannya.

































.

.

.

TBC

Ternyata apa yang dikatakan Rose kepada Jungkook di chapter sebelumnya itu memang kenyataan!

Jaehyun ternyata orang yang membunuh Jisoo sekaligus orang yang memukul Rose dengan linggis.

Tapi, ternyata Rose juga ada di tempat kejadian saat Jisoo meregang nyawa. Apakah Rose juga punya peran jahat?

Karena faktanya Rose bukan hanya sebagai saksi, tapi Rose juga sempat menodongkan pistolnya kepada Jisoo.

Lalu siapakah orang yang berbicara dengan Jaehyun itu? Apakah benar dengan apa yang dikatakan Mina kalau mereka itu adalah traitor?

Apakah benar jika orang yang berbicara dengan Jaehyun itu mengatakan hal yang sesungguhnya kalau ia mengajak Jaehyun untuk bekerja sama?

Atau mungkin Jaehyun hanya sedang dijebak disini?

☠️☠️☠️

Antah Berantah || 95 96 97 lines! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang